Anatari Gayatri yang sedang magang di hotel. Ia adalah cewek yang sama sekali tak suka dengan cowok bule.
Erland yang saat itu sebenarnya sedang patah hati dan ingin menyendiri, jadi kesal dengan teriakan Anatari yang tak suka cowok bule. Ia pun bertekad hendak membuat gadis itu jatuh cinta lalu meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Ulang Tahun (part 2)
"Andre?" Anatari tentu saja mengenal Andre. Dia kan salah satu penggemar sepak bola Indonesia.
"Ya, sayang. Aku menemani mu malam ini." bisik Andre.
Anatari tak tahu apakah ia harus senang atau bagaimana. Dia juga sangat mengidolakan Andre yang memang tinggal di Bali ini.
"Ayo!" Andre mengeratkan genggaman tangannya di jemari Anatari. Keduanya melangkah bersama menuju ke meja tempat Anatari dan teman-temannya duduk.
"Astaga Ana....!" Mayang nampak senang. Ia juga sangat mengidolakan Andre sang pemain sepak bola berdarah Indonesia murni ini.
"Selamat ulang tahun ya." Anatari menjabat tangan Mayang dan memberikan hadiah yang sudah disiapkan Erland padanya.
"Astaga, kamu kok repot-repot bawa hadiah segala sih. Kamu datang saja aku sudah senang. Tapi hadiahnya aku buka ya?" Mayang segera duduk dan membuka paper bag itu. Ia mengeluarkan sebuah kotak yang ada di dalamnya dan matanya berbinar saat melihat dompet dari satu brand terkenal yang memang sangat disukainya. "Oh my God, ini dompet yang sangat aku sukai. Aku belum bisa membelinya karena harganya mehong. Eh, ada sertifikat nya juga. Ini asli ya?"
"Masa sih gadis secantik Ana memberikan barang kawe." ujar Andre membuat Mayang nampak malu.
Andre mengajak Anatari duduk. Mereka berdua duduk berhadapan langsung dengan pasangan Alea dan Weda. Lelaki itu nampak terpesona dengan penampilan Anatari yang tak biasa. Sedangkan Alea terlihat melirik pacarnya itu dengan cemberut karena mata Weda yang tak lepas dari Anatari.
"Anna, sejak kapan kamu kenal dengan si pemain bola ini?" bisik Sella penasaran.
"Kami baru saja kenal." jawab Ana pelan.
"Sebenarnya, aku sudah lama suka dengan Anatari. Awalnya aku melihat dia yang berjaga di meja resepsionis. Ana sangat cuek denganku. Bahkan tak mau melirik ku walaupun dia tahu kalau aku adalah pemain sepak bola." kata Andre. "Sekarang saja dia masih menggantungkan perasaanku. Iya kan sayang?" Andre menatap Anatari mesra. Gadis itu jadi gemas sendiri karena tak percaya kalau pemain bola ini cukup lebay juga orangnya.
"Ana, jangan mengantungkan perasaan orang. Nanti kalau disambar orang lain bagaimana?" tanya Sella sambil melirik ke arah Alea dan Weda.
"Tenang saja. Aku bukan jenis lelaki yang mudah percaya dengan mulut orang lain. Aku akan mendengarkan secara langsung dari mulut Ana, apakah dia menyukai aku atau tidak." kata Andre. Lelaki itu sepertinya menyindir Weda.
"Ya sudah. Ayo makan, aku sudah lapar." Anatari langsung memotong percakapan agar tak semakin melebar.
Selama makan malam, Andre menunjukan perhatian sebagai seorang lelaki. Seperti mengambilkan makanan untuk Ana, mengambilkan minuman, bahkan menyingkirkan rambut Ana yang menutupi wajahnya.
Sangat jelas terlihat kalau Weda cemburu. Ia bahkan tak bisa menikmati makan malamnya dengan baik.
"Jadi cowok itu harus kayak Andre. Perhatian, lembut dan selalu meratukan pacarnya." kata Mayang sambil melirik Don pacarnya. Lelaki blesteran Dayak-Thailand itu hanya tersenyum. Don memang dikenal sebagai lelaki yang pendiam dan sedikit cuek.
"Masing-masing lelaki punya ciri khas nya sendiri, sayang." bisik Don. Ia kemudian meneguk minumannya sampai habis lalu segera memegang tangan Mayang. "Ayo kita dansa!"
"Benarkah?" Mayang sangat senang. Keduanya pun segera ke lantai dansa. Andre menatap Anatari. "Cantik, apakah kamu mau dansa dengan ku?"
"Aku tidak pintar dansa."
"Akan ku ajarkan." Andre pun meraih tangan dan membawanya ke lantai dansa.
Ia meletakan satu tangan Anatari di bahunya, sementara tangannya yang lain digenggam olehnya. "Kamu pernah kan berenang di pantai. Seperti kamu membiarkan tubuhmu di bawa oleh gelombang air, demikian juga kalau dansa. Jangan dipikirkan akan salah atau benar, bergerak saja ke kiri dan ke kanan.
"Ok."
Anatari pun mengikuti instruksi Andre. Sempat beberapa kali ia menginjak kaki cowok itu namun akhirnya ia bisa mengimbangi gerakan pemain bola itu.
Alea menatap Weda yang sedang melihat ke arah lantai dansa. "Kamu mau berdansa juga, sayang?" tanya Alea karena teman-temannya yang lain ikut turun untuk berdansa juga.
"Tidak. Aku mau pulang!"
"Kok mau pulang sih? Acaranya kan baru saja dimulai. Kamu cemburu ya melihat Anatari dengan Andre ?" Alea terlihat kesal. Weda menuangkan minuman ke gelasnya lalu meneguknya sampai habis. "Aku mau pergi!"
"Weda....!" Alea ikut berdiri.
"Aku mau pulang. Acaranya sudah selesaikan? Kita sudah makan malam, kamu sudah memberikan hadiah untuk temanmu. Mau apa lagi?"
Alea pun mengikuti langkah Weda. Ia pamit sebentar dengan Mayang sebelum menyusul langkah Weda.
Anatari dapat melihat pasangan itu yang pergi. Ia menikmati saja acara dansanya dengan Andre. Dari pada harus bersama bule gila yang sangat dibencinya itu.
"Terima kasih sudah menemani aku. Kalau boleh aku tahu, siapa yang sudah menyuruh kamu?" tanya Anatari saat keduanya sudah keluar dari pub.
"Seorang perempuan yang bernama Lizzy. Kebetulan beberapa temanku menginap di hotel The Thomson. Lizzy kemudian menghubungi aku. Sebenarnya aku nggak suka sih harus bersandiwara seperti ini. Namun karena aku juga belum memiliki pacar, aku pikir tak ada salahnya mencoba bakat aktingku."
"Astaga ..., kamu ini." Anatari jadi tertawa dibuatnya. Mereka pun berhenti di depan sebuah mobil Honda berwarna merah.
"Mau ku antar pulang?"
Anatari menggeleng. "Terima kasih. Teman-teman sudah pergi semuanya. Jadi sandiwara kita berakhir di sini."
"Nanti kalau aku ketemu mereka, aku akan bilang kalau kamu menolak cintaku."
Anatari kembali tertawa. "Kamu bisa juga melawak. Pada hal di lapangan kamu terkenal sebagai pemain yang paling mahal senyum dan cuek."
"Aku tak mau dianggap tebar pesona."
"Pokonya sekali lagi terima kasih ya."
Andre masuk ke dalam mobilnya. Ia kemudian melambaikan tangan pada Anatari sebelum pergi.
Saat mobil Andre menjauh, Anatari langsung melangkah dan mendekati mobil Erland yang sejak tadi memang sudah parkir di sudut. Anatari membuka pintu dan langsung masuk.
"Terima kasih." ujar Anatari sambil memasang seatbelt nya.
"Terima kasih untuk apa?" tanya Erland lalu menjalankan mobilnya.
"Karena sudah memberikan Andre untuk menemani aku."
"Seharusnya aku yang menemani kamu. Namun teman-teman mu pasti akan bingung. Kamu kan tak suka bule."
"Dan dari semua bule yang aku benci, kamu berada di level teratas."
Erland tertawa. "Silahkan kamu terus membenciku, namun begitu tiba di rumah, kamu harus segera menyetrika bajuku."
"Hei, ini kan sudah jam 11. Apakah tak boleh ditunda besok? Atau bawa saja ke tempat laundry."
"Kamu sudah menandatangani semua itu, nona."
"Tapi Erland, aku tak pandai menyeterika."
"Itu bukan urusanku."
Anatari mendesis kesal. Ia pun segera ganti pakaian begitu tiba di rumah. Lalu ia ke ruangan laundry dan menyiapkan pakaian Erland. Setiap kali Anatari selesai menyetrika baju, Erland selalu bilang kurang rapi, kurang licin dan lain sebagainya.
"Erland, besok saja ya? Aku capek banget. Lagi pula kamu kan belum akan memakai pakaian ini sekaligus. Ini sudah mau jam 1 tengah malam."
Erland yang sedang duduk sambil melihat Anatari yang bekerja mengangguk.
"Boleh. Tapi ada syaratnya."
"Syarat apa lagi sih?"
"Cium aku."
Anatari mendekat lalu mengecup pipi Erland. "Sudah."
"Aku bilang ciuman. Bukan kecupan."
"Maksud mu apa sih?"
"Jangan berteriak padaku, Nata. Aku tidak suka."
"Siapa Nata?"
"Kamu."
"Namaku Anatari. Aku biasa dipanggil Ana atau Tari. Ngapain. Nata? Jelek sekali."
"Suka-suka aku, dong. Sekarang cepat cium aku. Di bibir."
Anatari merasa jijik setengah mati. Namun ia terlalu lelah untuk terus menyetrika. Makanya ia pun mendekat lalu membungkuk ke arah Erland yang sedang duduk dan mencium bibir cowok itu.
"Itu bukan ciuman." kata Erland.
"Bagaimana sih yang dimaksud dengan ciuman. Aku nggak tahu!"
"Sini ku ajarkan!" Erland langsung menarik tubuh Anatari sehingga duduk di pangkuannya. Tak menunggu lama, ia langsung memegang dagu Anatari dan mencium bibir gadis itu dengan ciuman yang dalam, panas dan menuntut sehingga Anatari seperti mau kehabisan oksigen.
"Itu baru yang namanya ciuman, istriku Nata." kata Erland lalu mendorong tubuh Anatari yang masih duduk di atasnya. Ia kemudian dan masuk ke kamar. Anatari berdiri tanpa suara. Tangannya memegang bibirnya yang baru saja dicium oleh Erland.
Gadis itu keluar dari villa melalui pintu belakang. Ia kemudian berteriak mengeluarkan kemarahan di hatinya. Ia tak sadar kalau Erland merekam semuanya itu.
Saat Anatari akhirnya masuk ke kamar, ia melihat Erland yang masih duduk sambil mengetik sesuatu di tabletnya. Gadis itu pun segera naik ke atas ranjang lalu mematikan lampu tidurnya.
Erland menatap naskah film nya yang sudah memasuki bab ke dua. Pria itu tersenyum membayangkan jalan cerita dari film yang akan dibuatnya ini.
**********
Bagaimana kelanjutan mereka ?
Anatari blum pengalaman jd meski di arahkan dl sama si sutradara nya yaitu Erland 😀🤣😍🫢🤭
Erland ngeselin sekali buat Anatari..
apakah mereka akan malam pertama yg sdh sll tertunda itu hehehehehe..
lanjut thor 🙏
lanjut thor 🙏
Anatari bnyk akal tp Erland kyknya tdk kurang akal utk mengerjai nata 😄😁🫢🤭