Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16.Tinggal sementara.
Setelah kerumunan itu perlahan bubar karena keberanian kata-kata Zi ning, Li mei hanya berdiri terpaku, masih memegang erat tas kulitnya. Matanya berkaca-kaca, tetapi bukan karena kelemahan,melainkan karena pertama kalinya, seseorang membelanya. Seorang wanita yang tak mengenalnya, tapi berbicara seperti tahu betul apa yang ia rasakan.
Zi ning berjalan mendekat, matanya menatap lembut.
“Namamu siapa?”
“Li… Li mei,” jawab gadis itu pelan.
“Namaku Zi ning. Dan ini Yue, temanku dan pelayanku.”
Li mei tidak menyangka, ia akan bertemu dengan orang yang tidak menganggap orang rendah dari profesinya. Bahkan Zi ning memperlakukan pelayannya seperti temannya.
Li mei menunduk memberi hormat, namun cepat-cepat dibalas oleh Zi ning dengan anggukan ramah."Terimakasih nona sudah membelaku! "
“Jangan menunduk. Tidak ada yang hina dalam pekerjaanmu. Bahkan… mungkin lebih mulia dari mereka yang hanya pandai mencibir tanpa pernah menyentuh kebenaran.”
Yue yang sejak tadi diam akhirnya ikut bicara, sambil memperhatikan penduduk yang masih curi-curi pandang dari kejauhan.
“Kita sebaiknya segera mencari penginapan. Sebelum kata-kata tadi membuat kita diusir dari desa ini.”
Li mei mendongak, ragu sejenak. Namun kemudian memberanikan diri menawarkan untuk mereka tinggal di rumah sederhana miliknya.
“Kalian boleh tinggal di rumahku… kalau tidak keberatan. Itu… peninggalan ibuku dan kebetulan aku tinggal sendirian.”
Zi ning dan Yue saling pandang, lalu mengangguk.
Dan tak beberapa lama mereka berjalan menjauh dari desa Yan shi, akhirnya mereka sampai di rumah sederhana Li mei.
Rumah Li mei sederhana, tapi bersih. Terletak agak di pinggir desa, di dekat aliran sungai kecil. Di dalamnya penuh buku-buku tua, alat pemeriksaan sederhana, dan aroma herbal yang samar.
“Ibu ku dulu juga seorang pemeriksa mayat,” jelas Li mei sambil menyalakan pelita.
“Sejak beliau tiada, aku melanjutkan pekerjaannya. Tapi semakin lama… semakin banyak yang tidak suka.”
Zi ning duduk di dekat meja, menatap buku-buku yang terbuka.
“Kau punya keberanian, Li mei. Jangan biarkan mereka memadamkannya.”
“Tapi bagaimana jika aku lelah? Mereka menganggapku kotor… mereka menjauhiku… bahkan anak-anak melempari rumahku dengan batu.”
Zi ning tersenyum kecil.
“Kau tahu… dulu aku juga dianggap pembawa sial. Hanya karena aku tidak tunduk pada aturan mereka. Tapi lihatlah, aku masih di sini. Hidup. Berdiri. Dan tetap menjadi diriku sendiri.”
Li mei menatap Zi ning dengan penuh rasa ingin tahu. Lalu ia bertanya pelan.
“Kau… bukan orang biasa, ya?”
Yue langsung menegakkan badan, tapi Zi ning hanya tertawa kecil.
“Apa aku terlihat seperti bangsawan?”
“Bukan… lebih seperti seseorang yang pernah terluka… tapi tidak hancur.”
Malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Zi ning tidur dengan perasaan damai,bukan karena tempatnya nyaman, tapi karena ia merasa melihat dirinya dalam Li mei. Mungkin... inilah alasan mengapa takdir membawanya ke desa terpencil ini.
Hari-hari berlalu di desa Yan Shi, dan suasana sunyi di rumah kecil Li mei perlahan berubah. Ada tawa kecil di pagi hari, suara langkah kaki yang sibuk di malam hari, dan kehangatan yang tumbuh di antara tiga perempuan yang sama-sama pernah terluka oleh dunia.
Zi ning memutuskan untuk tinggal sementara bersama Li mei. Bukan hanya karena tempat itu aman dari kejaran, tapi karena hatinya merasa tertambat oleh sesuatu yang lebih dalam yaitu ilmu pengetahuan yang terlupakan, yang selama ini ia kubur demi kehidupan keluarganya yang ada di masa depan.
Zi ning merasa kehidupan di masa lalu ini tidak begitu membosankan, ia ingin mewujudkan mimpinya dulu yang telah terkubur dalam bidang medis.
Akhirnya Zi ning memutuskan untuk mengembangkan kembali ilmu dasar medis tradisional miliknya, pada zaman kuno ini.
“Aku ingin belajar darimu, Li mei,” ucap Zi ning pada suatu pagi.
“Ilmu yang kau miliki… bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga memberi suara pada mereka yang tak bisa berbicara lagi.”
Li mei sempat terdiam, lalu tersenyum.
“Kalau begitu, kau harus siap. Dunia mayat tidak lembut, dan tidak semua orang berani melihatnya seperti yang sebenarnya.”
"Kamu tenang saja, pemandangan seperti itu pernah ku lakukan di semester awal kuliah" Jawaban Zi ning membuat Li mei tidak mengerti.
"Semester?, apa itu dan kuliah?. Apa di kotamu ada bahasa aneh dalam medis? "
Zi ning lalu terdiam, ia kembali lagi membicarakan bahasa yang tidak di mengerti di zaman kuno ini.
"Ha.., seperti itulah. Kamu tidak akan mengerti kata rahasia itu! " Jawab Zi ning yang sedikit gugup dengan diiringi suara tawanya.
Sejak hari itu, Zi ning mulai belajar kembali dari awal. Ia membaca kitab-kitab tua tentang anatomi manusia, forensik kuno, dan simbol-simbol medis dalam aksara lama. Ia menulis ulang catatan yang rusak, menghafal tanda-tanda luka mati tak wajar, dan memahami bahasa tubuh yang telah membeku.
Tapi sebelum itu ia harus tahu huruf yang tertulis di zaman kuno ini, walaupun sulit tapi rasa ingin tahu Zi ning tidak akan pupus.
Yue, pelayannya yang setia, hanya bisa tersenyum setiap kali melihat nyonyanya duduk bersila di lantai, dengan rambut diikat seadanya dan noda tinta di ujung hidung.
“Nyonya jadi seperti gadis desa sungguhan sekarang,” kata Yue, menggoda sambil menyiapkan teh hangat.
“Biar saja,” jawab Zi ning, tersenyum. “Mungkin untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa menjadi diriku sendiri.”
Yue merasa senang dengan keadaan nyonya nya sekarang, ia melihat nyonya nya kembali hidup tidak seperti di rumah keluarga Wu.
Tak butuh waktu lama hingga kabar tentang “asisten baru” Li mei sampai ke telinga pengurus pengadilan wilayah. Seorang kepala penjaga desa yang keras namun jujur, Kepala Gu, datang langsung ke rumah mereka suatu pagi.
“Kami butuh bantuan,” katanya pendek. “Ada mayat ditemukan di hutan utara. Posisinya aneh. Tidak ada luka, tapi matanya terbuka lebar… seperti ketakutan.”
Li mei mengangguk tenang. Namun kali ini, ia tidak pergi sendiri.
Zi ning berjalan di sampingnya, membawa tas kulit tua berisi alat-alat sederhana dan buku catatan. Yue, seperti biasa, berjalan di belakang dengan membawa air dan kain bersih.
Mata warga desa terbelalak melihat dua wanita muda berjalan menuju lokasi kejadian dengan percaya diri, tanpa gentar sedikit pun.
Di lokasi kejadian, Li mei mulai memeriksa jasad, dan Zi ning mencatat dengan cermat. Sesekali ia bertanya, dan Li mei menjawab dengan sabar. Mereka seperti guru dan murid, seperti dua sisi dari satu cermin yang satu penuh pengalaman, satu penuh semangat belajar.
“Lihat posisi jari-jarinya,” kata Li mei.
“Orang ini tidak mati karena luka luar… tapi seperti dicekik dari dalam.”
“Apa mungkin racun?” tanya Zi ning pelan.
Li mei tersenyum.
“Pertanyaan yang bagus. Kita akan cari tahu.”
Kepala Gu memperhatikan mereka dengan rasa hormat yang tumbuh. Untuk pertama kalinya, ia melihat perempuan-perempuan yang tak hanya bicara, tapi bekerja dengan kepala dan hati.
Hari-hari berikutnya, Zi ning menjadi sosok yang tak asing lagi di jalanan desa. Anak-anak mulai menyapanya, dan ibu-ibu desa datang meminta ramuan luka atau nasihat kecil. Ia tak lagi hanya “wanita asing” sekarang ia mulai menjadi bagian dari Yan Shi.
Dan meski hatinya masih menyimpan luka dari keluarga Wu, dari kehilangan, dari pengkhianatan… setidaknya di sini, ia membangun versi baru dari dirinya yaitu Zi ning yang bebas, berpengetahuan, dan berguna.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡