NovelToon NovelToon
Jawaban Untuk Kimi

Jawaban Untuk Kimi

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: EmbunPagi25

Kimi Azahra, memiliki keluarga yang lengkap. Orang tua yang sehat, kakak yang baik, juga adek yang cerdas. Ia miliki semuanya.

Namun, nyatanya itu semua belum cukup untuk Kimi. Ada dua hal yang belum bisa ia miliki. Perhatian dan kasih sayang.

Bersamaan dengan itu, Kimi bertemu dengan Ehsan. Lelaki religius yang membawa perubahan dalam diri Kimi.

Sehingga Kimi merasa begitu percaya akan cinta Tuhannya. Tetapi, semuanya tidak pernah sempurna. Ehsan justru mencintai perempuan lain. Padahal Kimi selalu menyebut nama lelaki itu disetiap doanya, berharap agar Tuhan mau menyatukan ia dan lelaki yang dicintainya.

Belum cukup dengan itu, ternyata Kimi harus menjalankan pernikahan dengan lelaki yang jauh dari ingin nya. Menjatuhkan Kimi sedemikian hebat, mengubur semua rasa harap yang sebelumnya begitu dasyat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmbunPagi25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Makan Seblak

Motor Arkan melaju pelan diantara jalanan yang terasa sedikit lenggang, diantara langit yang masih menampakan semburat jingganya, menyajikan senja yang nampak indah.

Arkan membelokan motornya ke arah kiri jalan, yang dikata sepi itu. Konon, katanya. Sering terjadi kecelakaan hingga jalanan itu terasa angker bagi pengendara.

"Mas?" Panggil Kimi di balik punggungnya. Jalanan yang sepi itu membuat Arkan bisa dengan mudah mendengar suara Kimi meskipun dengan mencicit sekalipun.

Arkan menatap wajah wanita itu dari kaca spion motor, yang detik berikutnya membuatnya tertawa lepas. "Kenapa, Dek? Mukanya, pias begitu. Takut?" Tanya nya.

Kimi menggeleng cepat. "Ngga!" Ujarnya yang terdengar nyaring. Sedikit gugup jika boleh Arkan menambahkan.

"Wiihh... keren dong. Berani istrinya, Mas!" Puji Arkan sembari terkekeh yang justru terdengar seperti ledekan dan meremekan ditelinga Kimi.

Arkan melanjutkan ucapan nya. "Sebenarnya ini jalanan angker, Dek. Apalagi pas senja begini. Dulu itu banyak yang kecelakaan jalan sini. Kata mereka, digangguin sama mahluk halus."

"Ada yang pernah cerita katanya bentukan hantunya itu–"

"Mas!" Sela Kimi. "Bisa ngga sih. Ngga usah cerita begituan, disini?"

Kimi memeluk tubuhnya sendiri, matanya menoleh kanan kiri jalan. Membuatnya bergidik ngeri demi membayangkan ceritanya Arkan.

Arkan justru terkekeh, entah yang ke berapa kalinya. Lelaki itu seperti senang sekali menertawakan kimi akhir-akhir ini. "Aku pikir kamu ngga takut sama hal beginian, Dek."

"Kenapa mikir, gitu? Emang aku kelihatan nya kaya pawang hantu?" Seru Kimi protes.

Arkan terbahak mendengar penuturan nya. Sedangkan Kimi merengut seraya memukul punggung Arkan dengan kesal. "Stop, ketawa. Mas!"

Namun Arkan tidak mengidahkan nya dan justru kian terbahak, membuat Kimi jadi geram juga hingga tangan nya tergerak untuk mencubit pinggang lelaki itu.

Arkan mengaduh."Ampun, dek!" Ujar Arkan dengan napas tersengal karena lelah tertawa, namun tak urung juga akhirnya membuat Kimi secara tidak sadar telah menarik kedua sudut bibirnya dengan arah berlawanan.

"Jangan ketawa, lagi!" Ancam nya dengan mengulum senyum.

Arkan menatap Kimi sekilas melalui kaca spion motor."Kamu malah spek bidadari, Dek. Ketimbang terlihat seperti pawang hantu." Arkan berkata lirih namun masih bisa didengar oleh Kimi. Membuat kimi terdiam, menjadikan suasana terasa hening. Jenis hening yang lebih pekat dari pada jalanan sepi.

"Buruan, Mas!" Ujar Kimi setelah hening beberapa saat.

Arkan mengangguk pelan meski Kimi mungkin tidak melihatnya. "Yaudah, pegangan! Mas, bakal ngebut!"

Kimi menuruti, ia mulai berpegangan pada behel motor saat Arkan menyelanya. "Kamu udah kaya Bunda aja, dek. Pegangan di behel motor."

"Terus, dimana?"

"Penggangan di pinggang, Mas! Behel motor itu bukan dirancang untuk jadi pegangan maupun sebagai tumpuan. Fungsi utama behel itu untuk memudahkan pengendara saat memarkir motor menggunakan standar tengah atau untuk membantu saat memindahkan posisi motor. Bukan sebagai pegangan!"

Meski dengan sedikit canggung, Kimi tetap menuruti. Pelan, ia membawa tangan nya ke arah pinggang Arkan. Berpegangan pada Hoody hitam Arkan, yang baru lelaki itu kenakan setelah keluar dari toko tadi.

Arkan sempat melirik Kimi dari pantulan kaca spion motor. Ia tahu bahwa wanita itu nampak ragu sejenak, namun akhirnya tetap menuruti juga meski hanya memegang Hoody nya. Yang semakin lama terasa semakin kencang Hoody nya ditarik dalam genggaman wanita itu.

Kimi menyembunyikan wajahnya di punggung Arkan, saat motor melaju kencang. Samar, saat terbawa angin. Kimi dapat mencium wangi aquatic dari tubuh Arkan meski sudah seharian. Sekilas, wangi Aquatic itu mengingatkan Kimi pada laut dan air.

Sayup suara azan magrib terdengar saat jalanan mulai terlihat ramai. Ditepi jalan, Kimi bisa melihat bangunan Masjid yang berdiri kokoh diantara bangunan yang lain.

"Sholat, dulu. Mas!" Ujarnya.

"Oke!"

Arkan membelokan motornya memasuki halaman Masjid yang mulai ramai, bersamaan dengan anak-anak yang berlarian, berebut ingin lebih dulu masuk ke dalam Masjid.

"Mas, duluan kesana, Dek. Ambil wudhu." Arkan menunjuk tempat wudhu laki-laki yang terpisah dengan tempat wudhu nya perempuan.

Kimi mengangguk lalu melangkah ke tempat wudhu perempuan lalu memasuki Masjid dan melaksanakan kewajiban nya disana.

Kimi menunggu Arkan di tangga Masjid usai mereka melaksanakan sholat magrib berjamaah. Namun, hingga orang-orang mulai keluar dari Masjid, Kimi tidak dapat menemukan Arkan diantara orang-orang itu.

Lama menunggu akhirnya membuat kimi mengalihkan perhatiannya dengan memainkan ponselnya, membuka media sosialnya sembari menunggu kedatangan Arkan.

Butuh waktu beberapa menit bagi Kimi untuk bisa mendengar suara familiar itu, juga langkah yang membawa derap kaki itu keluar dari Masjid. Bersamaan dengan seorang yang tidak Kimi ketahui yang sedang melangkah di samping Arkan.

"Yang waktu itu sudah dibikin kan, plafon. Mas Ar. Kalau yang ini mungkin nanti untuk benerin WC, saja." Ucap seoarang pria paruh baya yang mungkin saja seumuran Papa.

Pria paruh baya itu mengenakan baju koko juga sarung hitam. Kepalanya ditutupi peci rajut hitam.

Arkan membawa orang itu melangkah menemui Kimi yang sekarang sedang berdiri ditangga Masjid. "Ini istri saya, Ustad. Namanya Kimi Azahra. " Ujar Arkan memperkenalkan nya pada pria paruh baya itu yang dipanggil Arkan sebagai Ustad.

Ustad itu mengangguk lalu menunduk seraya menangkupkan kedua tanganya di depan dada. "Assalamualaikum. " Ujarnya.

Kimi membalas salamnya seraya ikut menangkupkan kedua tangan nya di depan dada seperti yang ustad itu lakukan. "Wa'alaikumussalam, Ustad." Jawabnya.

"Beliau ini, Ustad disini. Dek." Lanjut Arkan lagi.

Kimi menganguk seraya tersenyum tipis menanggapi.

Setelahnya obrolan itu berlanjut, yang lebih di dominasi oleh Arkan dan Ustad Dayat, yang baru Kimi tahu namanya dari obrolan mereka.

Pembicaraan mereka mengalir begitu saja, seputar bangunan Masjid, juga tentang pemuda-pemuda Masjid yang katanya mulai rajin berkontribusi pada Masjid. Juga hal-hal yang tidak Kimi ketahui.

Hingga ucapan Arkan setelahnya mengakhiri obrolan itu. "Kalau begitu, kita pamit pergi dulu. Ustad." Ujar Arkan.

"Iya, Mas Arkan. Hati-hati dijalan!"

"Baik, Ustad. Assalamualaikum. "

"Wa'alaikumussalam. "

Kimi dan Arkan mulai menjauh, melajukan motornya diantara pengendara lain yang juga melewati jalanan seperti mereka.

"Mas, kenapa bisa kenal sama Ustad yang tadi?" Tanya Kimi akhirnya dengan suara yang lebih keras agar terdengar diantara deru mesin motor juga dari kendaraaan lain yang melintasi.

"Ustad Dayat itu temannya Ayah, Dek. Jadi Mas kenal." Kimi manggut-manggut mengerti.

"Mau makan dulu, Dek?" Arkan bertanya seraya melirik Kimi dari kaca spion motor.

Kimi nampak berpikir sejenak, lalu jawaban nya muncul setelahnya. "Mau Seblak, Mas." Ujar Kimi saat melihat warung makan seblak di pinggir jalan.

"Oke!" Arkan menepikan kan motornya.

Kimi masuk bersama Arkan di tenda warung, "Seblak, Bu, dua!" Ujar Arkan pada Ibu penjual yang mengacungkan jempolnya kepada Arkan. Sebagai tanda siap.

Arkan meletakan dua mangkuk Seblak ke atas meja, juga dua gelas es teh.

"Mmm... enak, Mas!" Ucap Kimi usai memasukan kan suapanya ke dalam mulut.

Arkan menatap Kimi yang memakan Seblak dengan lahap membuat Arkan tidak kuasa untuk tidak memperingati istrinya. " Hati-hati, Dek. Panas!"

Kimi hanya mengangguk lalu meniup pelan kuah pedas seblak itu sebelum menyeruput nya.

"Dimakan, Mas! Ngelihatin aku ngga bakal bikin kenyang." Ujarnya pada Arkan yang sedari tadi hanya menatapnya.

Namun, bukan nya menuruti. Arkan justru terkekeh seraya mengangkat tangan nya untuk mengusap sudut bibir Kimi yang terlihat celemotan. "Enak banget, yah? Sampai celemotan begini."

1
Asrar Atma
Abang Ar, hati-hati dijaga hatinya istri/Angry/
Kesini
lanjut Thor
Kesini
ah manis
Kesini
Alhamdulillah, ada hikmahnya saya tidak jadi pelakor
Asrar Atma
beda emang doa orang baik, kata-kata nya terusan indah nih
Asrar Atma: tersusun
total 1 replies
Abel Peony
Unyuk?/Drowsy/
Asrar Atma
tumbuhkan lah benih cinta itu/Determined/
Asrar Atma
aku malah bacanya ngga cantik tadi, jadi ngulang lagi baca nya ternyata salah
Kesini
ku kira murahan tadi/Curse/
Kesini
lah lah bearti kamu sayang kimi
Kesini
mang Danang sama man dang memang kembar
Kesini
habis panen langsung ngembengkel
Kesini
belikan saya kue
Asrar Atma
cuma dinovel yang nyebelin gini jadi lucu
Asrar Atma
itu adalah kebiasaan perempuan yang ngga tahu kenapa, tapi percaya deh aku juga kesal kalo jadi abang Arkan
Asrar Atma
kimi ngga butuh apapun, biar dicintai suaminya /Doubt/
Asrar Atma
sedikit kesal pada abang Ar/Grimace/
Asrar Atma
oh gitu tuh, ngerti jadi sih dari sudut pandang kimi. eh akhirnya Arkan deh yang suka. jadi berbalik gitu/Angry/
Kesini
mellow
Kesini
pantas kau kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!