Kiki seorang gadis desa yang sederhana memiliki kemauan untuk merubah hidupnya. Ia memutuskan pergi ke ibu kota dengan hanya berbekal tekadnya yang kuat.
Ibu kota dalam bayangannya adalah sebuah tempat yang mampu mengabulkan mimpi setiap orang nyatanya membuatnya harus berkali-kali menelan kekecewaan apalagi semenjak ia dipertemukan dengan seorang lelaki bernama Rio.
Apa yang terjadi dengan kehidupan Kiki dan Rio? apakah keinginginan Kiki akan terwujud?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephta Syani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16
Vani teruduk di di ruang tamu rumah kiki. Matanya sembab, bajunya kotor. Ibu Kiki datang memberikan segelas minuman hangat.
" minum lah nak, tenangkan dirimu. " ibu tersenyim lembut sambil mengusap pucuk kepala vani. Vani memandang wajah ibu kiki dengan tatapan rindu.
" ibu, boleh saya peluk ibu?"
" peluklah nak. " ia merentangkan tangan, kiki menghambur memeluk wanita paruh baya itu. Tangisnya pecah semakin keras. Ia menumpahkan segala perasaannya, ibu kiki mengusap punggung vani. usapan lembut yang menenangkan. Ia tak menghentikan atau melarang vani memangis. Dibuarkannya vani menangis dalam pelukannya.
Begitu lama vani menangis d pelukan ibu kiki. Kiki yang menyaksikan itu hanya memandang dengan mata berkaca kaca. rupanya penderitaan kiki lebih berat dari pada dia. Ia bersyukur hidupnya masih bisa dibilang beruntung karena ada ibunya.
Vani menganggkat wajahnya. Ia melepas pelukan, tangisnya sudah berhenti.
" maafkan saya bu. Saya hanya rindu ibu. " ucapnya.
" tak apa nak. Anggaplah aku ibumu. " dengan wajah tetap lembut keibuan ibu menyunggingkan senyum.
" maaf Vani. Kalau boleh tahu siapa laki laki tadi? " kiki mendekat dan bertanya pada vani.
Vani menghela nafasnya dalam sebelum bercerita.
" pria itu Roni. Dia adalah mantan suamiku. " ia lantas menceritakan bahwa ia dan Roni bercerai karema ia tak tahan selalu mengalami KDRT. Namun walaupun sudah bercerai Roni kerap mendatanginya karena ia merasa Kiki harus tetap melayaninya.
" ya Tuhan. Kenapa kau tidak melaporkanya saja Van? "
" aku takut Ki. Aku belum bisa melakukan itu. "
" ya sudah tak apa. tapi kau harus kuat, sepertinya ia akan datang kembali padamu. "
" ia Ki, aku harus bersiap jika dia datang kembali. "
Kik, vani dan ibunya akhirnya bercengkrama sampai Lisa datang dan ikut nimbrung ngobrol bareng mereka.
***
Rio berjalan menuju sebuah ruangan club malam. Disana ia sudah janjian bertemu dengan temannya. Begitu sampai ia lantas membuka pintu ruangan tersebut. cahaya remang lampu dan bau minuman menyambut kedatangannya.
" hai, bro... " sapa Tomi sang sahabat. Rio mendudukan diri di sofa. Ia tak menjawab sapaan tomi. belum juga Rio dan Tomi ngobrol tiba tiba, pintu kembali terbuka, seorang perempuan dengan baju seksi masuk kedalamnyam senyum sumringah nampak di wajahnya.
" kau mengundangnya juga? " tanya Rio pada Tomi.
" iya... Kasian dia tak ada teman. Jadi ku ajak sekalian ketemu denganmu. " ucapnya tanpa mempedulikan raut wajah Rio.
" tapi kau tau, aku tak suka"
" sudahlah mengalah lah kali ini. Dia juga teman kita. "
Rio kesal, namun ia sendiri tahu apa yang dikatakan Tomi benar. Namun ia tak suka pada Tina. Semenjak ia mengetahui perasaan wanita itu, dan sikapnya yang lebih pada terobsesi padanya ia menjadi malas jika harus bertemu langsung dengan Tina.
" hai... Kalian cepat sekali datangnya. " Tina menyapa Tomi dan Rio. Matanya berbinar saat pandangannya bertemu dengan Rio. Tanpa canggung ia duduk di sebelah Rio.
Rio beringsut, sedikit menjauh dari Tina yang duduk sangat menempel padanya. Ia tak nyaman. Namun Tina dengan cepat merangkul lengan Rio. Ia bergelayut manja
" aku merindukanmu Rio. Susah sekali sih ingin menemuimu. " ucapnya manja.
Tomi yang menyaksikan itu hanya tertawa. Berbeda dengan Rio wajahnya nampak menunjukan kekesalan pada tingkah Tina. Ia mencoba melepaskan lengan Tina, namun perempuan itu semakin erat memegangnya.
" lepaskan aku. Jika kau ingin bermanja manja sana sama Tomi saja, jangan padaku. "
" ga mau. Aku rindu sama kamu Rio. " Tina semakin berusaha untuk memeluk Rio. Rio yang tak sabar akhirnya bersuara tinggi.
" jika seperti ini aku lebih baik pergi saja. "
Tina memandang Rio, matanya berkaca kaca.
" kenapa kau tega sekali padaku Rio. Aku sangat menyukaimu. Aku Rindu padamu. Tak bisakah kau memahami ku atau membalas cintaku?" ucapan Tina sudah bergetar menandakan tangisnya akan pecah.
Rio berusaha menenagkan emosinya.
" sudah aku bilang, aku tak menyukaimu. Aku hanya menganggapmu sebagai temanku tak lebih. Dan kau jangan meminta lebih dariku. "
" apa salahku Rio? Apa kurang ku? Apa aku kurang cantik apa aku tak menarik dimatamu? Aku harus bagaimana agar kau mau menyukaiku? "
Tomi yang menyaksikan itu hanya diam. Ia sudah menduga Tina akan bersikap begitu, namun ia tak menyangka jika suasana akan menjadi canggung seperti sekarang. Ia memandang Rio dan Tina. Ia sebenarnya tak ingin dua sahabatnya itu terlibat pertengkaran. Namun ia juga tak bisa apa apa. Sementara Rio untuk kesekian kalinya mencoba menjelaskan pada Tina tentang perasannya.
" maaf Tina, kau baik kau juga cantik dan menarik tapi hatiku tak menyukaimu. Kau harus paham hati tak bisa di paksakan. Kau juga sudah tahu aku seperti apa. "
" tidak mungkin kau menolaku jiga aku menarik dan cantik dimatamu. Justru karena aku mengenalmu aku tak percaya padamu. "
" sudah lah Tina. Sadarkan diri mu. Aku menganggapmu hanya sebagi teman. " Rio kembali mencoba tenang.
" aku tak peduli. Aku akan tetap berusaha membuatmu menyukaiku. " tegas Tina.
" cukup Tina, aku tak mau menyakitimu. "
" atau kau menyukai orang lain Rio? Siapa dia? "
" jangan ngelantur kamu Tina. " Rio semakin kesal dengan Tingkah Tina.
" aku akan mencari tahu, siapa perempuan yang sudah menggodamu. Aku pastikan dia tak akan bisa memilikimu. " Tina berdiri, ia lantas pergi dengan amarahnya yang membucah merasa di abaikan oleh Rio .