NovelToon NovelToon
Story Of My Vampire Family

Story Of My Vampire Family

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Vampir / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:989
Nilai: 5
Nama Author: Lutfiatin Nisa

Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bangkitnya Dinda

Dalam laboratorium, Sammy dan Hani berbaring di antara ibunya. Sofyan menunggu keduanya siap, lalu menekan sebuah tombol yang akan mengalirkan darah mereka melalui sebuah selang kecil ke tubuh Dinda. Sofyan meminta keduanya untuk bertahan karena proses membangunkan Dinda cukup memakan waktu.

Setengah jam kemudian, Sarah dan Sofyan bisa melihat wanita yang terbaring di dalam peti tersebut mulai membuka mata.

Setelah proses itu selesai, Sammy dibantu pamannya membuka penutup peti, kemudian Sarah membantu Hani berdiri karena gadis itu merasa lemas setelah darahnya diambil.

“Ibu ...!” Sammy berteriak dan memeluk ibunya. Rindu, sudah tentu. Sedari kecil dia hanya bisa memandangi wajah ibunya dari luar peti. Kini, penantiannya terjawab sudah.

Dinda tersenyum menatap anaknya yang sudah tumbuh menjadi pria dewasa. Tidak mau kalah, Hani juga melakukan hal yang sama. Namun, Dinda menghentikannya. “Tunggu, ini siapa? Apa kamu Sindy anakku?”

“Sindy?” tanya Hani keheranan.

“Iya. Itu nama yang diberikan Ibu untukmu,” jelas Sammy.

“Oh, iya Ibu. Ini Sindy.” Sejak saat itu, Hani memutuskan untuk memakai nama yang diberikan oleh orang tua kandungnya.

“Anak-anakku sudah besar rupanya,” kata Dinda seraya memeluk dan mencium kedua anaknya secara bergantian.

Kini mereka semua berada di ruang tamu, bercengkerama satu sama lain. Terlihat Sindy tidak mau lepas dari sang ibu. Padahal dia baru bertemu sekali ini, tetapi Sindy mengatakan bahwa mereka sudah kenal cukup lama. Itulah naluri ibu dan anak.

“Ibu tidak menyangka kalian bisa tumbuh besar secepat ini, Sammy kamu tampan sekali. Sindy juga cantik seperti seorang putri,” puji Dinda pada kedua anaknya itu.

“Ah, Ibu bisa saja. Kan, aku lahir dari perut Ibu. Sudah tentulah cantik.” Sindy mencoba melucu, tetapi sukses membuat semua orang tertawa.

Beberapa saat kemudian, Sarah datang dengan membawa nampan berisi minuman.

“Apa ini Sarah? Anak kamu itu, Sofyan.”

“Iya Tante, saya Sarah.”

“Aduh, cantik sekali. Kalau disejajarkan sama Sammy pasti serasi.”

Sammy yang saat itu sedang minum pun langsung tersedak.

“Ibu, ih.” Sammy segera membenarkan posisi duduknya kembali.

“Cieeeeeeeee, yang malu-malu,” sindir Sindy.

Sammy pun menatap tajam ke arah adiknya yang masih terus tertawa. Dinda menyuruh Sarah untuk memanggilnya dengan sebutan ibu karena mendiang ibunya sudah seperti adiknya sendiri. Wanita itu pun ingin menganggap Sarah seperti anaknya sendiri.

“Ibu senang akhirnya kita bisa berkumpul di sini, maafkan Ibu yang telah menitipkanmu pada orang lain, Sindy sayang. Tapi kalau dilihat-lihat, sepertinya Dirga menjagamu dengan baik,” ujar Dinda kepada Sindi.

Mendengar perkataan itu, Sofyan terkejut. “Jadi, selama ini kamu titipkan dia di tempat Dirga?”

Dinda mengangguk cepat. Sofyan pun bercerita bahwa Dirga dan mereka semua adalah sahabat lama. Meski Dirga masih tidak tahu bahwa Andi dan Dinda adalah vampir, tetapi pria itu sangat percaya bahwa mereka berdua bukanlah manusia biasa.

Jadi, Ibu kenal dengan Papa? Ah, maksudnya Pak Dirga?” tanya Sindy.

“Iya, Sayang. Dia teman ibu dan ayahmu.”

“Mungkin, Dirga tahu kalau Sindy adalah anakmu. Makanya dia menjaganya dengan baik.”

“Ah, pantas saja! Walau mama tidak menyayangiku, papa selalu berusaha melindungi dan menjagaku dengan baik,” timpal Sindy.

Tiba-tiba, Sammy mengalihkan pembicaraan dengan bertanya. “Apakah ibu masih ingat di mana ayah berada?”

“Sepertinya sedikit lupa, tapi yang Ibu ingat adalah tempat itu seperti laboratorium dan berada di tengah hutan,” jelas Dinda.

“Wah, sepertinya kita akan susah mencari.”

“Tunggu! Maksud Kakak, Ayah juga masih hidup?” tanya Sindy penasaran.

Dinda pun menceritakan semuanya, membuat Sindy teringat akan sesuatu. “Hm, pantas saja. Ketika aku tidur, ada seorang pria yang mengirimkan pesan padaku dengan menyebutku sebagai anaknya. Ternyata, itu sinyal dari Ayah.”

“Bagus, sepertinya Sindy mewarisi kekuatan telepati dari ayahnya,” ujar Sofyan.

Karena hari mulai larut, mereka pun memutuskan untuk beristirahat. Hani yang sudah berganti nama menjadi Sindy masih terjaga, dia menatap bulan purnama dari balik jendela. Gadis itu memilih tidur bersama ibunya. Dia ingin mendengar sang ibu bercerita tentang bagaimana kehidupannya dulu, bagaimana dia bisa bertemu dan menjalin hubungan dengan sang ayah.

Meski Sindy masih tidak menyangka bahwa dia adalah keturunan vampir, tetapi dia berusaha menerima. Mungkin ini adalah awal yang baik baginya. Sindy teringat pada orang-orang yang dulu berada di sekelilingnya. Bagaimana kabar mereka sekarang? Sindy merindukan mereka, adakah mereka merasakan hal yang sama? Lamunan itu buyar saat sentuhan tangan menepuk pundaknya.

“Kenapa belum tidur, Sayang?”

“Entahlah, Bu. Perasaan apa ini.”

“Suatu hari nanti, kamu pasti bisa kembali bersama teman-temanmu. Untuk sekarang, kita harus bersembunyi dulu sampai keadaan membaik.”

Sindy mengangguk cepat kemudian menyandarkan kepalanya di bahu sang ibu. Dinda pun mengusap rambut Sindy yang panjang.

***

Di sebuah ruangan dengan sinar lampu yang samar-samar, Arya sedang berusaha untuk mendapatkan alamat yang dia cari. Berselancar di segala sosmed untuk mendapatkan informasi tentang tempat tinggal Sammy. Dia yakin bisa menemukan Hani di sana. Namun, karena informasinya hanya sedikit susah juga untuk melacaknya.

Terdengar hembusan nafas kasar dari rongga hidungnya. “Ah, kenapa sulit sekali!” Kesal, dia pun uring-uringan.

Sudah berhari-hari dia melakukannya, tidak di kampus atau pun di rumah. Arya sibuk menenteng laptop hanya untuk mencari keberadaan Hani. Arya belum menyerah, dia yakin akan menemukan gadis pujaannya itu.

“Gimana? Ada perkembangan nggak?” Bayu datang menghampiri seraya memberikan sebotol air pada temannya yang sedang sibuk memelototi laptop.

Bukan jawaban yang di dapat, tetapi tatapan putus asa. Yang ditatap pun ikut terduduk lemas.

“Di mana lagi kita bisa mencari Hani, mengapa dia bisa hilang layaknya ditelan bumi,” gumam Bayu.

“Aku tidak akan menyerah, Yu. Pasti masih ada jalan,” seru Arya membangkitkan semangatnya lagi.

Suatu pagi, Arya mendapatkan notifikasi dari orang-orang yang telah dia bayar untuk mencari alamat Sammy. Ya' uang memang membawa pengaruh yang penting. Untung saja Arya ini kaya, mudah baginya untuk mendapatkan yang dia mau dengan semua uang-uang tersebut.

Pria itu tersenyum lebar dan berkata, “Akhirnya, aku menemukanmu.”

Arya segera mengambil ponsel dan memberitahukan kepada Bayu bahwa dia sudah berhasil menemukan alamatnya. Mereka berencana pergi setelah pulang dari kampus.

Tanpa Arya ketahui, semua perbincangan Arya telah disadap. Semua pesan yang masuk pun sudah terduplikat ke ponsel Bondan. Pria separuh baya itu pun tersenyum jahat. “Anak pintar,” serunya dengan tatapan puas.

Bondan segera memberitahukan kepada seluruh anak buahnya untuk datang ke alamat yang di dapat dari Arya.

***

Di kampus.

Tidak fokus, meskipun Bayu dan Arya senang karena akan segera bertemu dengan Hani. Akan tetapi, ada perasaan tidak tenang dalam diri mereka berdua.

Bruukk!

Tabrakan tidak bisa dihindari, dua pria itu pun meringis. Setelah mengutarakan semua isi pikiran mereka yang khawatir dengan keadaan Hani, akhirnya mereka pun memutuskan untuk bolos dari pelajaran.

Saat mereka masuk ke mobil, Hana dan teman-temannya memperhatikan.

“Eh, mau ke mana mereka berdua? Jangan-jangan mau bolos!” ucap Tari.

“Aneh, sejak kapan mereka berdua jadi akrab?” sahut Feby.

Terjadi perbincangan seru antara Feby dan Tari, sedangkan Hana hanya diam mematung. Entah perasaan apa yang ada di hatinya sekarang. Dia merasa semua berbeda sejak kepergian Hani. Tidak terasa dia pun merasa kehilangan saat saudaranya itu tidak bersamanya lagi.

“Na! Kok, bengong?”

“Eh, ayo balik ke kelas aja,” pintanya dan kedua gadis tadi ikut mengekori.

Di mobil milik Arya.

“Aku nggak nyangka akan bolos bersama kamu, sejak kapan pula kita jadi akrab seperti ini,” sindir bayu.

“Mulai, deh. Nanti aja kalau mau debat, setelah kita bertemu dengan Hani, ok.”

Bayu pun membuang muka.

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!