NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 | Ma, are you okay?

Semenjak saat itu, hampir setiap hari Alana mendapat surat yang sama, berisi kata semangat tanpa nama pengirim yang tertera. Dia tak membagi tahu pada kedua sahabatnya, semua dia simpan rapat seorang diri. Berbagai pikiran memenuhi kepala, namun tak ada satu pun yang berhasil mengungkap si pelaku surat kaleng itu.

Suatu hari, Alana yang tengah berkutat di perpustakaan, tiba-tiba dikejutkan oleh seorang siswa yang mendekat lalu meminta dirinya untuk datang ke aula. Meski dipaksa, dia tak mau mengaku siapa yang memberinya perintah.

Alana sengaja tak datang, dia bahkan sudah berada di tahap muak karena secret admirer yang membuatnya takut.

Gue harus gimana? Siapa dia? Kenapa harus gini?

Alana melangkah ke kelas, duduk di tempatnya sambil merebahkan kepala di meja.

"Na, Na, gue ada berita ter-hot hari ini ... Na, ih, dengerin." Sisi merajuk karena temannya tetap pada posisi semula.

"Yang denger tu kuping, bukan mata." Mendengar itu, Vio tertawa lepas membuat Sisi semakin kesal.

Karena tak ada kelanjutan cerita, Alana menegakkan tubuh dan bertanya dengan senyum yang dia paksakan.

"Dah, gue dengerin. Berita apaan?"

Hening, namun Sisi tersenyum cerah. Menarik napas dalam lalu mencondongkan tubuh.

"Hari ini ... gue resmi pacaran!" Sisi bersorak kegirangan, sedangkan kedua temannya hanya terdiam melihat dia yang excited sendiri.

"Kalian nggak nanya? Siapa cowok beruntung yang dapetin gue?" Mata Sisi terbelalak melihat respons pasif kedua sahabatnya.

Alana hanya mengedikkan bahu sedang Vio menggeleng dengan wajah mengantuk.

"Eh, Vi. Lo cacingen apa gimana sih? Perasaan ngantuk mulu dah," ujar Sisi. Kemudian dia menyebutkan satu nama yang sukses membuat Alana terbelalak tak percaya.

"Gue ... semalem, ditembak kak Galih. Anak kelas XII, lo tau kan orangnya, Na? Dia ganteng, pinter, cuma rada pendiem aja sih."

Alana terdiam, secepat itu? Padahal belum ada satu minggu Galih membuka perasaan padanya di taman.

Apa dia sengaja bikin gue cemburu? Apa emang beneran naksir Sisi? Tapi kenapa waktunya cepet banget?

 

Sepulang sekolah, Alana memilih mampir ke Rits caffe. Dia tak ingin cepat pulang karena ada ayahnya yang akhir-akhir ini betah di rumah.

"Lho, Na. Baru pulang?" Lidia menghampiri keponakannya yang terlihat lelah.

Mereka mengobrol ngalor ngidul sampailah pada sebuah pertanyaan yang membuat Lidia terdiam.

"Tante, apa Mama ada cerita soal Papa?"

Lidia bungkam, dia memang sering menjadi tempat curhat kakaknya. Tapi dia sudah diwanti-wanti agar Alana tak sampai tahu perkara rumah tangga mereka.

"Kenapa kamu nanya gitu, Na?" Lidia mengalihkan pandangan, dia tak ingin Alana membaca apa yang ada dalam pikirannya.

"Ya nggak papa sih, cuma nanya aja." Gadis itu mengeluarkan ponsel, namun tak ada hal lain yang dilakukan selain scroll layar untuk menghilangkan rasa sesaknya.

Kenapa tante keliatan nggak nyaman banget? Pasti ada sesuatu yang emang mereka sembunyiin.

Lidia pamit untuk melayani tamu, sedang Alana masih betah duduk di sana dengan mata terus mengikuti gerak gerik tantenya.

Kliininggg...

Suara pintu kaca terbuka tanda ada tamu yang datang. Alana yang awalnya tak menggubris, tiba-tiba menunduk berusaha menyembunyikan wajah.

Di depan pintu, terlihat Gala tengah berdiri menatap sekeliling kemudian melangkah ke meja tak jauh dari tempatnya berada.

Dia memesan sesuatu lalu membuka tas dan mengeluarkan buku dan ... sebuah amplop berwarna biru!

Alana terkesiap melihat benda yang kini ada di tangan cowok itu. Memori beberapa bulan lalu kembali datang.

Jadi, surat itu bukan dari Galih? Trus ngapain dia ngajakin ketemu di aula?

Pikirannya ramai namun dia tetap pada posisinya. Tak lama kemudian, Gala terlihat menuliskan sesuatu hingga seorang waiters datang membawa pesanannya.

Nggak mungkin gue nanya ke dia, yang ada tu orang malah makin gede palanya.

Alana beringsut ke sisi lain, lalu mengendap pergi ke ruang belakang.

Gala menoleh, dia merasa ada seseorang yang tengah mengawasinya. Namun hanya sebuah meja dengan cangkir dan piring kecil yang dia lihat. Tak ada siapa pun.

Alah, mungkin perasaan gue doang.

Dia kembali pada aktivitasnya lalu memasukkan kertas itu ke dalam amplop. Sebelum menyimpan benda itu, dia tersenyum dan mencium benda di tangan.

Pelan tapi pasti, Gal. Lama-lama tu siluman singa bisa luluh juga.

Gala tertawa dalam hati, lalu menikmati hidangan di meja dan pergi setelahnya.

Sementara di ruang belakang, Alana tengah berbicara dengan seseorang di telepon. Lidia yang berniat masuk, segera mengurungkan niatnya.

"Tante, aku pulang dulu ya. Udah sore."

Lidia tersenyum lalu mengantar gadis itu sampai ke luar.

"Hati-hati, Na. Langsung pulang lho, jangan mampir-mampir lagi "

Alana mengangguk lalu masuk ke taxi yang datang. Selama perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan Gala juga ekspresi Lidia saat dia bertanya soal orang tuanya.

Ah, pusing gue. Kenapa jadi njelimet gini sih?

Dia membuka ponsel saat terdengar dering panggilan masuk.

"Halo, dok. Ada apa?"

Alana terdiam saat dr. Rian memberitahukan jika baru saja, sang ibu menghubungi dr. Rian dan menanyakan tentang kesehatan dirinya.

"Tapi dokter nggak ngomong macem-macem kan?" Alana takut ibunya tahu jika dia memang sedang sedikit drop akhir-akhir ini. Namun, penjelasan dr. Rian membuatnya lega, dia mengucap terima kasih lalu membayar argo karena sudah sampai tujuan.

Di teras rumah, Alana melihat ayahnya tengah duduk seorang diri. Ada rasa iba yang tiba-tiba menjalari tubuhnya, terlebih saat itu sang ayah yang biasanya tampil rapi dengan jas dan pakaian kantor, kini hanya memakai baju santai. Pemandangan langka yang telah lama hilang.

"Hai cantiknya Papa. Kok baru pulang, Nak? Ada les tembahan?" Bastian berdiri saat anaknya mendekat. Dia menerima uluran tangan putrinya lalu memeluk tubuh si gadis.

Alana hanya diam. Bayangan perselingkuhan sang ayah kembali datang, namun hatinya menghangat seiring perlakuan sang ayah yang memang sangat dia impikan. Perlahan, Alana menggerakkan lengannya dan balas memeluk tubuh tegap Bastian yang kini mencium puncak kepalanya.

Pemandangan itu tak lepas dari tatapan seseorang di dalam mobil yang baru saja masuk. Hanna melihat suami dan anaknya berpelukan. Tak terasa air mata mengalir deras di pipi, dia merasa sedih sekaligus rindu akan momen seperti itu. Dalam hatinya, wanita itu menangis karena keegoisan mereka, putrinya yang tak tahu apa-apa menjadi korban.

Hanna turun dan melangkah mendekati dua orang di teras.

"Mama!" Alana berteriak kegirangan melihat sosok yang dia rindukan. Namun, gadis itu terdiam saat ayah dan ibunya hanya mengangguk tanpa ada sepatah kata yang mereka keluarkan.

Hanna membawa putrinya masuk kamar, lalu mulai membongkar isi koper yang dia bawa. Dengan antusias, dia memperlihatkan hadiah untuk Alana yang masih terdiam mengamati sang ibu.

"Ma, are you okay?"

Gerakan Hanna terhenti, Alana memeluk ibunya dari belakang.

"Aku udah tahu, Ma. Aku tahu soal Papa. Alana udah gede, Ma. Jangan memaksakan diri untuk bertahan, aku baik-baik aja. Aku tahu bagaimana perasaan Mama selama ini, tapi hebatnya Mama tak pernah terlihat sedih di depan aku. Sekarang, Alana hanya ingin melihat Mama bahagia. Itu aja."

Ucapan Alana membuat tangis Hanna seketika pecah, dia berbalik dan memeluk putrinya erat. Hatinya benar-benar hancur mendengar anak yang dia anggap tak tahu apa-apa, justru berkata demikian.

*

1
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Anisa Febriana272: Oh iya kak saya mau coba buat novel nanti kalo selesai kakak mau gk kasih tau apa aja kekurangan nya
Anisa Febriana272: Oh ya kak kakak buat novel apa aja ya saya mau baca
total 14 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!