Farrah, gadis desa yang lugu, berhasil menaklukkan hati seorang Mafia kejam bernama Martin.
Kisah cinta mereka berawal ketika Martin tidak sengaja melihat Farrah menangis histeris di bandara, ia dipaksa ikut dengan seorang pria paruh baya sebagai ganti hutang ayahnya yang tidak bisa dibayar.
Meskipun saling mencintai, namun masalah besar yang dihadapi oleh Martin menjadi kendala dalam hubungan mereka.
Baca selengkapnya di novel ini >>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jasmoone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi khusus
Dengan dress sederhana warna putih dan flatshoes warna hitam membuat Farrah terlihat cantik dan elegan.
Seperti mendapat angin segar, Bagas pun segera menghampiri Farrah berniat mengatakan tujuan mereka di rumah itu pada Farrah.
" Umm, nyonya.. " Ucap Bagas seraya hendak memberikan remukan kertas yang bertuliskan misi mereka di rumah itu, namun Bagas menyimpan remukan kertas itu lagi ketika mendapati seorang lelaki keluar dari mobil dan menghampiri Farrah.
" Ayo sayang. " Ucap lelaki itu sambil menggandeng tangan Farrah.
Mereka berdua pun menoleh dan tersenyum ramah pada Bagas, lalu berjalan menuju rumah.
Bagas pun mulai berpikir negatif tentang Farrah, pasalnya baru beberapa bulan terpisah dari Martin sudah bersama lelaki lain.
" Ini Farrah pacar si Martin bukan sih?, tapi kayaknya benar deh karena wajahnya mirip banget, perutnya juga besar kayak hamil tua, waktu itu Martin bilang kalau Farrah sedang hamil. " Gumam Bagas dalam hati.
Naluri Bagas mengatakan bahwa itu memang benar Farrah pacarnya Martin, namun ia sedikit kecewa ketika mendengar lelaki itu memanggil Farrah sayang.
Pikiran buruk tentang Farrah pun mulai menyelimuti hati Bagas, ia sempat berniat ingin mengatakan pada Martin untuk berhenti berharap pada Farrah.
Namun seketika ia mengurungkan niatnya, ia takut bagaimana jika wanita itu hanya orang yang mirip dengan Farrah saja walaupun hati kecilnya mengatakan bahwa itu memang benar Farrah.
Bagas pun memberitahu rekan yang lainnya melalui pesan singkat, mengatakan bahwa dia akhirnya berhasil bertemu dengan Farrah namun belum sempat mengobrol karena satu hal.
Mereka pun akhirnya memikirkan bagaimana cara agar mereka memiliki akses langsung untuk bertemu dengan Farrah.
Beberapa saat kemudian, Bagas pun menemukan ide baru yang berpotensi membuat mereka bertemu Farrah setiap hari.
Ia pun segera memberitahu rekan-rekannya tentang idenya itu, mereka pun setuju dengan ide brilian Bagas itu.
Bagas dan rekan-rekannya akhirnya menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan misi baru itu.
...***...
Sementara Jarwo, ia kembali mendatangi kediaman Sadikin setelah beberapa bulan tidak bisa kemana-mana karena sakit.
Ia merasa sangat kesal ketika mendapati pintu rumah Sadikin ternyata terkunci.
" Sial, nih orang kayaknya sudah tahu kalau aku mau datang, awas kau Sadikin kau kira kau bisa lari dariku!!. " Gumam Jarwo dalam hati dengan ekspresi wajah penuh amarah.
Karena merasa dipermainkan oleh Sadikin, Jarwo pun menemui warga terdekat dan menanyakan keberadaan Sadikin.
" Permisi Bu mau tanya, Sadikin ke mana ya?, kok rumahnya terkunci? " tanya Jarwo.
" Kurang tahu juga pak, kalau enggak ada di rumah mungkin di sawah atau di kebun jagung di belakang rumahnya pak. " Jawab warga itu.
" Sawahnya di mana Bu?, jauh enggak dari sini? " tanya Jarwo lagi.
" Enggak begitu jauh pak tapi jalannya agak hutan, ngomong-ngomong Bapak ini siapanya Pak Sadikin?, Jawab warga itu sambil bertanya.
Jarwo tampak terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.
" Umm..., saya kakaknya Sadikin dari kota, ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan adik saya. " Jawab Jarwo berbohong.
Mengingat dulunya keluarga Sadikin memang pindahan dari kota, warga itu pun percaya bahwa Jarwo adalah kakaknya Sadikin.
Warga itu pun akhirnya mengantar Jarwo ke sawah milik Sadikin, Jarwo semakin kesal dan marah ketika mendapati tenyata Sadikin juga tidak ada di sawahnya.
" Bangsat!!!, kau memang benar mau main-main kayaknya. " Gumam Jarwo penuh amarah.
Ucapan itu tak sengaja didengar oleh warga yang mengantarnya itu, wajah warga itu pun seketika berubah.
Menyadari perubahan ekspresi wajah warga itu karena ucapannya, Jarwo pun mengklarifikasi ucapannya tadi.
Warga itu pun akhirnya tampak lega, ia pun kembali membantu Jarwo mencari Sadikin dan Salma.
Semua tempat yang sering dikunjungi Sadikin dan Salma sudah mereka datangi, namun mereka tetap tidak menemukan Sadikin dan istrinya itu sama sekali.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, dan warga itu pun mengantar Jarwo mencari Sadikin di kebun jagung di belakang rumah Sadikin.
Namun hal itu semakin membuat emosi Jarwo, ia merasa sangat dipermainkan oleh Sadikin karena ternyata Sadikin pun tidak ada di kebun jagungnya itu.
" Bangsat kau Sadikin!, kau akan tahu akibatnya nanti. " Gumam Jarwo dalam hati.
Dengan ekspresi wajah yang tak baik-baik saja, Jarwo akhirnya pulang ke kota.
...***...
Singkat cerita, malam itu waktu menujukan pukul 21.37 waktu Bali.
Setelah makan malam dan membereskan semua pekerjaannya, Bagas pun pergi ke dapur untuk membuat kopi.
Di dapur tampak mbak Ning sedang mengupas rempah-rempah " malam mbak Ning, wah untuk apa itu mbak banyak banget tuh rempah? " tanya Bagas sambil mengambil panci kecil.
" Untuk bikin rendang besok mas Bagas, mas bagas kok belum tidur enggak ngantuk toh? " jawab mbak Ning sambil balik bertanya pada Bagas.
" Nanti mbak, saya mau tunggu tuan pulang dulu soalnya saya mau kasbon, hehe. " Jawab Bagas seraya sedikit menyengir.
" Kalau mas Bagas mau, pakai uang saya saja dulu. " Ujar mbak ning menawarkan pinjaman pada Bagas.
Bagas sedikit terdiam mendengar ucapan mbak Ning, ia bingung mau menjawab apa karena sebenarnya itu hanya akal-akalannya saja untuk ketemu Farrah.
" Kok gue ngomong begini sih!. " Gumam Bagas dalam hati, ia tampak kesal pada dirinya sendiri.
Tapi karena terlanjur ngomong seperti itu, jadi untuk menghindari kecurigaan mbak Ning Bagas pun menerima tawaran dari mbak Ning itu.
" Terima kasih banyak loh mbak Ning, kalau boleh saya mau pinjam 50 juta . " Ujar Bagas yang sengaja menyebut nomimal yang tidak sedikit agar mbak Ning keberatan.
Mendengar permintaan Bagas itu, mbak Ning tampak kaget dan terdiam.
Bagas tampak senang ketika mendapati ekspresi kaget mbak Ning, ia berpikir mbak Ning tak mungkin punya uang sebanyak itu.
Akhirnya dengan senyum hangat mbak Ning menoleh ke arah Bagas " boleh mas Bagas, mas mau uangnya kapan? " tanya mbak Ning serius.
Bagas tampak menelan ludah mendengar jawaban mbak Ning, dia bepikir dengan menyebutkan nominal yang besar mbak Ning akan keberatan dan menolaknya.
" Buset!!, salah ngomong dah gue, gimana gue bisa ketemu Farrah kalau begini? " gumam Bagas dalam hati sambil tersenyum ke arah mbak Ning.
Melihat Bagas hanya tersenyum mbak Ning pun bertanya lagi, " bagaimana mas, mas Bagas mau uangnya kapan? " tanya mbak Ning sambil tersenyum.
" Ummm..., besok mbak. " Jawab Bagas terlihat serius, ia berharap mbak Ning akan kewalahan jika diminta secara mendadak.
" Baik mas, besok saya kabari mas Bagas ya kalau sudah pulang dari bank. " Ujar mbak Ning serius.
Bagas terlihat semakin mati kutu, mendapati tak ada keluhan atau keberatan sedikit pun dari mbak Ning atas besarnya nominal uang yang hendak ia pinjam itu.
Sementara perasaan mbak Ning sudah tidak bisa dijelaskan lagi, rasa gugup dan menyesal bercampur aduk membuatnya semakin tak karuan.
" Ya gusti, kenapa gue jawab begitu tadi??, ke mana gue cari duit sebanyak itu?, huhhh. " Gumam mbak Ning dalam hati.
Ekspresi bingung pun terlihat jelas di wajah mbak Ning, karena sebenarnya ia tidak punya uang sebanyak itu.
Dengan ekspresi wajah tegang ia mengambil ponsel dari dalam kantong bajunya " huhhh kenapa juga ini mulut ngomong kayak gitu tadi? " gumamnya dalam hati sambil membuka ponselnya.
Mbak Ning terlihat mencoba mengirim pesan singkat pada majikannya untuk meminjam uang, namun jawaban mengejutkan dari majikannya membuat mbak Ning tampak pucat.
Ia pun bergegas menuju ke arah gudang, di sana mbak Ning tampak melemparkan pandangan ke sekitar lalu kemudian dengan hati-hati ia mengangkat satu marmer lantai di depan gudang itu.
mari saling dukung
dan semangat menulis 💪