Spinoff The Lost Emir
Nandara Blair, pembalap MotoGP dari tim Ducati, tanpa sengaja menabrak seorang gadis saat menghindari seekor kuda yang lari. Akibatnya, Wening Harmanto, putri duta besar Indonesia untuk Saudi Arabia yang sedang berlibur di Dubai, mengalami kebutaan. Nandara yang merasa bersalah, bersedia bertanggung jawab bahkan ikhlas menjadi mata bagi Wening. Bagaimana kisah antara Emir Blair dan seorang seniman tembikar yang harus kehilangan penglihatannya?
Generasi Ketujuh Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Ayah Wening
"Nanda, dengarkan Daddy. Kamu itu macam Opa kamu dan Daddy yang impulsif tapi kali ini berbeda kondisi dan situasinya! Kalau kamu yang buta, apa Wening mau ganti mata kamu? Belum tentu!" ucap Radhi. "Kamu tidak kenal dia! Kamu tidak tahu dia! Dia hanya ada di tempat yang salah dan waktu yang salah!"
Nandara hanya diam mendengarkan ayahnya marah.
"Pikir panjang lagi Nanda!"
***
Kamar Wening
"Aku tidak menyangka saat Nandara bilang begitu. Dia akan memberikan matanya untukku. Katanya dia seorang Blair dan pantang menarik omongan," ucap Wening ke Nura. "Jujur Oma Nura, aku tidak tega. Aku tahu Nandara tidak sengaja, tidak bermaksud menabrak aku ... Tapi ini musibah. Aku marah pada awalnya ... Aku tidak terima aku buta, tapi ini bukan salah Nandara sepenuhnya."
"Sayang, semua keturunan Blair seperti itu. Jika sudah berjanji, mereka pantang menarik ucapannya. Kecuali, memang yang diberikan janji meminta untuk dibatalkan."
Wening tampak bingung. "Oma, aku tidak mau Nandara menjadi buta demi aku."
Nura menggenggam tangan Wening. "Wening maunya apa?"
"Aku maunya menunggu hasil observasi dokter tentang kondisi mata aku, Oma. Aku tadi sholat subuh, banyak berpikir bahwa aku bukan orang sejahat itu yang meminta mata seenaknya."
Nura tersenyum. "Alhamdulillah jika kamu sudah bisa memenangkan hati kamu. Oma tahu ini bukan kemauan kamu, juga bukan kemauan Nandara. Ini benar-benar musibah. Oma berharap hasil observasi kamu baik, jadi ada kemungkinan yang much better. Oke?"
"Iya Oma."
"Kalau begitu, biar Oma bicarakan ke Nandara dan kamu bisa ngomong sendiri ke anak itu. Oma yakin Nandara sedang ribut dengan ayahnya sekarang." Nura sangat hapal bagaimana putranya terkadang mirip dengan suaminya kalau soal ngereog.
***
"Dad ...." Nandara menatap ayahnya yang lebih pendek darinya. Nandara memang memiliki tinggi yang sama dengan Opanya Alaric, 187cm sementara Radhi 180cm.
"Daddy tidak mau tahu ya Nanda! Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak bisa kamu tepati!" ucap Radhi Blair.
"Radhi, kamu jangan marah-marah disini. Daddy tahu Nandara merasa bersalah ... Nanda, Daddymu benar. Segala sesuatu itu jangan diputuskan tanpa memikirkan kedepannya seperti apa. Kamu masih harus maju balapan sesuai dengan kontrak hingga tiga musim ke depan. Ingat, kamu sudah menandatangani kontrak dan kamu sudah berjanji kepada Ducati, tim dan fans kamu! Dahulukan mana yang kamu buat janji sebelumnya!" timpal Alaric.
Nandara terdiam. Dia memang sudah menandatangani kontrak dengan Ducati hingga tiga musim ke depan dan dia dikenal sebagai pembalap yang selalu menepati janji.
"Opa tahu kamu bisa membayar penaltinya tapi nama baik kamu yang dibangun dari umur kamu 16 tahun, akan hancur begitu saja!" lanjut Alaric.
Nandara menoleh ke arah pintu kamar Wening.
"Kita tunggu hasil observasi dokter ya. Ingat, Tante Gemini kamu pernah mengalaminya dan operasinya pun berhasil. Kamu harus menunggu dan bersabar. Oke?" Radhi memegang bahu putranya.
"Excuse me. Emir Blairs, ada yang mencari anda bertiga," potong seorang suster.
"Siapa?" tanya Radhi.
"Duta Besar Harmanto, dari kedutaan Republik Indonesia di Arab Saudi."
***
Radhi dan Alaric menyambut Duta Besar Harmanto yang datang bersama istrinya, Azizah. Mereka tahu kedua orangtuanya Wening itu pasti merasa hancur karena putri mereka kecelakaan hingga menjadi buta.
"Saya tahu nak Nandara tidak bermaksud mencelakakan siapapun tapi memang situasinya kemarin, tidak bisa dihindari," ucap Duta Besar Harmanto.
"Maafkan saya, Pak Harmanto. Sungguh, saya tidak bermaksud membuat Wening celaka." Nandara menunduk merasa bersalah.
"Kami sudah melihat rekamannya dan kami juga melihat bagaimana kamu sudah berusaha menghindari Wening," senyum Azizah dengan wajah maklum. "Bisakah kami menemui Wening?"
"Mari saya antarkan, Bu Harmanto." Nandsra mengetuk pintu kamar Wening dan mempersilahkan Azizah masuk.
Duta Besar Harmanto menatap Alaric dan Radhi. "Apakah nak Nandara memang mau memberikan matanya untuk Wening?"
"Begitulah. Kenapa Duta Besar?" tanya Alaric.
"Saya tidak setuju jika nak Nandara menyumbangkan matanya untuk Wening. Bagaimana pun, ini murni kecelakaan."
Alaric dan Radhi saling berpandangan.
"Terima kasih atas pengertiannya, Mr Harmanto" senyum Radhi.
"Wening bertemu dengan putra anda dan semua orang tahu jika berhubungan dengan keluarga Pratomo, pasti akan mendapatkan sesuatu yang diluar dugaan. Wening bercerita dengan saya jika nak Nandara ingin menyumbangkan matanya. Bagiku itu sudah terlalu berlebihan. Nak Nandara adalah pembalap favorit MotoGP saya dan saya tidak rela jika nak Nandara menjadi buta." Duta Besar Harmanto menatap lawan bicaranya. "Kita bisa bicarakan setelah mendapatkan hasil observasi dokter. Apakah Wening bisa dioperasi atau memang harus memakai donor mata."
Radhi tersenyum lega. "Saya bersyukur anda bisa memiliki mindset yang sangat terbuka."
"Terima kasih Mr Blair."
***
Yuhuuuu up malam
Maaf pendek karena aku sudah kena Aji sirep
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
kan klo wening sembuh (ayolah kak Hanaaa ..bikin wening sembuh, operasi sukses), kan pst ada kmngkinan sbg istri emir pst bakalan brtemu ya dg dubes. bikin aja, seolah² g kenal, ya hanya sebatas antara (jabatan istri) emir & dubes aja...
biar ngrasain ortunya
sistem patriarki memang masih ada di konoha ini
mbak hana kok ya irisan bawang ada dimari.... 😭