Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memanjakan perut suami
Sikap Zion kembali ke setelan awal begitu mendengar celetukan Panglima Dody Hartono yang tidak lain adalah Pakde nya sendiri.
Tanpa berkata-kata pria besar itu langsung pergi begitu saja dari hadapan mereka menuju ruangannya dengan diikuti sang ajudan Satria Ramadhan mengekor seperti anak ayam dibelakangnya.
"Ck, merajuknya kayak putuku Gibran!" kekeh sang Panglima tanpa merasa bersalah sedikit pun.
Pria paruh baya yang punya empat cucu itu langsung pamit pada ketiga petinggi lainnya dan menyusul Zion yang sudah terlebih dahulu pergi.
Kurir yang membawa kantong makanan dari Fiona dengan sigap menaruh kantong tersebut diatas meja begitu ia memasuki ruangan petinggi kepolisian di kota tersebut.
"Apakah sudah dibayar istriku ongkirnya?" tanya Zion saat kurir itu mau pamit.
"Sudah, Pak! Saya permisi dulu," jawab nya dengan suara gemetar karena gugup.
Ucapan tentang istriku membuat hati Satria bertanya-tanya dalam hati karena tidak berani bertanya secara langsung. Tanpa banyak kata, ia mengeluarkan kotak-kotak berisi makanan yang wanginya sudah tercium walaupun tutupnya belum terbuka sama sekali.
"Ndan, ada catatannya!" ucap Satria sambil menyodorkan catatan tersebut pada Zion.
"Selamat menikmati makanan nya Mas suami! Aku sengaja memasak banyak agar Mas suami bisa berbagi dengan bawahan Mas suami makanannya. Dari istri gemoy mu yang cantik"
Zion terkekeh kecil membawa catatan yang ditinggalkan sang istri di dekat kotak makanan tersebut.
"Buka semuanya, Sat! Kamu juga ikut makan karana istriku sengaja masak banyak untuk kita!" perintah Zion sambil mengambil air minum di dispenser.
Cek lek
Pintu ruangan Zion terbuka dan terlihat Panglima Dody Hartono berdiri diambang pintu dengan hidung kembang kempis.
"Wah, makan enak nih! Tumben bener pesan makanan dengan kurir?" celetuk pria yang rambutnya sudah putih sebagian sambil melangkah masuk.
"Ini bukan pesan! Ini masakan yang dimasak langsung tangan istriku!" sahut Zion dengan nada ketus.
"Apa??? Istri?? Hei, bocah tengik! Bukannya tadi kau bilang calon istri? Kenapa sekarang berubah lagi menjadi istrimu?" teriak Panglima Dody dengan wajah kesal pada sang keponakan.
"Itu hanya omongan didepan orang lain! Aku sudah menikah secara agama beberapa hari lalu saat cuti ke Jambi, dan sekarang aku membawa istriku tinggal dirumah dinas. Sudah, mendingan sekarang kita makan karena perut ku sudah lapar!" jawab Zion santai sembari membuka tutup kotak-kotak tersebut.
"Bocah edan!" ucap gemes Panglima Dody sambil menggeplak ringan bahu Zion.
Satria diam saja karena tidak berani bicara yang bukan menjadi ranahnya untuk berkomentar ataupun protes.
"Ayo Satria makan, jangan diam saja!" tegur Panglima Dody dengan semangat empat lima melihat aneka lauk-pauk yang menggoda seleranya.
"Ck, yang punya siapa, yang ngajakin siapa!" gumam Zion dengan sinis pada Pakde nya.
Panglima Dody tidak menghiraukan gumaman Zion yang terdengar sinis ditelinga, ia dengan nikmat memakan makanan yang tersaji sambil memuji dalam hati kelezatan masakan tersebut.
Dalam waktu tiga puluh menit, porsi makanan besar dengan empat macam jenisnya, ludes tidak tersisa dimakan tiga orang laki-laki beda umur tersebut. Padahal makanan tersebut diperuntukkan untuk lima hingga enam orang, tetapi habis tidak tersisa oleh ketiga nya.
"Alhamdulilah, nikmat sekali makanannya!" komentar sang Panglima dengan hati puas.
Zion dan Satria juga mengucapkan hamdalah seraya mengusap perut mereka yang kekenyangan.
"Bocah tengik! Pokoknya besok kau bawa menantu ku ke rumah karena jika Bude mu tahu kau menikah diam-diam, pasti kau akan menjadi bulan-bulanan kultumnya yang membuat telinga mu panas selama seminggu!" ucap Panglima Dody dengan nada mengejek.
"Lihat saja nanti, aku akan memasukkan berkas pengajuan dulu sebelum membawa istriku ke rumah Pakde!" sahut Zion santai.
"Terserah kau saja, yang pasti bawa menantuku ke rumah dengan segera!" ucap Panglima Dody lagi.
🍀🍀🍀
Desa terpencil di perbatasan Suriah dengan Lebanon.
"Sir, semua persiapan menuju Asia Tenggara sudah sempurna! Kita akan berangkat melalui jalur laut dan waktunya besok tengah malam!" lapor pria berkulit gelap dengan memakai turban pada seorang pria yang berkulit putih dan hidung mancung yang tengah asyik membersihkan sebuah belati di tangannya.
"Bagaimana keadaan Kota saat ini? Apakah pihak Pangeran As'ad masih terus mencari stempel milik Pangeran Mahmood? Dan bagaimana dengan kondisi kelompok kita yang masih ditahan pihak Pangeran As'ad?" tanya pria itu tanpa mengalihkan pandangannya.
"Masih belum kondusif, Tuanku! Kota Damaskus masih belum aman untuk ditinggli tanpa perlindungan. Perang Saudara ini masih tetap berlangsung sampai kedua belah pihak ada yang mau mengalah dan melakukan gencatan senjata! Orang-orang kita masih berada di tempat terpisah dengan para pemberontak yang mendukung Pangeran Mahmood," jawab pria berkulit gelap itu sesuai informasi yang ia dapatkan.
Pria berkulit putih itu menghentikan kegiatan nya sejenak sambil berpikir.
"Biarkan saja mereka disana sampai aku mengembalikan kekuatan kita yang hancur tercerai-berai dan bebas dari pengejaran orang-orang yang menginginkan kematianku!" sahut pria itu sambil kembali melakukan kegiatannya.
Pria berkulit hitam tersebut diam untuk beberapa saat lalu pergi dari hadapan Tuannya tanpa bersuara.
🍀🍀🍀
"Ndan, apa benar Komandan sudah menikah?" tanya Satria dengan hati-hati saat mereka dalam perjalanan pulang ke rumah dinas Zion.
Satria yang menjadi sopir Zion tidak bisa lagi menahan rasa penasaran nya atas status sang atasan yang sudah berubah tanpa ia ketahui.
"Tentu saja, apa pernah kebohongan keluar dari mulutku?" jawab Zion sembari melemparkan pertanyaan lagi.
"Tidak, Ndan!" sahut Satria dengan tegas.
"Nah, karena kau sudah tahu, kau aku tugaskan menjadi sopirku mulai hari ini dan biarkan Bima yang mendampingi mu menemaniku dalam setiap aku bertugas termasuk jika keluar kota sekali pun," ucap Zion lagi pada sang ajudan.
"Siap, Ndan! Saya siap menerima tugas dari Komandan!" jawab Satria dengan bersemangat.
Zion mengangguk dari bangku belakang dan mengusap perutnya yang begah karena kebanyakan makan.
"Sat, sepertinya mulai besok kau temani aku membakar energi yang masuk di gym karena mulai sekarang kita akan memakan makanan berlemak dan enak buatan istriku!" celetuk Zion tiba-tiba.
"Hehehehe, siap Komandan!" jawab Satria dengan terkekeh.
Bersambung...
biasalah tebak2 gak berhadiah 😀