Dinding penghalang bukan lagi antara kasta dan takhta, akan tetapi antara sujud dan Atheis.
Min Yoon-gi Diandre, artis ternama yang tidak percaya akan Tuhan tiba-tiba jatuh cinta kepada salah satu gadis muslimah. Gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu. Di saat semua wanita tergila-gila dan lberhalusinasi menjadi pasangannya, gadis itu malah tidak meliriknya sama sekali.
Mampukah Yoon-gi meluluhkan hati gadis itu? Di saat dinding penghalang yang begitu tinggi telah menjadi jarak di antara mereka.
"Aku tidak ingin kamu mengganut agamaku karena diriku. Tapi jika kau ingin menjadi salah satu dari umat nabiku, maka tetapkanlah hatimu kepadanya, bukan kepadaku." Cheesy Ajhiwinata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Sarah perlahan mengoleskan make-up tipis di wajahnya. Rambutnya di biarkan tergerai, tidak lupa dengan Midi dress berwarna merah maron, heels dan juga tas kecil berwarna hitam. Membuat aura wanita itu semakin terpancar.
Dia menatap bayangan dirinya di pantulan cermin dengan lekat, sudah lama dia tidak berdandan seperti ini. Saat berada di kediaman suaminya, dia terlalu sibuk mengurusi pekerjaan rumah, sampai lupa mengurus diri.
Ada rasa takut yang muncul di benaknya, akan tetapi dia berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri. Dia yakin, ini adalah pilihan terbaik untuk kehidupannya. Sudah cukup penderitaan yang datang menghampiri kehidupannya, sekarang waktunya dia bangkit dan mengejar kebahagiaan.
Dia kembali mengingat perkataan Yoon-gi. Jangan pernah mengharapkan cinta dari orang yang tidak mencintaimu. Kamu berhak untuk bahagia, sekarang bangkitlah. Kembali seperti Sarah yang pemberani seperti sahabat kecilku dulu.
Kata-kata itu seperti magnet yang penuh harapan untuk dirinya. Dia sadar jika dia telah di butakan oleh cinta, sampai-sampai kehilangan jati diri. Dia tidak pernah memperdulikan kebahagiaannya agar suami yang sangat dia cintai itu bisa membalas cintanya. Selama ini dia hanya ingin menjadi istri yang sempurna, bukan istri yang bahagia.
"Nyonya! Apa Anda sudah selesai?" Adnan mengetuk pintu sambil menatap Sarah yang masih duduk di meja rias.
"Sudah!" Sarah membuang napasnya kasar lalu bangkit dari duduknya.
Dia menatap asisten sahabatnya itu, lalu melangkahkan kakinya keluar. Melihat penampilan Sarah, Adnan tampak terdiam sejenak. "Cantik!" Kata-kata yang langsung tergiang di dalam pikirannya.
"Nyonya!" Adnan menarik napasnya kasar sambil terus menatap ke arah wanita itu.
Dia tidak yakin jika wanita yang berdiri di depannya saat ini adalah sahabat dari tuannya, wanita yang selama ini terlihat biasa saja, sungguh perubahan yang drastis.
"Ada apa?" Tanya Sarah mengerutkan keningnya binggung melihat ekspresi Adnan yang seperti orang linglung.
Pria itu terus menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman. Ternyata selama ini dia tidak pernah memperhatikan penampilannya, sehingga kecantikannya tertanam sia-sia. Memang benar apa kata orang, secantik apapun wanita, akan terlihat biasa saja saat berada di tangan pria yang tidak tepat.
"Adnan! Dimana Sarah?" Tanya Yoon-gi melihat Adnan yang masih berdiri di depan pintu kamar Sarah.
Dia menatap bingung sang asisten yang berdiri seperti orang linglung di depan kamar sahabatnya itu. Dia melangkahkan kakinya lalu menatap ke arah tatapan sang asisten. Bukan hanya Adnan, Yoon-gi juga ikut terkejut dengan perubahan Sarah. Selama tinggal di kediamannya, wanita itu tidak pernah berdandan seperti ini.
"Sarah! Kamu," ucap Yoon-gi gugup sambil terus memperhatikan penampilan Sarah dari atas sampai bawah.
"Kenapa? Apa ada yang aneh?" Tanya Sarah bingung sambil memperhatikan penampilannya.
Dia berusaha mencari sesuatu yang salah pada dirinya, akan tetapi tidak ada yang aneh. Namun, kenapa reaksi kedua pria itu sangat berlebihan saat melihatnya? Seperti sedang melihat hantu saja.
"Ti-tidak ada yang aneh. Kamu sangat cantik." Yoon-gi tersenyum genit sambil memainkan mata untuk menggoda sahabatnya itu.
Melihat cara tuan kulkasnya itu menggoda Sarah, Adnan langsung mengusap lehernya yang tiba-tiba merinding. Selama berada di kota ini, memang banyak perubahan dari sikap Yoon-gi. Dia terlihat lebih ceria dan juga mulai terbiasa dengan keramaian.
Dulu saat masih berada di kota A dia selalu menghabiskan waktu di ruang musik dan juga kamar. Bahkan dia dan Adnan yang tinggal serumah saja jarang bicara dan bertemu, Adnan hanya di perbolehkan bicara dan menemuinya jika ada hal yang penting saja. Selain itu, Yoon-gi akan mengurung diri dan menghabiskan waktunya dengan kesibukannya sendiri.
"Ya sudah. Ayo kita berangkat. Nanti kita terlambat." Sarah membuang napasnya kasar tanpa memperdulikanmu rayuan Yoon-gi.
Mereka langsung berangkat ke pengadilan agama secara bersamaan. Adnan fokus menyetir, sedangkan Yoon-gi dan Sarah fokus dengan pikiran mereka masing-masing. Selama di perjalanan, Sarah terus menatap ke arah kaca jendela mobil.
Dia terus berusaha mengontrol rasa takutnya agar tidak terlihat oleh Yoon-gi. Sudah cukup dia merepotkan sahabatnya itu selama ini, sekarang dia harus belajar untuk menghadapi semua masalahnya seorang diri.
Sarah juga sudah mengatur kehidupannya setelah sidang perceraiannya selesai. Dia harus bangkit dan mulai merintis kariernya lagi, agar tidak terus menerus menjadi beban untuk sahabatnya itu.
Sesampainya di pengadilan, mereka langsung di suguhkan dengan pemandangan yang sangat tidak enak. Mereka melihat tiga manusia yang tidak di inginkan menunggu kedatangan mereka.
Melihat itu, Sarah mengenggam tangannya, keringat langsung muncul membasahi keningnya. Dia terus berusaha melawan rasa takut di hadapan ketiga iblish itu. Dia tidak boleh terlihat lemah, dia harus terlihat kuat di depan para bedebah itu. Sudah cukup mereka menjadikan dirinya boneka untuk kepuasan dan juga kesenangan mereka. Sekarang waktunya dia menujukan dirinya yang sebenarnya.
"Hello, Sayang. Sudah lama tidak bertemu. Apa kamu tidak ada niat untuk datang mengunjungi kedua orang tuamu ini?" Tanya Tania Diandre, ibu tiri Yoon-gi, sekaligus nyonya besar keluarga Diandre.
"Maaf! Ibuku sudah meninggal. Sedangkan ayahku." Yoon-gi tersenyum sinis sambil menatap Sang Daddy yang hanya terdiam melihatnya.
"Sayang! Kamu semakin tampan sekarang. Kamu sangat mirip dengan ibumu," Ucap Tuan Diandre tersenyum penuh kebanggaan.
Mendengar pujian dan tatapan kebangangan dari Sang Deddy, Yoon-gi langsung menggeleng kecil. Dulu, dia tidak pernah melihat tatapan itu terpancar dari Deddynya itu, dia hanya melihat tatapan jijik dan juga meremehkan yang terus terpancar dari ketiga orang itu.
"Kita tidak akan pernah di anggap ada saat kita tidak punya apa-apa. Tapi, saat kita memiliki segalanya, semua orang akan datang memuji, bahkan ada yang rela jadi an*ing penjilat." Yoon-gi tersenyum sinis sambil menatap ketiganya dengan tatapan penuh kebencian.
"Kakak! Kenapa kakak bicara seperti itu? Kami tidak mengaharapkan apapun dari kekayaan kakak. Bahkan kekayaan kita tidak beda jauh," Ucap Yoga tidak terima.
"Tapi dia antara kekayaan kalian ada hak orang lain, dan waktunya telah tiba. Orang itu akan mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya."
Bersambung......
Jika ada waktu mampir ke karya sahabat Author juga ya. Karyanya juga tidak kalah menarik lho.