Permaisuri Bai Mengyan adalah anak dari Jenderal Besar Bai An
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Una~ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 16 (Revisi)
Di sebuah pondok bambu, di tengah hutan. Duduk dua pria, mereka menikmati sore yang indah dengan pemandangan sungai yang beriak-riak, berkat ikan kecil yang senang bermain di permukaan air. Airnya jernih sampai batu di dasar terlihat jelas. Mereka menyebut sungai itu dengan berkat yang berlimpah. Pondok bambu itu berada di kaki gunung Kun.
Lord Xuhuan dirinya yang telah tua dan lelah dengan urusan negara, menyendiri dan menikmati keindahan gunung Kun. Dia tidak harus bertengkar dengan sanak saudaranya hanya demi sebuah pangkat ataupun jabatan. Harta yang diberikan oleh negara selama dia menjabat sudah cukup untuk memenuhi mimpinya. Tersisa, urusan Permaisuri. Sebelum anak gurunya mendapatkan kebahagiaan, dia tidak ingin melepaskannya.
Pria yang sedang membaca resep obat di sebuah buku berhenti dan melihat Lord Xuhuan. “Anda yakin tidak akan ada masalah?” Tanya seorang pria.
Karena Lord Xuhuan terlalu sering mengunjungi istana dingin, dia terdengar khawatir, apalagi pria itu adalah paman Raja. Tapi Lord Xuhuan tampaknya tidak terganggu dengan statusnya. “Mungkin sekarang tidak akan ada masalah." Kata Lord Xuhuan percaya diri.
"Lalu bagaimana dengan racun? Anda sudah menemukan pelakunya?" Tanya pria itu lagi.
Lord Xuhuan menggelengkan kepalanya. "Istana sedang kacau saat itu, entah benar ada pelaku lain atau pelakunya adalah Raja. Untuk saat ini kita hanya beranggapan seperti itu."
"Guruku seperti sangat penasaran terhadap racun itu, dia sampai mengurung diri di dalam laboratoriumnya, sampai sekarang belum ada tanda-tanda dia akan keluar." Dia ingat aktivitas Tabib Lu sebelum turun gunung.
"Kau jangan mengikuti jejak gurumu." Kata Lord Xuhuan.
Pria itu tahu, Lord Xuhuan sedang bercanda. Dia hanya tertawa kecil menanggapi lelucon.
"Tapi, seperti Raja sangat marah, apa benar-benar tidak masalah jika anda ikut campur?" Tanya pria itu lagi dengan nada serius.
Bagi semua orang, Raja mungkin terlihat menakutkan, tapi Lord Xuhuan sudah mengenal keponakannya sejak kecil. "Tidak akan, meski dia tahu aku mengunjungi istana dingin atau membantu Permaisuri, Raja tidak bisa melakukan apapun.”
“Kenapa begitu?” tanya pria itu lagi. Dia selalu penasaran dengan banyak hal.
“Dia adalah Raja, mencari tahu keberadaanku sangatlah mudah. Tapi karena dia Raja, dia tidak bisa membuat keputusan tanpa bukti yang jelas, apalagi dnegan statusku. Siapa yang bisa memastikan aku masuk ke istana dingin? Tidak ada!”
Lord Xuhuan benar. Tapi── “Raja tahu,”
“Apa yang berbeda? Keponakanku itu seperti kakakku, Raja yang baik tapi dia terpaku pada aturan.” membayangkan kakaknya. Ketika melihat Raja, dia merasa kakaknya berada di tubuh pria itu. Sama-sama terlahir dengan tanda naga emas. Langit cerah, tanah subur, mata air terbuka menandakan kekeringan berakhir dan kemenangan di medan perang. Semua terjadi ketika suara bayi itu bergema di istana. Lord Xuhuan merindukan kakaknya, sang putra mahkota.
“Itu juga berarti pergerakan anda akan terbatas. Yang Mulia Raja mengawasi anda.”
Benar, bagi Lord Xuhuan itu lebih baik dari pada dia mengawasi pergerakan permaisuri. Sejak penolakan yang di lakukan pelayan permaisuri, dia dan Tabib Long menerka-nerka ada yang tidak beres. Meski hanya beradu dalam pikiran masing-masing, keduanya punya kesimpulan yang sama. Yang pertama, permaisuri tidak bisa di sembuhkan karena itu dia menolak untuk diperiksa. Yang kedua, permaisuri tidak ingin dia terlibat dengan istana dingin.
Lord Xuhuan tersenyum kecil, menyelesaikan percakapan mereka soal Raja dan aturan istana. "Aku berharap gurumu cepat keluar dari gua, ada banyak hal yang ingin kutanyakan."
Pria itu mengangguk. “Ya Yang Mulia"
Gantian Lord Xuhuan yang mengangguk. “Sepertinya, permaisuri menyembunyikan sesuatu.”
Pria yang bersama Lord Xuhuan terdiam. Dia tidak berani membalas karena tidak mengetahui detail masalah di istana. Gurunya selalu berpesan untuk menghindari istana sebisa mungkin. Lebih baik dia mengikuti saran gurunya, Tabib Lu.
"Kau tahu kisah seekor rubah merah?" Tanya Lord Xuhuan.
Pria itu bingung, ada banyak sekali kisah tentang seekor rubah, kisah yang mana yang dimaksud Lord Xuhuan. Pasti salah satunya. "Ada banyak kisah tentang rubah merah, kisah apa yang anda maksud?" ucapnya.
"Rubah yang mencuri kekuatan untuk menyembuhkan manusia yang dia cintai tapi berujung pengkhianatan!?"
Pria itu menggeleng. "Saya tidak pernah mendengarnya Yang Mulia, kisah yang paling masyhur adalah kisah rubah merah yang mencintai manusia lalu dia pergi meminta kekuatan agar bisa menjadi manusia."
"Oh, aku juga pernah mendengarnya. Meski hanya sebuah cerita yang belum tentu kebenarannya tapi banyak pesan moral yang terdapat pada cerita itu. Manusia seharusnya lebih baik, bukankah kisah Raja sama seperti manusia tadi?"
Murid gunung Kun tidak menjawab. Dia tidak berani. Meski hanya perbincangan santai tapi menyebut Raja sebagai manusia kurang ajar yang mengkhianati rubah merah──bukankah dia akan di hukum? Dia juga tahu Lord Xuhuan mengumpamakan Keluarga Permaisuri seperti Rubah merah.
Lord menyeduh teh dan menuangkan ke gelas Murid Gunung Kun.
══════════════
ISTANA DINGIN (Wēi huā)
Permaisuri bangun, sejak terakhir dia muntah cairan menggumpal berwarna gelap kebiruan, keadannya semakin membaik. Tetapi kabar itu hanya diketahui oleh kedua pelayannya saja. Permaisuri meminta keduanya merahasiakan dari Lord Xuhuan atau siapapun.
Langit cerah berwarna biru muda, dihiasi awan-awan putih bergerak pelan satu arah. Pohon-pohon besar di samping kiri, kanan, depan dan belakang istana membuat istana dingin terlindungi dari sinar matahari yang memancar dengan terang. Meski lama tidak terpelihara, tanah di sini subur. Dayang Lan dan Ah Yun menanam beberapa sayur yang di ambil dari lahan kosong yang berdekatan dengan gunung, tepatnya dibelakang istana dingin.
Ah Yun berlari dari luar gerbang istana dingin ke dalam kamar. Dia terlihat sangat kacau, rambutnya sudah berantakan. Jangan tanya bagaimana nafasnya, dia terlihat akan pingsan. Dayang Lan yang sedang memberikan obat untuk Permaisuri menatapnya tajam dari jarak 5 meter sudah tahu kejadian apa yang menimpa adik angkatnya. Hanya bisa menggeleng lalu menghela nafas. Akhir-akhir ini, Ah Yun kesulitan mengendalikan emosi ketika berkaitan dengan Permaisuri. Dayang Lan mengerti, dia membiarkan.
Sedang Permaisuri yang berada di atas kasur khawatir dan merasa bersalah. Ah Yun biasanya sangat patuh dan tenang, karena membela dirinya, dia menjadi seperti itu. Permaisuri meletakkan mangkuk obat lalu menepuk pelan tangan Dayang Lan lalu berbicara. "Dayang Lan, tolong ambilkan beberapa obat."
Ah Yun sadar kalau obat itu untuknya, lalu berjongkok di depan ranjang Permaisuri. "Yang Mulia, jangan khawatir! Selama Aku dan Dayang Lan ada, tidak ada yang bisa mengganggumu." Tulus.
Setelah mengambil obat, Dayang Lan duduk di samping Ah Yun. Dia mulai memberikan obat untuk beberapa memar dan luka kecil di tangan dan leher perempuan muda itu. Sesekali melotot membuat Ah Yun di landa ngeri.
"Kau ini, jangan terlalu sering mendengar perkataan orang Ah Yun!" Nasihat Dayang Lan.
Ah Yun mengerti semua itu untuk kebaikannya. "Maaf Dayang Lan, aku akan berhati-hati. Tidak ada lagi lain kali."
Sejak Ah Yun menyesali perbuatannya, maka dia menganggap semuanya telah selesai.
ـــــــــــــــــــﮩ٨ـ