Dom and Pip Stories
- Dominic Blair O'Connor ( Dom menolak memakai O'Grady karena lucu O'Grady O'Connor sebagai nama belakang ) adalah seorang pilot pesawat tempur dan juga anggota junior Navy Seals, dikirim ke daerah konflik di Libya. Tanpa diduga, timnya menemukan bahwa terjadi korupsi dan pengkhianatan dari kontraktor militer Amerika Serikat yang membahayakan para tentara yang bertugas disana. Dom yang satu tim dengan pilot cantik Gizem Karaman, harus berjibaku melawan anggota mereka sendiri.
- Philip Blair O'Grady adalah fotocopy opanya Bayu O'Grady dengan gaya dan sifatnya yang mirip. Bahkan seleranya pun sama dengan wanita. Pip, biasa dia dipanggil, jatuh cinta dengan sekretarisnya sendiri, Liora Nayla, gadis blasteran Indonesia Perancis yang super koplak macam Oma Ajeng nya. Saking koplaknya, Pip sampai meragukan apakah Liora memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arletta dan Gizem
Ruang Kerja Scott Peterson
"Rania datang ?" tanya Scott saat Elfesya menghubungi dirinya. "Ya ampun ... Ini saja belum selesai, sudah datang masalah baru."
"Mbak Lena butuh bantuan buat donor, sayang."
Scott memegang pelipisnya. "Fesya, sayang, kalau aku soal ini tutup mata ya."
"Ah kamu tahu saja, Dear Scott..."
***
Arletta menatap Gizem yang sedang memakan makanan buatannya.
"Are you Turkish?" tanya Arletta sambil menopang dagunya di atas meja sambil memandang wajah pilot pesawat tempur itu.
"Yes."
"Are you a pilot ?"
"Yes." Gizem tersenyum ke arah Arletta. "Are you a chef ?"
"Yes."
"Kamu cantik," puji Gizem.
"Terimakasih. Kamu juga." Arletta melirik ke arah Dominic. "Kamu suka sepupuku ?"
Gizem tersedak. "What?"
Arletta terbahak. "Tidak usah sok kaget. Dom sangat menarik kan?"
"Really, Arletta. Kalau aku tidak tahu kamu sepupunya, aku pikir kamu pacar Dom yang cemburu..." senyum Gizem.
Arletta memicingkan mata hazelnya. "Are you jealous?" godanya.
Pipi Gizem memerah membuat Arletta terbahak.
"Good luck to you bisa menaklukkan si goyang Dombret." Arletta tersenyum lebar.
"Kamu belum punya pacar?" tanya Gizem mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Nope. Aku suka hidup single. Tidak ada yang recoki, rusuh dan reseh." Arletta menyandarkan punggungnya ke kepala kursi. "I'm a chef. You're a pilot. Kita tahu kan yang namanya egoisme dalam bekerja ? Aku punya kuasa di dapur, kamu punya kuasa di pesawat. Tahu kan maksud aku ?"
"Exactly. Aku dulu begitu ..." senyum Gizem.
"Sampai bertemu Dom?"
"Sampai bertemu Dom... Tapi tolong jangan sampai Dom tahu."
Arletta memajukan tubuhnya. "Dengar, Gizem. Keluarga Dom itu dikenal orangnya rada gak ngeh soal asmara jadi kamu harap menjadikan maklum."
Gizem menatap bingung. "Eh?"
Arletta mengangguk. "Terkadang mereka baru paham setelah sekian abad. Jadi jangan berharap akan mendapatkan perlakuan mesra dari anak itu. Sadar saja sudah bagus ..."
Gizem menoleh ke arah Dominic yang masih berdiskusi dengan Shaqeer dan Andre Raines.
"Oh, satu hal lagi. Kamu tidak segan membela diri dan menembak orang kan ?" tanya Arletta.
"Nope. Aku seorang tentara dan aku tahu konsekuensinya. Why ?"
"Karena London akan brutal." Arletta menatap Gizem dengan serius.
***
"Jadi mereka berencana meminta RDX lagi dari Washington DC?" Shaqeer melihat email antara Jim Dourdan ke pamannya.
"Padahal RDX sendiri sudah diminta total hampir 30 kilo sendiri bulan kemarin. Dan kami jarang menggunakannya," jawab Dominic yang didukung dengan anggukan Liam.
"Ini bagaimana kalian bisa mendapatkan email terbaru ?" tanya Peter saat membaca email tentang harga kepala mereka masing-masing.
"Aku belajar dari suhunya." Renata tersenyum ke semua orang.
"Eh?"
"Renata ini adalah cucu keponakan istrinya Opa Giordano Smith. Jadi tahu sendiri kan basicnya bagaimana?" senyum Shaqeer.
"I have no idea..." senyum Dominic. "Ternyata masih ada hubungan keluarga. Jadi kamu cucu keponakannya Oma Valerie?"
"Iya. Kan Oma Val nama belakangnya Knight. Jadi aku menghack email milik Jim Dourdan yang sudah di pindahkan ke laptop baru. Bagaimana pun yang namanya manusia tetap lebih nyaman dengan sesuatu yang sudah bertahun-tahun melekat. Email JD tidak bisa dirubah begitu saja sebab akan menjadi preseden semua orang harus merubah datanya bukan?" Renata menatap semua orang di depan banyak layar monitor. "Dan aku sudah bisa mendapatkan semua isi email terbarunya tanpa dia tahu."
"Renata, ingatkan aku. Jangan sampai kamu tahu semua password aku..." ucap Liam. "Ada banyak rahasia disana."
"Oh, apa email kamu, Liam?" goda Renata usil dan Liam hanya menyipitkan matanya.
"Boys and girls, apakah kalian tidak masalah tidur ala kadarnya di markas ?" tanya Scott Peterson.
"Oom, kita pernah tidur dengan kondisi lebih kacau dari ini," jawab Dominic.
***
12 Jam kemudian, Blair Private Airport London
Rania turun dari pesawat pribadi keluarga Bianchi saat sudah mendarat sempurna di bandara pribadi milik keluarga Blair.
"Kapan saya jemput lagi, Mrs Armstrong?" tanya Pilot keluarga Bianchi itu.
"Dua Minggu lagi. Aku mau pesta dulu ..." seringai Rania.
Pilot yang sudah hapal dengan keluarga amburadul itu hanya tersenyum. "Have fun ma'am."
"Absolutely." Rania menarik kopernya dan tas dokternya menuju mobil yang sudah dimintanya dari Galena.
"Welcome to London, Dr Bianchi," sapa Shanon Kulnis.
"Whoah, Shanon ! Apa kabar ?" Rania langsung memeluk assistant Alex Darling itu.
"Kabar baik, Dr Bianchi. Oh, Boss tidak mau tahu dan tidak mau dengar apapun soal anda dan Galena," senyum Shanon Kulnis membuat Rania terbahak.
"Bagooosss ! Biar dia tidak puyeng." Rania melihat sekelilingnya. "Bau darah."
"Baku tembaknya disini. Belum semuanya dibersihkan karena tadi masih olah TKP." Shanon Kulnis mengajak Rania ke dalam mobil. "Mari aku antar ke rumah sakit. Amisha juga ada disana."
Rania melongo. "Misha pun ada ?"
Shanon Kulnis mengangguk. "Boss macam tiga monyet bijak, no see no hear and no speak."
Rania semakin tertawa terbahak-bahak. "Oh poor Alex. Untung anak Gurita tidak ikut Galena tapi kok Misha ikut gen bar-bar sih ?"
Keduanya pun masuk ke dalam mobil Shanon Kulnis dan menuju Queen Elizabeth Hospital.
***
Kamar mayat Queen Elizabeth Hospital London
"Tukang minum, tukang ngobat... Tukang minum viagra. Mom, ini orang hopeless deh !" lapor Amisha saat memeriksa mayat ke 15.
"Oke. Buang ke peti mati," jawab Galena sambil memindahkan ginjal yang sudah lolos pemeriksaan. Dirinya harus memberikan ginjal itu ke pasien yang membutuhkan berdasarkan golongan darah. Apalagi semakin banyak orang memilih childfree, jumlah populasi manusia semakin berkurang. Pendonor juga semakin sedikit.
"Dok, ada superintendent Shanon Kulnis dan dokter Bianchi ..." lapor salah satu asistennya dari pintu ruang autopsi.
"Ah bala bantuanku ..." senyum Galena. "Welcome, wahai kakakku, panutan aku, biang panu ... Eh ? Itu kapten Haddock..."
Rania mendelik. "Aku tidak panuan ! Whoah, ada berapa banyak ?"
"Tiga puluh orang. 15 orang sudah aku lepas ke keluarga masing-masing. Terima kasih dengan Ramadhan Securitas dan Oom Wira ..." jawab Galena. "Masih ada 15 orang lagi di lemari mayat."
"Kita lanjutkan besok?" tanya Rania.
"Kita lanjutkan besok." Galena memberikan kode pada semua orang untuk beristirahat. "Mayat yang ini tidak bisa diambil donornya. Dia sangat kacau."
Rania tertawa.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
semangat terus ya Terry ....
Yg pnting daigo ga bkin msalh,tar jg d rstuin ko....sklian bkin sjrah 2 yakuza jd dmai....
Btw,kli ni terry bkln d tolak lg ga y???