The Soldier And The CEO
Arlington VA, komplek perumahan militer dua bulan sebelumnya
"Kamu dikirim kemana?" tanya James ke putra tunggalnya.
"Tripoli."
"Lybia?" tanya Scarlett sang ibu.
"Mom, memang ada kota Tripoli lain daripada Lybia ?" senyum Dominic Blair O'Connor.
James O'Connor dan Scarlett Blair O'Grady itu saling berpandangan. Pagi ini memang sudah rutin mereka sarapan sebelum berangkat ke tempat kerja masing-masing. James dan Scarlett memang memilih untuk tinggal di komplek militer dibandingkan di rumah pribadi karena lebih nyaman dan aman.
James yang sudah berpangkat kolonel itu, hanya bisa berdoa putranya tidak apa-apa. Bagaimana pun itu resiko sebagai seorang tentara apalagi Dominic mengikuti jejak dirinya menjadi pilot pesawat tempur.
Dominic memang masih muda tapi prestasinya dan kemampuannya tidak perlu diragukan. Hasil didikan James dan otak cerdas khas klan Pratomo, hingga tak heran jika sudah menjadi pilot dengan pangkat letnan dua di usia semuda itu.
"Dom, kamu itu bersama dengan tim negara lain untuk menjaga keamanan disana. Jangan membuat malu ya," pesan James.
"Yes Dad."
***
Tripoli, Libya... Dua Minggu Kemudian
Introducing Dominic Blair O'Connor
Dominic memasang kafayeh di lehernya saat melihat situasi sekitarnya. Dominic memang seorang pilot tapi disini dia banyak berada di darat apalagi kemampuannya menembak dengan matanya yang 20/20. Pengertian dari visus 6/6 atau 20/20 adalah objek tersebut dapat dilihat pada populasi dengan mata yang normal dari jarak 6 meter ( sekitar 20 kaki) dan orang dapat melihat dari jarak 6 meter ( 20 kaki).
"Dom!" panggil Liam Dorsett, rekannya di Navy Seals.
"Ada apa ?"
"Aku rasa ada sesuatu," bisik Liam sambil melihat kiri kanan.
Dominic menoleh ke arah rekannya. "Ada apa?"
Liam menarik tangan Dominic dan membawanya ke sebuah bukit yang disana sudah ada Peter Thomassen, Terry Russell dan Gizem Karaman. Peter Thomassen adalah sniper dari angkatan darat Denmark, Terry Russell adalah US Army dan Gizem Karaman adalah pilot pesawat tempur dari angkatan udara Turki. Kelima orang itu menjadi satu tim yang sudah ditentukan oleh pihak keamanan PBB.
"Kalian kenapa?" tanya Dominic.
"Ada pengkhianat" bisik Terry Russell. "Dua kotak RDX hilang."
Mata coklat Dominic terbelalak. "How?" desis Dominic.
"Aku masih cari tahu Dom. Aku dan Gizem kan kemarin bertugas menjaga gudang persenjataan dan kita sudah stok semuanya. Paginya hilang dua kotak." Terry menoleh ke Gizem yang dijawab anggukan kepala gadis berwajah dingin itu.
"Kalian sudah lapor ke CO ( Commission Officer )?" tanya Dominic.
Terry dan Liam tidak menjawab tapi Peter yang membuka mulut.
"Aku rasa CO itu yang mengambil RDX itu, Dom. Dia pengkhianatnya," jawab Peter.
Dominic melongo. "Apakah kalian punya bukti ?"
"Aku akan cari tahu Dom. Ayahmu kan kolonel air force plus Opa kamu kan CEO Jang Corp. Jika kita bisa mendapatkan siapa orang itu.." ucap Terry.
"Kita cari tahu dulu, T. Soal ayahku atau Opaku, yang penting kita dapat buktinya dulu," jawab Dominic yang menjadi pemimpin tim kecilnya.
Sebenarnya Dominic tidak ingin membawa-bawa nama ayah dan opanya, tapi terkadang nepotisme itu perlu jika memang mendesak.
***
Dominic dipanggil pulang ke Arlington karena harus melaporkan ke pimpinannya dan usai dari sana, dirinya dipanggil opanya ke New York.
***
New York
"Kamu baik-baik saja di Tripoli, Dom?" tanya Bayu ke cucunya yang dia seret ke Poughkeepsie demi membantu Devan memlonco calon menantunya.
"Baik-baik saja Opa," jawab Dominic.
"Kamu kenapa ditarik dari Lybia ?" tanya Bayu yang sebenarnya agak khawatir dengan cucunya.
Bayu O'Grady, opa ganteng itu memiliki dua cucu dari Duncan dan Scarlett. Philip atau biasa di panggil Pip putra Duncan, sudah diplot akan menggantikan Bayu di PRC Group dan sekarang sedang menyelesaikan program magister nya di Harvard Business School. Dominic lebih suka di dunia militer seperti ayahnya Kolonel James O'Connor. Meskipun secara fisik Dom mirip Bayu, tapi justru Pip yang lebih mirip sifat dan karakter Bayu meskipun secara fisik lebih mirip ke Serena, sang ibu.
"Tidak ditarik, Opa. Hanya dipanggil Commander saja ... Tapi aku kembali lagi ke Tripoli besok lusa. Aku kan pemimpin tim internasional dua."
Bayu menoleh ke arah cucunya yang mirip dengannya secara fisik tapi sifat nya beda jauh. Dominic jauh lebih tenang dibandingkan dirinya dan Philip. Tidak heran semuda ini sudah mendapatkan pangkat lumayan tinggi.
"Dom, kamu yakin tidak ada sesuatu?" tanya Bayu.
"Tidak ada apa-apa Opa. Tenang saja," senyum Dominic.
Bayu mengangguk. "Ini kalau nggak gara-gara Opa Devan kamu kebakaran jenggot meskipun mukanya mulus macam Opa, mana mau Opa ke Poughkeepsie!"
Dominic tertawa kecil. "Opa, kapan lagi lihat calonnya Tante Ray. Ingat Opa, tinggal Tante Ray yang belum menikah jadi tahu sendiri kan gimana riweuhnya Opa Devan?"
"Dasar bocil kematian dua ! Dulu saja, hobinya bikin Opa emosi, tua pun makin tambah bikin ubanan !" omel Bayu membuat Dominic terbahak.
"Tapi kata Oma, Opa ganteng kalau tambah ubannya ..."
Bayu tampak tersipu. "Ah, Oma kamu kan selalu menganggap Opa pria paling ganteng sedunia ..."
"Iya deh ! Tar Dom salah ngomong, galon nanti Opa terus kalau sudah gitu Oma yang pusing," kekeh Dominic.
***
Poughkeepsie NY
Alan sedang mencuci mobilnya di depan rumah sewanya di Poughkeepsie ketika sebuah mobil Range Rover hitam berhenti di depannya. Alan menatap dua orang pria yang mirip hanya beda usia turun dari mobil itu dan menghampiri dirinya.
"Apa Opa yakin ?" tanya pria yang lebih muda itu. "Aku baru saja kembali dari Libya, sudah disuruh menculik orang ? Seriously! Kalian orang-orang tua kurang kerjaan !"
"Bawa saja Dom ! Kamu bikin pingsan juga boleh ..." ucap pria yang lebih tua.
Alan bisa melihat pria itu mungkin sudah kepala enam tapi masih memiliki jiwa energik dan auranya tampak aura leadership yang ia tahu berdasarkan dari pengalaman hidup.
"Hai. Aku Dominic O'Connor, sepupu Pip O'Grady. So, aku tidak mau kekerasan tapi maukah kamu ikut kami ?" senyum Dominic membuat Alan melongo. "Oh, itu opa kami. Bayu O'Grady. So, daripada aku harus membuat kamu pingsan, mendingan ikut suka rela saja ya ? Please ?"
Bayu menepuk jidatnya. "Kok pakai please sih Dom?"
"Lha kan dia calon Paklik. Jadi harus sopan kan Opa ?" balas Dominic cuek.
"Baiklah. Aku ikut kalian. Pasti Pak Devan yang bikin acara ..." jawab Alan pada akhirnya karena tahu ini pasti ulah calon mertuanya.
"Ah syukurlah... Aku tidak perlu membuat kamu pingsan ... Lagipula aku juga harus persiapan kembali ke Libya lusa lagi." Dominic tampak lega.
Alan mematikan air kerannya dan bersiap untuk pergi. "Begini saja it's okay kan?"
"Okay.... Dominic O'Connor. Kita belum berkenalan dengan proper ..." ucap pria ganteng itu.
"Alan Sasongko. Kamu sangat mirip dengan Opamu tapi Pip tidak begitu ..." komentar Alan.
"Padahal sifatnya Pip sangat Opa lho ..." kekeh Dominic.
"Senang bertemu dengan anda, Mr O'Grady..." Alan mengulurkan tangannya ke Bayu dan keduanya saling bersalaman.
"Senang akhirnya bertemu dengan pria yang membuat bocil kematian itu ngereog. So, SiAlan, sudah siap?" senyum Bayu.
"Insyaallah..." jawab Alan pasrah membuat Bayu dan Dominic terbahak.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ray
Jgn pake Si cukup Alan aja🤔😂😂
AQ mampir di cerita Outhor👍❤️
2024-09-05
1
awesome moment
syuka n. yg ngerelate ginj
2024-07-19
1
🥰Siti Hindun
Assalamu'alaikum mbak Han, akhir'y Pip sama Dom netes juga😅
2024-07-08
1