I'M The Antagonist

Tiga hari telah berlalu, dan desain perhiasan yang di gambar oleh Ella akhirnya berhasil memenangkan tender, dan saat ini Ella tengah bersama Edgar di club ternama yang berada di pusat kota, untuk merayakan keberhasilan Empire Group dengan dua sahabat Edgar yang juga pengusaha besar di pusat kota.

'' Hai gadis cantik, kenalkan aku Kak Jovan, Jovan Matteo '' sapa salah satu sahabat Edgar dengan senyum genitnya, yang mana membuat Ella terkekeh.

'' Hai juga Kak Jovan, salam kenal aku Ella '' balas Ella ramah.

Sedangkan Edgar tiba tiba merasa menyesal sudah membawa Ella ke club bersamanya, saat melihat Jovan yang terus menatap Ella seakan ingin melahapnya, karna hanya Jovan lah sahabatnya yang memiliki kebiasaan celap celup sana sini.

'' Jov, kau mau matamu pindah tempat '' tukas Edgar dingin, yang mana langsung membuat Jovan mendengus.

Ella hanya menggelengkan kepalanya saja, dan kini pandangannya tertuju pada pria yang duduk di sebelah Jovan.

'' Kalau Kaka siapa ?'' tanya Ella menatap pria di samping Jovan.

'' Kenalkan aku Lucas Davidson, kamu bisa memanggilku Lucas '' jawab Lucas dan Ella menganggukkan kepalanya.

Meskipun Ella mengulangi waktu lagi, namun di kehidupan pertamanya Ella tidak terlalu tahu dengan sahabat sahabat Edgar, lebih tepatnya dirinya sama sekali tidak tahu, karana hidupnya hanya fokus untuk berusaha mendapatkan kasih sayang orang Tuanya, namun dirinya malah berakhir di jeruji besi dengan kesalahan yang tak pernah ia lakukan bahkan mati dengan mengenaskan, tapi dirinya tidak menyalahkan Edgar meski pria itu yang menjebloskan dirinya ke penjara, karna Ella tahu jika saat itu Edgar memang sangat mencintai Elena, jadi kini dirinya akan membuat Edgar mencintainya, dan membuat kakanya putus asa dan perlahan hancur.

'' Hai semuanya ''

Ella langsung mendengus saat melihat wanita yang tiba tiba masuk ke ruang VIP di club, ruangan yang memang di khususkan untuk Edgar dan kedua sahabatnya, bukan hanya ada sofa di ruangan itu, namun juga ada tempat bermain billiard dan juga kamar mandi.

'' Hai Elena '' hanya Jovan yang membalas sapaan Elena, sedangkan Edgar dan Lucas hanya menatapnya saja, lebih tepatnya mereka berdua merasa aneh kenapa Elena tahu jika mereka sedang berkumpul di club.

'' Kak Elena kok ada di sini ?'' tanya Ella yang seketika membuat Jovan dan Lucas menatap Ella terkejut.

'' Kak Elena '' beo Jovan dan Lucas bersamaan.

'' Oh ya, Kak Jovan sama Kak Lucas tidak tahu ya, kalau Kak Elena punya adik, dan itu aku '' ujar Ella.

'' Kamu serius?, kok kami tidak tahu ?'' timpal Jovan tidak percaya.

'' Mungkin karna aku tidak pernah di publist, jadi kalian tidak tahu '' ujar Ella santai, sedangkan Elena hanya diam saja.

'' Kenapa kamu tidak pernah cerita jika kamu punya adik El ?'' tanya Jovan beralih menatap Elena.

'' Em,, ''

'' Sudahlah Kak Jov, itu tidak penting, bukannya kita ke sini mau happy happy, jadi tidak usah membahas hal serius '' potong Ella cepat.

Jovan hanya menganggukkan kepalanya. '' Kamu benar Ella ''

Dan tak berselang lama datang dua pelayan wanita yang berpakaian sedikit terbuka, dengan membawa bir termahal di club itu, lalu meletakkan dua botol bir itu di atas meja dengan cangkir kecilnya, namun kedua mata Ella tertuju pada gelas yang isinya terlihat berbeda.

'' Kamu masih remaja, jadi tidak boleh minum '' ucap Edgar meletakkan segelas jus jeruk di depan Ella.

'' Ih, Aku kan juga ingin coba bir mahal itu '' rengek Ella dengan menarik narik lengan kemeja Edgar yang di gulung sampai batas sikunya, hingga memperlihatkan lengan berototnya.

'' Tidak boleh '' tolak Edgar dengan tegas.

'' Dasar pelit '' ketus Ella merajuk, namun Edgar tidak perduli, karna baginya Ella terlalu muda untuk meminum minuman yang memabukkan, dan juga takut Ella sakit perut karna tidak tahan, dan berakhir mabuk.

Jovan dan Lucas terkekeh melihat Ella yang merajuk pada Edgar, padahal di balik sifat Ella yang masih seperti gadis remaja pada umumnya, Ella memiliki otak cerdas yang tidak bisa di remehkan, bahkan bisa di bilang Ella adalah suatu keberuntungan untuk Empire Group pikir mereka.

'' Kak Elena apa juga mau minum? '' tanya Ella melihat Elena yang menuangkan bir di cangkir kecil.

Elena menganggukkan kepalanya. '' Kakak sudah dewasa, jadi tidak ada salahnya '' jawab Elena.

'' Kak Elena lupa kalau punya jantung lemah, apa Kak Elena sengaja ingin membuat mereka panik dan hawatir, jika penyakit kakak kambuh '' ketus Ella yang mana membuat Elena tertunduk.

'' Maaf Ella, Kakak Lupa '' ucap Elena.

'' Ck, masak lupa dengan kondisi tubuhnya sendiri '' decak Ella.

Ketiga pria di ruangan itu hanya diam saja, mereka juga sependapat dengan Ella, masak Elena lupa dengan kondisi tubuhnya sendiri, yang tidak bisa meneguk minuman beralkohol.

'' Sudah sudah tidak usah debat lagi, kita main Billiard saja '' tukas Jovan untuk mencairkan suasana yang tegang karna perdebatan adik adan kakak itu.

Ella langsung menatap Jovan. '' Dimana ada tempat Billiard Kak ?'' tanya Ella antusias bahakan wajahnya sudah terlihat ceria lagi.

'' Itu, di belakangmu '' tunjuk Jovan dengan dagunya.

Ella langsung menoleh kebelakang, dia merasa heran kenapa tidak menyadari jika ada meja billiard di ruangan ini pikirnya.

'' Aku ingin main '' ucap Ella yang langsung berdiri dan melangkah ke arah meja billiard yang di ikuti oleh tiga pria tampan di belakangnya.

'' Memangnya kamu bisa ?'' tanya Edgar yang berdiri di samping Ella.

'' Hem, tentu '' timpal Ella sangat yakin

'' Kamu benaran bisa ?'' tanya Elena yang terlihat meragukan Ella.

'' Kalau aku tidak bisa, tidak mungkin aku ingin main '' jawab Ella acuh, dan Elena langsung terdiam.

Ella lalu mengikat rambutnya tinggi tinggi, dan setelah itu mengambil cue untuk bermain billiard.

Edgar, Jovan dan Lucas di buat kagum saat melihat Ella yang begitu pandai bermain billiard, bahkan Ella juga terlihat semakin cantik ketika membungkuk dan fokus pada bola billiard.

'' Ella, kamu hebat sekali '' puji Jovan.

'' Terimakasih Kak Jov '' balas Ella tersenyum.

Kini mereka begitu menikmati bermain billiard begitu juga dengan Ella, namun tiba tiba Ella menyadari jika ada yang aneh dengan Edgar yang duduk di sofa bersama Elena, pria itu berkali kali memijit pelipisnya, kedua mata Ella menyipit saat melihat Elena membawa Edgar keluar dari ruang VIP.

'' Mau kemana mereka ?'' gumam Ella pelan lalu meletakkan cue yang di genggamnya.

'' Mau kemana El ?'' tanya Jovan.

'' Mau nyusul Kak Edgar dan Kak Elena '' jawab Ella menghentikan langkahnya.

'' Tidak perlu El, mungkin pria itu kalap minumnya sampai mabuk '' ujar Jovan. '' Jadi biarkan Elena yang membantunya '' tambahnya.

'' Memangnya Kak Ed, mudah mabuk ?'' tanya Ella sedikit curiga.

'' Tidak juga sih '' sahut Jovan.

Mendengar jawaban Jovan, Ella langsung bergegas pergi menyusul Edgar dan Elena yang sudah keluar.

Sedangkan saat ini di sebuah kamar VIP club, Edgar tengah berbaring di atas ranjang king size, denga tubuh yang terasa sangat panas.

'' Kurang a**r, siapa yang sudah berani memberiku obat sialan itu '' geram Edgar yang berusha mempertahankan kesadarannya.

Edgar di buat tersentak saat ada yang meraba bagian sensitivenya, yang mana membuat gairah Edgar semakin menggebu gebu, namun kedua mata Edgar terbelalak saat tahu siapa pelakunya.

'' Pergilah, sebelum aku melakukan sesuatu padamu '' usir Edgar berusaha mendorong perempuan itu, namun tidak bisa, karna perempuan itu kini menindih tubuhnya dengan kuat.

'' Aku tahu kak Ed butuh obat untuk menyalurkan hasrat kak Ed, jadi aku bisa membantu kak Ed '' ucap perempuan itu di telinga Edgar dengan lembut, dan sesekali mencium leher Edgar, yang mana membuat tubuh Edgar semakin tidak karuan.

'' Tidak, aku tidak ingin membuatmu menyesal '' tolak Edgar yang masih berusaha menahan gairahnya akibat obat perangsang itu.

'' Aku tidak akan pernah menyesal, karna aku mencintai Kak Ed '' sahut perempuan itu lagi yang seketika membuat Edgar terdiam.

'' Apa kamu benar benar mencintaiku ?'' tanya Edgar memastikan.

'' Hem, aku mencintai Kak Edgar '' jawab perempuan itu dengan yakin.

Mendengar itu Edgar langsung membalikkan posisinya, dan kini perempuan itu berada di bawah kungkungannya.

'' Jangan pernah menyesalinya '' ucap Edgar.

Dan akhirnya Edgar menghabiskan malam dengan perempuan itu di kamar VIP club hingga menjelang pagi.