Light Merlin ditakdirkan sebagai seorang titisan March, dewa yang telah tersegel ribuan tahun. Dirinya yang dibebankan misi untuk membebaskan sang dewa justru harus menelan kekalahan pahit. Ia terdampar ke sebuah negeri bernama Jinxing dan mengembara sebagai pendekar pedang bergelar "Malaikat Maut Yiyue".
Misinya kali ini sederhana. Menaklukkan semua dewa dan mengalahkan musuh yang membuatnya sengsara. Namun, ternyata konspirasi di balik misi tersebut tidaklah sesederhana itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUKE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tukar Informasi
"Ho-homonculus?" Clara terbelalak.
"Yups. Aku adalah manusia buatan yang diciptakan oleh para peneliti militer Merlin." Quincy bicara sambil bersandar di salah satu tiang, sangat berbeda dari lawan bicaranya yang masih sibuk mempertahankan posisi.
"A-apa tujuan mereka sampai nekat menciptakan makhluk sepertimu?"
Quincy mengusap dagu sejenak. "Ah, entahlah. Sejak keluar dari tabung inseminasi, aku didoktrin untuk patuh pada pihak militer. Melakukan apa saja yang mereka perintahkan. Namun, aku juga diberikan kebebasan untuk berkeliaran di negeri ini, selama itu tidak bertentangan dengan misiku."
Clara mulai berpikir kalau alasan utama militer Merlin memproduksi manusia buatan bernama homonculus ini adalah untuk memperkuat pasukan. Akan tetapi, tanda tanya besar masih bergelayut di pikirannya.
Begitu banyak pertanyaan. Mengapa pihak militer masih merekrut kadet jika mereka bisa menghasilkan pasukan yang lebih kuat? Jika Quincy adalah homonculus dan ditugaskan sebagai pasukan tambahan, maka apakah masih ada homonculus yang lain? Selain itu, bagaimana bisa seorang homonculus sepertinya memiliki salah satu harta pusaka dari Dewa Bengkel?
"Kenapa? Kenapa kau membeberkan semua informasi ini padaku?" tembak Clara.
"Karena aku juga ingin informasi darimu." Quincy membalas singkat.
"Informasi ... apa?" Clara merasa curiga.
"Oh, sudah mau ganti giliran, ya?" Quincy terkekeh. Ia kemudian berjalan ke dekat pusaran air dan duduk bersila di sana. Sorot mata pucatnya mengarah tepat kepada Clara. "Aku pernah diberitahu kalau negeri ini pernah punya dewa bernama March. Ia disegel oleh seseorang ribuan tahun lalu. Segel itu adalah kunci es, sama seperti milikmu. Beritahu aku, Nona manis, apakah kau dengan si penyegel dewa itu punya hubungan?"
"Aku nggak mengerti dengan yang kau bicarakan. Aliran mutasi ini kudapatkan sejak kecil. Aku bahkan nggak pernah berpikir akan memilikinya," bantah Clara yakin.
Quincy yang mendengar hal tersebut justru beringsut mendekati Clara. Ia berjalan mengelilinginya, lalu berhenti tepat di depan gadis itu. Sembari menenteng kopor cokelat, ia memegang dagu Clara. Sekarang mereka saling menatap.
Satu hal yang disadari Clara, tatapan manusia buatan itu benar-benar kosong. Tak ada jiwa di dalam tubuhnya.
Lain lagi dengan Quincy. Ia paham betul dengan tatapan manusia, termasuk manusia yang coba menyembunyikan sesuatu.
"Seharusnya kau berkata jujur, Half Blood. Kuberi satu kesempatan lagi. Jika kita bisa bicara baik-baik, mungkin aku akan berpikir dua kali buat membunuhmu," katanya dengan nada ancaman. "Apa kau mata-mata dari Alter Mars?"
Clara semula goyah. Ia memalingkan sorot matanya. Tatapan penuh intimidasi itu perlahan-lahan mempengaruhi psikis sang lawan.
Sesaat Quincy mengira dirinya akan mendapatkan jawaban yang memuaskan, Clara justru mengeluarkan duri es dari tanah dan langsung menghujam perutnya.
Sang homonculus menjerit kesal, sementara Clara segera membangun tembok es di sekelilingnya agar bisa lolos dari tarikan pusaran air. Gadis itu segera meluncur jauh begitu temboknya ikut-ikutan tersedot ke dalam pusaran.
Quincy kesulitan bergerak karena duri es masih menancap di perutnya. Tangan kanan lelaki itu juga masih memegang kopor. Clara bisa saja kabur sekarang. Akan tetapi, tujuan utamanya membuntuti Quincy bukanlah sekadar mencari informasi, melainkan juga merebut kopor yang ia yakini sebagai kopor ayahnya.
"Kau berusaha menyegelku," kata Quincy saat melihat lapisan es mulai merayapi tubuhnya. "Jadi inikah rencanamu sejak awal?"
"Aku bisa saja menyegelmu lebih cepat saat kau tertimpa tiang sebelumnya. Tapi bukan itu tujuanku. Aku butuh informasi darimu untuk memastikan kalau militer Merlin memang sudah memulai operasinya."
"Jadi aku benar, ya?" Quincy terbahak sendirian. "Kau memang mata-mata orang itu. Zephyr sang penyegel dewa. Asal tahu saja, aku sudah menguji Light Merlin. Dia bukanlah orangnya. Sayang sekali, Half Blood."
"Kau pikir aku akan percaya celotehmu? Aku telah bersama Light Merlin selama di Duodenum. Aku tahu kaulah yang memberinya petunjuk untuk menemukan jalan keluar yang benar. Jika bukan dia orangnya, mustahil kau sampai repot-repot memberitahunya." Clara berhasil membungkam Quincy.
Tak terima dipecundangi, Quincy segera membuka pengait kopor cokelatnya. Clara spotan berisap untuk serangan dadakan. Namun, lelaki aneh itu justru hanya melempar kopornya ke tanah dalam kondisi terbuka. Tak terjadi apapun setelah itu.
"Kau mencari masalah dengan orang yang salah, Nona," ucap Quincy.
Tubuh Quincy tiba-tiba menggelembung, lebih besar dari sebelumnya. Tangannya, kakinya, lehernya, bahkan kepalanya seolah dijejali oleh gelembung-gelembung seukuran buah semangka. Tak sampai semenit, tubuh orang itu meletup seperti busa.
Clara terkesiap. Ia sempat mengira itu adalah langkah bunuh diri yang diambil oleh Quincy. Rasanya sulit sekali percaya kalau orang yang sekeras kepala dirinya lebih memilih menyerah dan mati. Homonculus yang didesain sebagai prajurit super tentunya takkan selemah gelembung sabun.
Benar saja! Clara mendapati jemari keluar dari dalam koper, berpegangan pada sisi-sisinya. Jemari tersebut terus naik, mulai menampakkan tangan, dan akhirnya kepala Quincy keluar dari kopor. Ia menyeringai seram pada Clara.
"Kau memanfaatkan kemampuan Mimic yang bisa menelan dan memuntahkan segala hal." Clara menyimpulkan.
Sejak awal aku memang sembunyi di dalam kopor. Yang kau ajak bicara dari tadi itu cuma tiruanku. Dasar bodoh!" Quincy melompat dari kopor dan mendarat santai di depan Clara. "Bersiaplah menemui ajalmu!"
Tiga bola air melesat dari dalam kopor milik Quincy. Clara yang sadar segera membangun tembok es mengelilinginya. Bola pertama menabrak tembok, ledakan pecah seketika. Bola kedua menyusul, mulai terdengar retakan. Saat bola ketiga sampai, temboknya meledak dan Clara terpental sampai menabrak tiang pancang.
Quincy mengambil pisau dari kopor, bergegas mendatangi Clara yang masih sempoyongan. Ia menghunus pisaunya dengan gesit, tetapi masih belum tepat sasaran. Clara bersipayah menghindari setiap serangan Quincy, kendati telinganya berdenging nyaring.
Berbekal kesempatan sepersekian detik, Clara mengeluarkan duri es dari sisi buta Quincy. Ia nyaris berhasil, seandainya sang lawan tidak lekas-lekas membawa kopornya untuk menelan duri es tersebut. Quincy langsung tersenyum.
"Kukembalikan padamu!" teriaknya, lalu mengarahkan kopor pada Clara.
Kopornya memuntahkan duri es sebesar gajah menuju Clara. Melihat serangan sedahsyat itu, Clara rela menguras semua energinya untuk berseluncur dan menghindari tusukan duri. Meski demikian, bahu gadis itu berderak karena sempat diserempet oleh pinggiran duri es. Ia meringis, tak kuasa bergerak selincah biasanya.
"Well, bisa apa kau dengan sisa energi yang tinggal secuil itu?" Quincy menutup kopornya dan menyandang benda tersebut di pundak.
Clara terengah-engah. "A-aku nggak tahu apa yang direncanakan militer Merlin pada Light. Tapi ... tapi aku bisa pastikan kalau tujuanku lebih baik dari kalian. Aku akan mengamankan kekuatan liar itu di bawah perlindungan Dewa Bengkel agar tidak disalahgunakan!"
"Tentu saja mereka ingin menjadikannya dewa yang baru. Bukan dewa sungguhan, sayangnya. Mereka cuma menganggap Light itu alat."
"Mereka?" Clara mengernyit. "Mungkin maksudmu adalah kalian!"
Quincy lantas mendengus malas. "Astaga, Nona! Bahkan setelah pertarungan panjang ini, kau masih saja tidak peka. Meski diciptakan oleh pihak militer, aku tidak sepaham dengan mereka. Aku berbohong demi melindungi Light."
"Kenapa?" Clara tak percaya.
"Karena aku punya tujuan sendiri. Light Merlin itu bisa jadi lebih mengerikan dari dewa kalau berada di tangan yang tepat. Zephyr adalah salah satu contohnya."
"Kau nggak tahu apa-apa tentangnya. Kekuatan yang dibawa Zephyr itu hanyalah malapetaka. Nggak akan kubiarkan kau membuat Light jadi sepertinya," bantah Clara.
"Ya, malapetaka. Bahkan sebelum menjadi dewa pun, Light itu sudah membawa malapetaka. Kau mau lihat apa yang Light masukkan ke dalam kopor ini, Nona?" Quincy menyeringai seraya melirik Clara. "Dia ... memasukkan monster."
Lelaki itu segera membuka kopornya. Detik itu juga, ular air keluar dari dalam sana. Itu adalah Leviathan yang digunakan Light untuk mengusir Quincy saat di Duodenum.
Clara terhenyak. Energinya sudah habis. Tak ada kesempatan untuk kabur. Inilah akhirnya. Quincy akan membunuh gadis itu dengan malapetaka yang dibuat Light Merlin.
"ALIRAN DERAS: BOMBARDIR!!!"
Abraham melintas tepat di depan mata Clara bersama kedua tinjunya yang dibungkus air berkilauan. Pemuda itu menghantam naga yang keluar dari kopor. Quincy melotot, tak menyangka akan ada yang mengintervensi pertarungan mereka. Begitu sang gorila dengan sang naga bertumbukan ....
DBLARRR!!!
(Bersambung)
Mungkinkah beneran 😱😱
Meskipun ini pasti nadanya emosi tapi aku yang lagi nyari referensi kalimat makian buat tokohku malah demen wak 🤣
Semoga aja dia bisa mengemban itu
Aku suka aku suka
Aku ampe bingung mo dukung siapa karena awalnya mereka saklek semua 😅
Sekarang mungkin aku sudah menentukan pilihan
Dewa egois katanya
Tapi.... pasti ada plot twist nanti