Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Citra terus berusaha mencari keberadaan Shani tanpa memperdulikan kesehatannya.
"Kemana lagi Mama harus mencari kamu Nak?" gumam Citra setiap langkahnya.
Saat ini Citra lagi dijalan untuk bertanya pada orang-orang.
"Pak pernah lihat anak ini gak?" tanya Citra.
"Oh gak ada Bu!"
"Makasih," sahut Citra tampak lesu karena dari kemarin makannya tidak teratur.
Kazio melihat Citra yang sedang membagi brosur.
"Masih saja dia mencari," gumam Kazio dari dakam mobil.
Kazio tengah berfikir hubungannya dengan Citra tampak renggang jadi Kazio memutuskan untuk menghampiri Citra.
Kazio membunyikan klaksonnya.
"Astaga!" kaget Citra mengelus dada tapi setelah melihat mobilnya mukanya menjadi masam.
Kazio keluar dan menanyakan apa yang dilakukan Citra meskipun Kazio tahu yang sebenarnya.
"Kamu ngapain Cit?" tanya Kazio.
Citra memilih tidak menjawab.
"Citra aku masih suami kamu tolong hargai aku," kata Kazio lagi.
Citra tersenyum miring.
"Kamu yang masih sah saja berselingkuh kurang menghargai apa aku! asal kamu tahu ya, diluaran sana orang yang kaya aku berani membunuh suaminya!" sahut Citra dengan dingin.
Kazio kaget dengan keberanian Citra sekarang, dulu Citra tidak berani hanya bisa diam.
"Kamu sudah berubah Cit."
"Aku gak berubah hanya sadar saja, aku baru sadar kalau kita tidak cocok! aku sudah menggugat kamu ke pengadilan, jadi kamu bisa bebas bermesraan dengan Laras."
Bagai tersambar petir Kazio mendengar ucapan Citra baru kali ini.
"Kamu ngomong apa tadi, jangan sembarangan kamu! aku gak ada hubungan apa-apa sama Laras!"
Citra hanya menggelengkan kepalanya.
"Kamu itu memang keras kepala tidak mau mengakui kesalahan, aku tidak mungkin bicara asal-asalan tanpa sebuah bukti. Aku bisa laporkan kalian ke polisi atas perselingkuhan, jadi ingat baik-baik! jangan menggangguku lagi, kalau apa yang aku pikirkan selama ini benar tentang Shani. Aku sendiri yang akan membunuh kalian, camkan itu baik-baik!" kata Citra dengan suara dinginnya bagi siapa saja yang mendengar pasti merinding.
Kazio terdiam karena mendengar ancama Citra.
Citra memilih meninggalkan Kazio dan mencari tempat baru untuk menyebarkan brosur.
Kazio kemudian masuk mobil dan berencana ingin ke rumah Laras karena Ken sedang bekerja.
Tapi saat diperjalanan Kazio di ikuti beberapa mobil dan itu membuat Kazio was-was.
"Kenapa mobil itu mengikutiku terus," gumam Kazio.
Salah satu mobil yang mengikuti Kazio melaju cepat sampai membuat Kazio harus banting setir supaya tidak terjadi gesekan.
"Sialan ada apa sih sama tuh mobil," gerutu Kazio.
Arga langsung memerintahkan anggota Meteor untuk mencelakai Kazio atas perintah Queen Shani.
"Ayo kepung mobilnya," titah Arga.
"Baik Tuan," sahut para anggota.
Kazio panik karena banyak mobil yang mengepung dirinya.
"Ada apa dengan mereka?" gumam Kazio yang berusaha lepas dari kepungan mereka.
Rupanya Meteor berusaha menggiring Kazio ke hutan untuk di habisi.
"Sialan! malah masuk hutan akh ... gimana ini?" kesal Kazio lalu berusaha memutar setirnya untuk menghindari kepungan Meteor.
Arga langsung menikung mobil Kazio sehingga dengan terpaksa Kazio memutar belokan ke kanan secara tiba-tiba dan saat itu terjadi mobil Meteor yang satunya langsung menabrak mobil Kazio sampai jatuh ke jurang paling dalam dan meledak.
Arga dan anggota Meteor lainnya langsung menghampiri mobil itu dan melihat Kazio pingsan didalamnya.
"Bawa dia," titah Arga.
"Baik Tuan."
Kazio dibawa ke markas dan diobati dibawah pengawasan Arga dan Dara secara langsung.
Selain itu, Arga juga sudah membersihkan mobil dalam jurang itu untuk disembunyikan.
***
Sesuai janji, Sifa menunggu Shani diparkiran.
"Lama nunggunya?" tanya Shani.
"Enggak," sahut Sifa.
"Hemm ... yuk."
Shani memakai helm-nya dan menaiki motor lalu Sifa juga ikut naik.
"Pegangan yah."
"Iya ini pegangan ko."
Aevan yang melihat itu cemberut dan mukanya masam.
'Seharusnya gue yang boncengan kaya gitu sama Shani,' kata Aevan dalam hatinya.
"Makin deket aja tuh mereka," celetuk Boy.
"Kayaknya mereka bestian deh." Bima ikut menimpali.
"Tapi Shani gak pernah senyum loh kalau lewat depan kita," kata Boy lagi.
"Namanya juga kulkas dua pintu tapi itu yang bikin gue kesengsem," tukas Bima lagi.
Aevan telinganya panas mendengar Bima mengucapkan kesengsem seketika hatinya meradang.
"Berisik lo berdua!" bentak Aevan lalu menaiki motornya.
"Eh kenapa Lo yang sewot, aneh!" sahut Bima dengan ketus.
"Mau kemana Van?" tanya Boy tapi Aevan sama sekali tidak menjawab.
Bima langsung memarahi Boy balik.
"Peduli banget lo sama dia?" tanya Bima dengan sinis.
"Aevan, kan sahabat kita Bim."
"Tapi cara lo itu terlalu baik sama Aevan, sedangkan lo mana pernah baik sama gue!"
"Eh gak gitu Bim, ko sekarang jadi salahin gue sih."
"Itu karena lo selalu bela Aevan, apapun itu! udahlah males gue temenan orang kayak lo Boy, apa karena gue gak sekaya Aevan."
"Lo ngomong apaan Bim, sumpah gue gak pernah ada niatan buat belain Aevan dan gue sama sekali gak pilih kasih sama kalian berdua."
"Tapi sikap lo nunjukin itu dan itu yang bikin gue muak tau gak!"
"Bim, kita sahabat Bim tolonglah jangan kayak gini. Kalian berdua itu sahabat gue," kata Boy.
"Sahabat lo itu cuma Aevan, karena lo selalu menjaga perasaannya Aevan dan enggak buat gue."
"Jangan pernah lo ngerasa kayak gitu, Lo itu sahabat gue juga!"
"Emang lo peduli kalau gue perasaan sama Shani! enggak, kan."
Boy terdiam.
"Lo selalu nyemangatin Aevan bahkan saat kita dimarkas, gue kecewa sama Lo! orang tuanya Aevan lebih kaya dari gue, makanya Aevan selalu didukung dari segi hal apapun itu!"
Bima pergi meninggalkan Boy yang masih saja diam karena ucapan Bima.
'Sorry Bim, kalau selama ini gue lebih perhatian sama Aevan. Tapi ... apa yang elo tuduhkan ke gue, gak kayak gitu lo tetap sahabat gue.' Boy berujar dalam hatinya seraya memijit pelipisnya itu.
***
Julia ingin masuk ke mobilnya tiba-tiba bannya kempes.
"Yah ban mobil kenapa nih yahhh ... kempes," kata Julia kesal.
"Emang enak kempes," ledek Gea.
"Ini pasti ulah lo, kan." Julia menunjuk Gea dengan geram.
"Emang! kenapa? mau protes, coba aja kalau bisa."
"Emang cewek jahat lo, untung gue dah keluar!" maki Julia.
"Eh diem lo, anjing!" geram Gea tapi langsung ditahan Finni.
"Udah Ge, kita langsung pulang aja jangan ladenin Julia."
"Tapi Fin."
"Udah, nurut sama gue."
"Iya ..."
Akhirnya Gea mengikuti kemauan Finni dan langsung tancap gas.
"Dasar cewek gila!" maki Julia sekencang-kencangnya.
Brom ...
Brom ...
Boy melihat Julia tampak bingung diparkiran.
"Mobil lo kenapa Jul?" tanya Boy.
"Eh Boy, ini ban mobil gue dikempesin tangan jahil," sahut Julia.
"Siapa yang ngempesin?"
"Biasa, yang pasti Gea-lah."
"Bukannya kalian sahabatan yah."
"Itu dulu kalo sekarang enggak."
"Ouh cepetan naik gih, gue anter nanti mobil lo biar orang gue aja yang nganter."
"Emang gak ngerepotin."
"Enggak ko, ayo cepatan naik."
"Ouh ya udah."
Jadi siang ini Julia di antar sama Boy.
***
Shani sudah sampai depan panti.
"Gue langsung aja yah pulang ke rumah, oh ya nanti sore gue mau ke panti! ada yang mau gue bicarain juga sama Bu Mila," kata Shani.
"Oh iya nanti aku sampein sama Ibu," sahut Sifa.
"Iya, gue balik dulu."
"Makasih udah antar gue hati-hati dijalan."
Sebagai jawaban Shani menghidupkan klakson motornya.
Sedang asyik-asyiknya naik motor Shani melihat ada wanita yang sedang di ganggu, langsung saja Shani menolong wanita itu.
Ada tiga penjahat yang berhadapan dengan Shani.
Wanita yang diganggu tadi masih shok dan menormalkan kondisinya disamping mobil.
Serangan demi serangan antar mereka tak kunjung selesai.
Bugh ...
Bugh ...
Bugh ...
"Pergi kalian jangan ganggu Ibu ini lagi!" bentak Shani.
"Sialan lo, dasar bocah ingusan!" maki penjahat itu dan langsung dihabisi oleh Shani.
Buk ...
Buk ...
Buk ...
"Kembalikan dompet Ibu itu kalau tidak saya patahkan tangan kalian semua," ancam Shani.
"Iya, iya akan kami kembalikan tapi lepaskan dulu tangan kami," rengek salah satu penjahat itu.
"Baiklah, jangan ingkar janji karena disini juga daerah kekuasaan gue!" kata Shani dengan muka datarnya dan membuat penjahat itu menelan salivanya dengan susah.
"Baik, kami akan mengembalikannya," sahut penjahat itu lalu berdiri lalu mengembalikan tas itu ke wanita tadi.
"Nih Bu, maaf yah ... kami minta maaf."
Wanita itu hanya mengangguk.
Shani menghampir wanita itu.
"Tante gak papa?" tanya Shani yang belum sepenuhnya melihat wajah wanita tadi karena tertutup rambut acak-acakan.
Setelah wanita itu merapikan rambutnya membuat Shani mematung.
'Mama,' batin Shani.
"Iya saya tidak papa," sahut wanita tadi yang tak lain adalah Citra.
Tapi Shani masih mematung dan itu membuat Citra bingung.
"Hey kamu kenapa?" tanya Citra sambil menyentuh pundak Shani.
Shani kemudian tersadar dan segera menjauh.
"Maaf saya pulang dulu," kata Shani.
"Iya, tapi saya belum tau nama ka-"
Brom ...
Brom ...
Shani sudah tancap gas.
"Yah ... main pergi gitu aja," gumam Citra.
Karena sudah tidak ada lagi gangguan, Citra langsung masuk ke mobilnya dan segera pulang.
***
💓DUKUNG KARYA INI DENGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE YAHH🥰🥰🥰
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..