Istriku Seorang Putri Dewa

Raja Jonas begitu bersemangat ingin menjodohkan putrinya Titania dengan pangeran Sidharta. Hanya pangeran Sidharta yang bisa menikahi putrinya karena memiliki darah murni yang sama berasal dari ibu yang merupakan keturunan Dewa.

Saking semangatnya raja Jonas yang mengirim surat kepada Raja Minerva yang menceritakan tentang keinginan putrinya yang mau menikah dengan putra mahkota kerajaan tersebut.

Sebagai ayah dari Sidharta, Raja Minerva tidak terima begitu saja pemohon raja Jonas mengingat putranya yang lain yang merupakan putra sah dari ratunya yang saat ini sedang naksir berat sama putri Titania.

"Tolong pikirkan lagi pernikahan ini, raja Jonas. Jika anda menginginkan salah satu putraku menikah dengan putrimu, aku akan mengajukan putra pertamaku Neva yang lebih berhak mendapatkan putrimu karena dia yang akan meneruskan kerajaan ku." Tulis raja Minerva pada sahabatnya itu.

Mendapatkan balasan surat dari raja Minerva yang memaksakan putrinya untuk menikah dengan putra pertamanya membuat putri Titania tidak suka. Gadis ini mengamuk pada ayahnya untuk tidak menerima pinangan itu.

"Tidak ayah...! Aku tidak suka dengan pangeran Neva yang angkuh dan sok percaya diri itu. Aku lebih suka pangeran Sidharta." Pinta putri Titania membuat ayahnya sangat bingung menentukan keputusan yang sangat sulit ia ambil saat ini.

"Bagaimana cara menolaknya Titania? Aku dan raja Minerva adalah sahabat baik, sayang. Bagaimana mungkin menolak permintaannya?"

'Ayah bisa mengadakan taruhan untuk bisa mendapatkan aku?"

"Maksudmu kamu ingin keduanya mengangkat pedang untuk saling menumpahkan darah mereka hanya untuk mendapatkan kamu?"

"Aissshh...! Tidak seperti itu ayah."

"Lantas dengan cara apa lagi?"

"Menguji ketangkasan dalam memanah apel yang akan aku letakkan di atas kepalaku. Siapa diantara mereka yang bisa memanah mengenai buah apel tersebut maka salah satu dari mereka bisa mendapatkan aku." Ucap putri Titania dengan mudahnya.

"Tidak...! Itu terlalu beresiko sayang." Tolak Raja Jonas.

"Ayah...! Aku yakin yang pasti menang itu adalah pangeran Siddharta karena ia punya trik untuk bisa mendapatkan aku." Pinta putri Titania.

"Sayang...! Bagaimana kalau yang kamu inginkan tidak sesuai dengan harapanmu?"

"Ayah...! Jangan bilang begitu. Jangan mempengaruhi keyakinan ku pada pangeran Siddharta." Pukas putri Titania.

"Karena mereka butuh raja Minerva butuh menantu yang akan menjadi ratu untuk mendampingi putranya, pangeran Neva."

"Itu bukan urusanku. Kalau bukan dengan pangeran Sidharta, aku tidak akan pernah menikah dengan siapapun. " Ujar putri Titania sengit.

Putri Titania meninggalkan ayahnya di singgasana istana utama. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan pangeran Siddharta.

Ketika malam tiba, pangeran Siddharta menatap wajah cantik putri Titania dari atas pohon. Ingin rasanya dia turun untuk menemui wanita yang sangat ia cintai itu, namun ia begitu takut jika putri Titania tidak menyukainya.

Namun beberapa menit kemudian, ketakutan pangeran Siddharta berubah menjadi sebuah kebahagiaan. Pasalnya dia mendengar sendiri ucapan putri Titania yang saat ini sedang bicara sendiri sambil menengadahkan wajahnya ke langit. Menatap bintang-bintang dan bulan yang sedang menerangi malam gulita.

"Wahai dewa ku yang ada di langit sana. Aku adalah bagian dari kalian. Aku menginginkan pangeran Siddharta menjadi suamiku. Bukankah kami berdua memiliki darah murni yang berasal dari kalangan kalian?" Pinta putri Titania terlihat sangat merindukan prince Sidharta.

"Apaaa.....? Dia menginginkan aku..? Gadis angkuh itu menginginkan aku? Apa aku sedang bermimpi saat ini? atau kupingku sedang bermasalah? Wah, berarti ini kesempatan aku untuk mendekati putri Titania." Ucap pangeran Siddharta lalu melompat dari atas pohon dengan ilmu meringankan tubuh.

Putri Titania termenung di taman samping kamarnya sambil menatap air mancur buatan yang terus mengalir tanpa henti. Wajah cantik itu tampak muram karena kerinduan hingga ia tidak menyadari pangeran Siddharta sudah ada di sampingnya.

"Apakah kamu sedang merindukan aku, sayang?" Bisik pangeran Siddharta membuat putri Titania tersentak.

"Kauu...!"

"Hei ....! pelankan suaramu! kalau kedengaran prajurit mu aku bisa dihukum mati karena mendatangi kamarmu." Omel pangeran Siddharta sambil menutup mulutnya putri Titania.

Putri Titania mengigit tangan pangeran Siddharta yang membekap mulutnya terlalu kuat." Aughtuuh..!" Pekik pangeran Siddharta sambil mengibaskan tangannya.

"Sakit tahu..!"

"Makanya siapa suruh kamu membekap hidungku juga? Aku sampai tidak bisa bernafas. Tapi tunggu sebentar dan jangan ke mana-mana!" Cegah putri Titania memastikan dulu pintu kamarnya terkunci rapat.

"Hei...! Apa yang kamu lakukan?"

"Yang jelas tidak memanggil pengawal istana untuk menangkap pencuri seperti kamu." Ucap putri Titania.

"Aku memang datang untuk mencuri hati kamu putri." Goda pangeran Siddharta.

"Sejak kapan aku sudi hatiku dicuri sama kamu?"

"Sejak aku mendengar seorang putri Titania sedang memohon kepada dewa untuk mendapatkan aku, benar begitu bukan?" Ledek pangeran Siddharta sambil tersenyum miring pada putri Titania.

"Apaa...? Jadi kamu dari tadi memperhatikan aku?"

"Tiap malam aku datang ke sini. hanya untuk melihat bidadari ku. Aku tidak peduli kamu suka aku atau tidak. Tapi, aku tidak akan bisa memejamkan mataku sebelum aku melihat ratu hatiku." Ungkap prince Sidharta begitu jujur.

"Astaga....kau!"

Sentak putri Titania antara senang, kuatir dan malu.

"Kenapa...? Apakah perbuatan ku mengganggumu?"

"Sedikit."

"Baiklah. Mulai besok aku tidak akan mengganggumu lagi." Ucap pangeran Siddharta dengan gertakan kecilnya untuk melihat reaksi putri Titania yang terlihat gelisah.

"Jangan berhenti datang menemui ku!" Cegah putri Titania merendahkan harga dirinya demi sebuah cinta.

"Kenapa...?" Pancing pangeran Siddharta.

"Aku suka kamu melakukannya. Tapi aku begitu takut jika kamu ketahuan oleh para pengawal istana dan ayahku bisa menghukum mu."

"Cinta itu butuh pengorbanan, sayang! Itulah resiko kami laki-laki mencintai wanita hebat dan cantik sepertimu. Aku senang dengan tantangan, Titania. Apakah aku boleh memanggil dengan namamu saja?" Tanya pangeran Siddharta sambil membetulkan anak rambut putri Titania ke samping kupingnya.

Hati Putri Titania berbunga-bunga saat ini. Ia ingin sekali menatap wajah tampan pangeran lebih tampan dari pangeran kerajaan manapun. Rahang tegas, mata indah dan tajam dilengkapi hidung dan bibir yang nampak serasi menghiasi wajah tampan sang pangeran yang lebih mirip dewa daripada manusia bumi.

Pangeran Siddharta meraih dagu Putri Titania dan melihat wajah cantik itu lebih dekat." Apakah kamu sangat mencintai ku, cantik?"

Putri Titania makin dibuat gugup karena baru kali ini ia mendengar rayuan seorang pria yang sangat ia kagumi sejak pertama kali bertemu. Karena tidak ada penolakan dari putri Titania membuat pangeran Siddharta berani mengecup bibir putri Titania yang langsung tertunduk malu.

Pangeran makin gemas dengan putri Titania. Ia beranikan diri untuk memeluk pinggang gadis itu dan membawanya kedalam pelukannya.

"Aku juga sangat mencintaimu putri Titania. Aku tidak berhenti memikirkan kamu sejak kita bertemu di pinggir sungai beberapa waktu yang lalu." Ucap pangeran Siddharta.

Tok...tokkk...!

"Titania...!" Panggil raja Jonas membuat keduanya tersentak.

"Ayah.....!"'