Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Tejebak situasi
Pukul 4 dini hari Ken sedang menyelinap keluar rumah melalui pintu samping, namun ...
"Sedang apa kamu Ken?" tanya Frederick saat Ken hendak membuka pintu.
"Eh Dad ... mau ke mesjid," jawab Ken yang teringat jika dirinya sedang menggunakan pakaian koko.
Frederick melihat jam tangan yang berada di tangan kirinya.
Jam segini ke mesjid?. Batin Frederick heran.
"Sini duduk dulu!" seru Frederick dan di ikuti oleh Ken.
Duh gimana ini? kenapa bisa sampe dad bangun sih kan gue mesti ke nara. Batin Ken merasa terjebak dengan situasi.
"Bisa ga sih kamu itu jangan jutek sama anak teman Dady?" ujar Frederick yang ingin sekali dari kemarin berbicara namun baru sempat terucap.
"Maksudnya Oliya? yang benar saja Dad aku harus ramah sama cewek macam begitu," protes Ken.
"Setidaknya jangan jutek gitu, ga enak Dady sama Bapaknya yang jelas-jelas teman dekat," ucap Frederick.
"Tapi Dady tahu sendirikan? jika sikap aku memang seperti itu?, biarkan orang tuanya tahu jika aku begini seperti yang lain mengenalku begini," ujar Ken lalu berdiri.
"Ke mana? ga ada sopan-sopannya jadi anak," protes Frederick.
"Minimal kamu jadi pembimbingnya bisa kan?" tanya Frederick.
"Dady halu? sejak kapan aku jadi pembimbing anak magang admin?" keluh Ken semakin tidak terima.
"Tunggu jangan katakan jika Dady ingin menjodohkan aku dengannya?" tebak Ken sambil melirik Frederick.
"Awalnya begitu tapi sepertinya kamu menyukai wanita lain dan Dady kurang suka dengan cara oliya mendekati kamu," ujar Frederick jujur.
"Syukur Dady kalau tahu, sebentar lagi adzan maaf Ken ke mesjid dulu," ujar Ken sambil berlalu dari tempat mereka mengobrol.
Tanpa banyak berpikir Ken memasuki kendaraannya. Ken terus melihat jam di tangannya berharap Nadira tidak sedang shalat.
Sesampainya di halaman rumah Nadira, Kendrick pun mengetuk pintu tersebut, tak lama Nadira membuka pintu itu dengan kondisi masih mengantuk dan sesekali menguap.
"Eh Pak Ken, ada apa?" tanya Nadira dengan mengerutkan keningnya.
"Ra ... kamu ga apa-apa semalam? apa hujan lagi di sini?" tanya Ken penuh rasa khawatir.
Nadira mengerutkan keningnya, lalu teringat jika semalam dia sempat menangis kembali akibat hujan dengan suara petir.
"Sudah aman sekarang, maaf saya mau kembali masuk, Bapak pulang saja!" seru Nadira sambil berbalik arah hendak menutup pintu.
Ken menahan pintu tersebut agar tidak tertutup.
"Ra ... aku tahu kamu takut, tapi maaf aku ga bisa kesini di karenakan kondisi yang sulit untuk menuju ke sini," ujar Ken panjang lebar.
"Sudahlah Pak ... Bapak bisa lihat sendiri aku tidak apa-apakan?" sindir Nadira lalu menutup pintu itu dengan keras.
Ken terdiam ... Ken teringat jika dia sempat mendengar suara petir dan hujan namun semalam dia kesulitan untuk keluar rumah bahkan malah sempat ketiduran.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka sedari tadi.
Ken dengan rasa lemas dia berjalan kembali menuju kendaraannya. Namun sebelum dia menaiki kendaraannya dia berpapasan dengan seorang paruh baya.
"Maaf Pak ... saya perhatikan anda sering mengunjungi Nadira? siapakah anda? jika anda bukan saudaranya saya harap anda berkunjung di temani seseorang karena tidak baik jika berduaan dengan wanita di dalam," tegur pria paruh baya tersebut.
'Huft ...' Ken menghela nafas panjang ... mencoba mengendalikan perasaan saat mendengar itu.
"Maaf Pak ... saya boleh tahu siapa anda? dan di mana ketua RT di sini?" tanya Ken to the point.
"Maaf sayalah Ketua RT nya, makanya saya berani menegur saudara, maaf jika saya telah menyinggung saudara, tapi Nadira tinggal sendiri dan itu menjadi tanggung jawab saya untuk menjaga keamanan warga di sini," jelas ketua RT tersebut.
"Ok kebetulan sekali Pak ... tapi maaf saya tidak bisa menjelaskan sekarang, boleh saya minta no Bapak? saya akan kembali pagi ini, dan menemui Bapak," ujar Kendrick.
"Baik boleh, ini no nya," ketua RT itupun memberikan no teleponnya. Dengan cekatan Kendrick menulisnya lalu dengan cepat dia mengsave lalu berpamitan dengan Bapak tersebut.
Ken kembali melajukan kendaraannya menuju rumah orang tuanya.
Sumpah gila ... dasar pengecut, kurang ajar lo Ken. Batin ken menjerit.
Namun amukan dalam dirinya tidak berlangsung lama karena dia harus bergegas kembali menuju rumahnya.
Sesampainya di gerbang rumahnya, Ken memijit klakson dengan keras sehingga membuat para satpam membukanya.
Setelah Ken turun dari mobil, "Eh Pak Ken ... habis dari mesjid?" tanya satpam itu.
Ken menganggukkan mukanya lalu berlalu dari kedua satpam itu.
"Tunggu ... sejak kapan Ken ke mesjid?" tanya heran dari salah satu satpam.
"Iya ya? mungkin beliau sudah dapat hidayah," ucap satpam satunya dengan santai namun membuat mereka berdua tertawa ringan.
Sesampainya di dalam rumah ...
"Eh Ken ... habis dari mesjid nak?" tanya Kania dengan tersenyum bahagia.
Ken tersenyum sambil melewati sang mama.
Ketika memasuki kamar ...
"Ga bisa ... gue ga bisa terus seperti ini ... gila gue bisa gila," keluh Ken dengan menjambak rambutnya sendiri.
Lalu Ken merentangkan dirinya di atas kasur empuknya. Lelah ... itulah yang dia rasakan.
Tak lama Thomas memasuki kamar ken tanpa permisi.
"Kebiasaan ...," protes Ken hanya melirik selewat Thomas saat membuka pintu kamarnya.
"Gue dengar dari tante lo shalat ke mesjid?" tanya Thomas yang kepo memastikan.
"Lihat saja gimana pakaian gue?" kilah Ken yang tidak bisa menjawab Thomas.
"Jujur sama gue lo ke mana? kenapa lo nyamar begini?" tanya Thomas yang sudah sangat paham bagaimana watak saudaranya ini.
Hufft
Ken menghela nafas lalu bangun dari rebahannya dengan duduk berhadapan dengan Thomas.
"Menurut lo gue ke mana?" tanya balik Ken.
"Kebiasaan ..., hmm menurut gue yang jelas lo sedang berbohongkan?" tebak Thomas yang menurutnya ken menutupi sesuatu.
"Ya terus lo ga bisa nebak apa yang gue lakuin?" tanya Ken kembali.
"Gue ga paham ken, tapi kenapa lo harus berbohong?" tanya Thomas.
"Ah lo ga cerdas, ya jelas gue ngecek ke rumah Nadira tadi malam hujan dan terdengar suara petir, gue khawatir karena dia phobia dengan semua itu," keluh Ken bercerita.
"Tapi lo ga bisa terus seperti ini, Lo bisa ketahuan, kenapa lo ga jujur sama semua?" tanya Thomas heran.
"Belum saatnya, gue ga mau nyokap gue kaget Thomas," ujar Ken yang mulai terlihat frustasi.
"Tapi nyokap lo mau jodohin lo, sadar ga sih?" Thomas mulai geram.
"Tahu persis," ujar Ken santai.
"Beri tahu gue ... gue mesti gimana thomas? gue mesti di sini sedangkan di sana ... dia butuh gue, gue ga sanggup jujur pula sama dia, bagaimana kalau dia ga terima kalau gue–?" Ken menjeda tak sanggup melanjutkan kata-katanya. "gue nyesel banget jika lo tahu, sakit hati gue," ujar Ken semakin frustasi.
Thomas malah terdiam, tidak dapat berkata-kata sedikitpun, Thomas paham banget akan apa yang di rasakan saudara sekaligus sahabatnya ini.
"Kan ... lo juga ga bisa kasih saran buat gue," protes Ken sambil meninggalkan Thomas dengan berjalan menuju kamar mandi.
Kembali Thomas terdiam, lalu keluar kamar dan menuruni tangga hanya untuk ikut sarapan.
"Thomas ... tante boleh tanya?" kania bertanya secara berbisik-bisik.
"Apa tan?" Thomas pun menganggukkan kepalanya.
"Ken sudah punya pacar belum sih?" tanya Kania.
Deg ...
"Kenapa Tante ga tanya langsung kan lebih enak?" tanya Thomas.
"Hemm kalian sama aja," jawab Kania bete.
"Ke mana? kenapa ga sarapan lagi?" tanya Kania heran kepada Ken saat Ken melewati meja makan.
"Kerjalah," jawab singkat Ken.
Kania mengejar Ken menuju ruang tamu.
"Sini mom bantu!" tawar Kania.
Ken mengerutkan keningnya sambil melirik Kania.
"Ga usah kasih muka mesem gitu, Iya ya mom memang mau tanya sesuatu sama kamu?" ucap Kania jujur.
Ken diam dan berbalik badan menghadap Kania tanpa banyak protes.
"Kamu sebenarnya sudah punya pacar belum sih?" tanya Kania penasaran.
kembali Ken mengerutkan keningnya.
"Sudah," jawab singkat Ken lalu menyalami Kania dan kania pun memberikan tangannya.
"Punya anak satu irit banget ngomong," keluhnya sambil kembali ke meja makan.
"Gimana tan?" tanya Thomas yang memiliki kekepoan tinggi.
"Ah ga jadi Tante mau jodohin sama anak teman Tante, katanya dia sudah punya," keluh Kania.
Thomas pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Bersambung ...