Demi menghindari kejaran para gadis Reby Putra Maheswara membawa seorang gadis desa yang bernama Rania untuk ia jadikan tameng agar tidak ada yang berani lagi mendekatinya, namun yang terjadi malah hatinya terikat pada gadis yang selalu mengklaim dirinya sebagai calon suami itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Alika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Aku ingin sekali menciumnya, tapi....' gumamnya dalam hati.
"Tuan, ayo masuk ke kantor " ajak Rania, jika di kantor Rania memang akan memanggilnya dengan sebutan Tuan. Namun Reby hanya diam saja, dan terus memandang Rania dengan tatapan sulit di artikan.
"Aihh, Tuan kau itu kenapa? Kenapa malah melamun ya ampun" ucap Rania yang melihat Reby terus saja melihatnya tanpa berkedip entah apa yang ia pikirkan Rania tidak tahu.
"Aaaaarkhhhh..." Reby tiba-tiba berteriak terkejut karena tangannya terasa sakit saat di gigit oleh Rania.
"Apa yang kau lakukan, kenapa kau menggigit tanganku, ?!" Kesal Reby sambil mengusap-usap tangannya yang terasa sakit akibat gigitan Rania.
"Dari tadi Tuan melamun terus tahu, Rania teh cuma takut Tuan kesambet hantu makanya Rania coba sadarkan dengan gigitan," jawabnya tanpa merasa bersalah. Reby pun baru menyadari jika dirinya memang melamun sedari tadi entah apa yang dia pikirkan hanya dari tadi wajahnya selalu mengganggunya.
"Lain kali jangan mengagetkanku seperti itu carilah cara yang lembut untuk menyadarkanku jangan memakai cara ekstrim seperti itu kamu membuatku sangat terkejut, bagaimana jika aku tadi terkena serangan jantung memangnya apa yang kau lakukan jika itu terjadi padaku ?" Reby berucap sambil keluar dari mobilnya.
"Rania bakal kasih nafas buatan aja supaya Tuan sadar, " ucap Rania tertawa mengikuti Reby dan berjalan di belakangnya.
"Astaga, Kenapa gadis ini senang sekali menguji imanku bagaimana jika imanku runtuh" gumam Reby. Kemudian ia berjalan masuk ke dalam kantornya di ikuti oleh Rania.
Reby pun mulai masuk ke ruangannya dan kini Rania pun duduk di meja kerjanya berdampingan dengan Radit. Radit Yang penasaran dengan sikap Reby pun bertanya pada Rania.
"Hei Rania, Tuan Muda kenapa?" Tanya Radit
"Mana Rania tahu, emangnya kenapa ?"
"Dia terlihat pendiam dan juga tidak mau bicara dan terlihat terus melamun, seperti sedang banyak pikiran wajahnya saja pucat, kantung matanya juga kelihatan" ucap Radit.
"Bukankah dia memang orang yang jarang bicara menurut Rania biasa aja dan gak ada masalah," jawab Rania.
"Ehheeeemmmmm...." tiba-tiba Reby sudah berada di depan mereka, tanpa mereka berdua sadari ia sedang bersedekap dan menatap tajam kepada keduanya.
"M-maaf Tuan, " Radit terkejut dan juga sangat takut kehilangan gajinya lagi karena sudah membuat bosnya kesal.
"Rania, ikut ke ruanganku" ucap Reby tanpa mempedulikan ketakutan Radit Ia pun kembali ke ruangannya diikuti oleh Rania di belakang.
"Selamat, " gumam Radit sambil mengelus dadanya.
Setelah masuk ke ruangannya Reby pun duduk di sofa dan tidak duduk di meja kerjanya, Rania pun hanya mengikutinya dari belakang dan duduk di samping Reby.
"A Reby kenapa, sakit?" yang di tanya hanya diam saja. Namun, ia mengangguk perlahan.
"Ya udah kalau gitu, A Reby istirahat aja jangan dulu kerja jangan di paksa kan ada Mas Radit yang bantu, "
"Ambilkan aku obat sakit kepala, di lemari yang itu " titah Reby yang memang merasa kepalanya berdenyut nyeri saat ini. Rania pun mengambil obat untuk Reby dan memberikannya serta sekalian membawakannya air minum.
"Ini, A " Reby pun mengambil obat dari Rania dan lalu meminumnya kemudian ia memijat kepalanya perlahan. Reby terkejut saat tubuhnya di dorong oleh Rania hingga ia terbaring di sofa, Reby gugup karena pikirannya yang sedari kotor tadi bertambah kotor saja. Karena ia berpikir jika Rania akan ya begitulah.
"A Reby mendingan tidur dan jangan kerja dulu, " ucap Rania dan membetulkan posisi kepala Reby agar ia nyaman. Dan Reby pun ia hanya diam saja saat di perlakukan seperti orang sakit oleh Rania. Ia menerima sentuhan-sentuhan Rania saat sedang membetulkan posisinya. Dan parahnya Reby malah menikmatinya.
Astaga sebenarnya apa yang Reby pikirkan tentang gadis itu.Rania membaringkannya hanya untuk memintanya tidur setelah itu Rania pun ingin pergi keluar ruangan Reby supaya Reby bisa beristirahat. Namun tangannya malah di cekal oleh Reby.
"Jangan pergi, temani aku di sini"
"Haaahhh...."
"M-maksud ku tolong pijat kepalaku, Kepalaku sangat sakit " ucap Reby.
"Aihhhhh, kirain teh mau di temenin bobo kan Rania teh seneng dengernya. Itu teh tanda-tanda kalau janur kuning sebentar lagi akan melengkung. Tahunya malah disuruh mijit, " Rania pun kemudian menggeser bangku kecil agar ia lebih mudah memijat kepala Reby. Hingga wajah tampan Reby semakin jelas terlihat oleh Rania.
"A Reby, tahu kalau hati Rania itu manfaatnya untuk apa ?" tanya Rania, Reby yang menutup matanya pun langsung melihat ke arah Rania. Apa gadis aneh ini juga bodoh pikirnya.
"Manfaat hati itu sebagai penawar racun yang akan masuk ke dalam tubuhmu, memangnya apalagi " jawab Reby ketus.
"Salah, kalau hati Rania mah manfaatnya buat nampung cinta sebanyak-banyaknya buat A Reby " jawab Rania sambil tertawa. Reby pun berdecak sebal mendengarnya. Harusnya Reby tidak tertipu dengan pertanyaan yang tidak berbobot itu. Namun Reby malah masuk dalam jebakan Rania.
"Kau yang membuat pertanyaan sendiri dan kau sendiri yang menentukan jawabannya, dasar aneh!" Reby pun kembali menutup matanya sambil menikmati pijatan Rania di keningnya karena kini kepalanya sudah tidak seberat tadi. Mungkin efek obat itu sudah bekerja atau sentuhan tangan Rania yang membantu menyembuhkannya.
"A Reby tahu gak, sekarang Rania mau apa ?"
"Mana aku tahu, aku bukan cenayang!" jawab Reby ketus sambil menutup matanya karena takut khilaf melihat Rania dari dekat. Meskipun Reby selalu ketus padanya tapi itu tidak membuat Rania tersinggung, ia malah tersenyum saja menghadapi kejutekan Reby.
"Ya udah Rania kasih tahu ya, sekarang teh Rania mau pura-pura jatuh dan nimpa A Reby biar langsung di peluk, dan mudah-mudahan dapat bonus cium. Jiaaahhhh Rania jadi malu ngebayanginnya, " Ucapnya cekikikan membayangkan hal yang tidak mungkin ia lakukan. Reby tersenyum sangat tipis hingga Rania pun tidak menyadarinya.
Entah kenapa setiap kali Rania menggodanya Reby tidak pernah merasa marah ataupun risih seperti yang ia rasakan pada gadis-gadis yang selalu mengganggunya selama ini.
Reby hanya selalu menganggap gombalan receh Rania sebagai guyonan saja. Namun kali ini guyonannya masuk ke dalam hati.
"Kenapa harus pura-pura jatuh agar di peluk olehku ?" Tanya Reby dan mulai bangkit dan duduk melihat Rania.
"Iya lah, mana mau A Reby meluk Rania dengan suka rela." jawabnya santai sambil memijat-mijat tangannya terasa pegal setelah memijat Reby.
"Kalau aku mau apa kau mau di peluk olehku ?" Pertanyaan macam apa itu tentu saja Rania mau.
"Ya mau atuh, masa ditolak " Tanpa disangka Reby langsung menarik Rania kedalam pelukannya dan mendekapnya dengan erat.
"Anggap saja ini hadiah untukmu karena sudah bekerja dengan baik," ucap Reby. Entah kenapa ia pun menikmati pelukannya pada Rania. Tubuh kecil itu kini berada dalam pelukannya.
"Kalau hadiahnya kaya gini mah, Rania ikhlas kerja gak libur-libur" ucapnya sambil memeluk tubuh kekar Reby. Aromanya yang maskulin memanjakan penciuman Rania.
Reby pun mengendurkan pelukannya dan melihat ke arah wajah Rania dan ia pun mendekatkan wajahnya perlahan hingga tanpa sadar bibir mereka beradu, baru saja Reby akan mengecap bibir manis itu. Radit masuk tanpa mengetuk pintu dulu, Radit terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya, hingga jantungnya hampir saja melompat karena melihat bos nya yang tidak pernah dekat dengan wanita kini ia malah terlihat sedang beradu bibir dengan asistentnya.
"Ya Tuhan selamatkan aku...."
*
*
*
Aihhhhh Mas Radit ganggu aja 😆😆😆😌😌
thanks ya Thor lucu tak membosankan ..