Bumi ~
Sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh wanita sepertimu karena tempatmu bukan berada di sisiku tapi berada di kakiku .
Air ~
Tak apa jika kau tak akan pernah melihatku , akan kunikmati setiap sakit yang kau torehkan karena aku adalah istrimu .
Hubungan yang terjalin karena adanya paksaan . Dendamnya pada wanita yang telah menjadi istrinya membuatnya buta untuk melihat kebenaran . Akankah Air mampu bertahan ? Akankah Bumi mampu melepasnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Sampai di apartemen Air terkejut dengan keadaan ruang tamu yang berantakan . Banyak barang yang pecah dan sudah tidak berada pada tempatnya . Air masuk dengan berjinjit agar tidak menginjak pecahan pecahan kaca yang tersebar di lantai .
Sebelum membersihkan semua kekacauan Air menidurkan putranya yang sudah tidur sejak masih di dalam taksi tadi . Dia berpikir mungkin Bumi yang pulang ke apartemen dengan membawa pekerjaannya dan membuat kekacauan karena temperamennya yang keras .
Saat masih mengumpulkan pecahan kaca yang tersebar dia terkejut melihat Bumi yang turun dari lantai atas dengan menatap nanar padanya . Air berdiri dan meletakkan sapunya .
" Mas Bumi ... "
" Kau tak mengira jika aku pulang kan !? Sudah puas bermain di luar sana ?!! "
" Maaf aku tidak ijin sama Mas , tapi tadi malam aku nginep di tempat ibuk . Mau mengabari tapi aku tidak tahu nomor ponsel Mas Bumi " kata Air mencoba menjelaskan .
" Cihh .. omong kosong !! Kau pikir semudah itu kau bisa membohongiku hahh !! Berapa dia membayarmu ? satu juta ? seratus juta ? "
Air belum mengerti arah pembicaraan Bumi , pembayaran apa yang di maksud suaminya .
" Maksud Mas apa ? "
" Maksudku adalah besok kau harus angkat kaki dari sini !! Aku tidak mau rumahku menjadi sarang perempuan menjijikkan seperti dirimu "
Air terhenyak mendengar Bumi telah mengusirnya dari apartemen itu . Hatinya terasa sangat sesak mendengar bertubi tubi hinaan yang ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya .
" Baik ... baik jika kau ingin aku pergi dari sini . Tapi bisakah kita duduk dahulu ? Aku hanya ingin tahu kenapa Mas Bumi sangat membenciku ? Kau selalu mengatakan jijik padaku .. itu menyakitkan untuk di dengar Mas , tapi tidak apa apa asalkan aku tahu alasannya . Jika aku memang bersalah maka aku ingin memperbaikinya . Kita sudah menikah , kita sudah terikat menjadi suami istri ... " belum Air menyelesaikan kata katanya Bumi sudah memotongnya .
" Istri ?! Hanya karena permintaan papa dan mama aku menikahimu , jangan pernah bermimpi untuk menjadi istriku karena sampai matipun aku tak akan pernah menyentuh jal*ng sepertimu . Karena tempatmu adalah di kakiku ... bukan disisiku "
PLAKK ... PLAKKK
Air terhuyung ke belakang ketika menyadari tangannya telah menampar suaminya . Dia terbawa emosinya hingga berani melakukannya .
" Mas ... maaf "
Tapi ia dikejutkan dengan Bumi yang mendorong tubuh kecilnya hingga terhempas kebelakang . Beberapa pecahan kaca yang menancap di telapak tangan , lutut dan betisnya hingga mengeluarkan darah .
Bumi pun sama terkejutnya , bahkan ia tak menyangka bisa sekasar ini pada mantan isteri kakaknya . Dia reflek mendorong Air setelah wanita itu menamparnya sampai dua kali .
Bumi membuang mukanya , dia tidak tega melihat Air yang meringis kesakitan . lngin sekali ia menolong wanita yang jatuh akibat ulahnya , ingin meminta maaf . Tapi nyatanya gengsi dan prasangka buruknya lebih tinggi dari apapun saat ini .
Air mata Air mengalir begitu saja , betapapun ia mencoba untuk kuat tapi ternyata pertahanannya runtuh juga . Reynand , sepertinya sekarang ia menjadi sangat merindukan laki laki itu .
Air tahu jika ia salah jika merindukan laki laki lain ketika ia sudah menjadi istri seseorang . Tapi sungguh , dia butuh tempat bersandar saat ini . Tapi kemudian dia bangkit setelah melepas beberapa pecahan kaca ditubuhnya .
Dia harus kuat karena ada Janu bersamanya . Air sudah berjanji di depan pusara Reynand untuk menjaga dengan baik putra mereka . Air harus bisa menjadi ayah sekaligus ibu untuk putranya .
" Baik ... aku akan pergi dari sini seperti kemauan Mas . Tapi aku butuh waktu , aku berjanji padamu dalam waktu tiga hari kau tidak akan melihatku lagi disini "
Setelah berbicara seperti itu Air melangkah dengan tertatih menuju kamar anaknya . Hanya dengan melihat Janu hatinya akan bisa tertata kembali .
Sedangkan Bumi masih terpaku ditempatnya berdiri tadi , ia tak menyangka bisa berbuat sekejam ini pada seorang perempuan . Melihat Air tertawa dengan laki laki lain dan membayangkan Air disentuh pria lain benar benar membuat pikirannya menggila .
Matanya terkesiap melihat betapa banyaknya tetesan darah yang berada di lantai , darah Air !! Bumi tahu ia sudah melampaui batasnya kali ini . Bumi menghubungi salah satu teman yang menjadi dokter khusus di perusahaan miliknya agar datang ke apartemen .
Bumi juga menelpon jasa kebersihan untuk menyelesaikan kekacauan yang ia buat . Tak lama seorang wanita dengan mengenakan jas putihnya datang ke apartemen .
" Siapa yang sakit ? Kau terluka ? " Dokter wanita itu mengamati Bumi dari ujung kaki sampai ke ujung kepalanya .
" Bukan aku , dia ada di kamar bawah yang ada di dekat dapur "
" Pembantu baru ya "
" Cerewet !! "
Dokter itu kemudian cepat cepat ke arah kamar tempat Air dan Janu tidur .
TOK .. TOK
Air yang sedang mencoba membersihkan lukanya dengan lap basah segera membuka pintunya . Dia pikir Bumi yang mengetuk pintunya . Sebelum mendengar pria itu berteriak dia membuka pintunya . Tapi yang di depan pintunya adalah seorang wanita cantik yang masih mengenakan jad putihnya .
Dokter itu mengernyitkan dahi melihat betapa cantiknya wanita depannya . Dari wajah pucat dan matanya yang sembab dokter itu bisa menebak bahwa wanita di depannya habis menangis .
" Hai aku Val ... Bumi yang memintaku kemari . Bisakah aku membantumu !? "
Walau sedikit terkejut namun Air berusaha tersenyum ramah pada wanita di depannya .
" Hai aku Air , dia berlebihan ! lni hanya luka kecil , diplester juga pasti sembuh kok "
Val melihat luka luka di tubuh Air , kemudian ia membersihkan ulang luka itu dengan cairan anti septik yang di bawanya .
" Hanya tergores , tidak apa apa . Kau cantik sekali Air , mau maunya jadi pembantu Monster itu " ujarnya bercanda .
Air tersenyum ketika Val menyebutnya sebagai pembantu . Tapi Val tidak salah karena dia memang tak lebih dari pembantu di rumah ini .