Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part#16
Keesokan harinya Alea seperti biasa datang keapotek. Ketika mereka mau masuk kedalam apotek dokter Haikal turun. Karyawan cewek melihatnya penuh kagum. Hanya Alea yang cuek tanpa memperdulikannya. Apalagi menginggat kejadian kemaren membuatnya jadi kesal.
''Pagi dokter Haikal'' sapa karyawan cewek kompak. Alea tidak peduli langsung melewati Haikal untuk naik kelantai dua.
''Pagi'' jawab Haikal tanpa ekspresi. Dia sempat melirik Alea. Tapi tidak mau menengurnya didepan semua orang. Haikal langsung pergi dari apotek menuju rumah sakit.
''Aduh, dijawab tanpa ekspresi saja sudah buat mood pagi ini jadi semangat. Apalagi kalau dia menjawab pakai senyuman. Pasti aku akan melayang'' ucap Dini.
''Hati-hati kalau jatuh sakit'' sindir Dewi baru datang.
''Hehe, kak Dewi bisa aja'' ucap Dini tersenyum malu.
''Ayo masuk. Kenapa masih pada bengong sih'' perintah Dewi lagi. Untuk bagian apotik lantai satu kalau Tristan dan Tasya tidak ada. Dewi menjadi penanggung jawabnya.
Semua sales yang datang sudah pergi. Alea berencana membersihkan tempat tinggal dokter setelah selesai sholat Zuhur dan makan siang.
''Mana kunci tempat tinggal dokter bang?'' tanya Alea sama Tristan yang sedang main game diruangnya.
''Kamu mau membersihkannya sekarang?'' tanya Tristan.
''Iya, setelah aku makan siang dan sholat Zuhur. Oh ya untuk seprai dan selimutnya di loundry saja. Terus untuk gantinya aku ambil dimana?'' tanya Alea.
''Kata Tasya dilemari dalam kamar dokter sudah ada badcover. Kamu lihat aja disana'' jawab Tristan masih sibuk dengan gamenya. Alea masih berdiri disana.
''Kenapa masih disini?'' tanya Tristan lagi.
''Kuncinya mana bang?'' Alea balik tanya.
''Iss kamu gangu saja. Gara-gara kamu saya jadi kalah'' omel Tristan mengeluarkan kunci cadangan dari dalam tasnya.
''Kalau tidak bisa main game. Jangan salahkan orang kalau kalah. Ntar kalau ada sales yang datang bang Tris yang handle ya'' ucap Alea.
''Hmm, suruh Novi saja. Saya sibuk'' jawab Tristan.
''Novi tidak mengerti cara menulis giro sama mengecek faktur yang jatuh tempo. Ntar tanggal pencairan dananya banyak yang sama. Bisa repot kita menyetorkan uang ke bank'' jelas Alea.
''Kalau gitu suruh Novi panggil kamu kalau sales ada yang datang'' jawab Tristan seenaknya.
''Emang percuma minta tolong sama bang Tris. Kalau ujung-ujung aku juga yang akan mengerjakan'' omel Alea keluar dari ruang Tristan.
''Kakak kelantai tiga dulu ya Novi. Ntar kalau ada sales yang datang kamu panggil keatas ya'' ucap Alea. Dia sudah mengatakan sama Novi kalau siap zuhur mau membersihkan tempat tinggal dokter.
Selesai makan siang dan sholat zuhur Alea langsung pergi ketempat tinggal dokter. Pintu sengaja dibukakan Alea supaya ketika Novi memanggilnya bisa kedengaran sampai kedalam.
''Ternyata tidak banyak yang harus dibersihkan'' ucap Alea. Dilihatnya tempat tinggal dokter tertata rapi. Kamarnya juga seperti itu. Alea mulai membersihkan. Dia memutar musik dihandphone supaya suasana terasa tidak sunyi.
Saat membersihkan kamar Alea melihat sebuah buku yang menarik diatas meja Haikal. Alea berniat melihatnya sebentar setelah selesai membersihkan semuanya.
Sejam kemudian Alea selesai membersihkan tempat tinggal dokter. Mulai dari mengganti seprai dan selimut sampai mengepel lantai dan melap tempat yang berdebu. Karna tidak terlalu banyak yang berdebu. Alea dengan cepat selesai membersihkannya.
Alea ingat buku yang dilihatnya tadi. Alea masuk lagi kekamar ketika dia memegang buku tersebut sebuah pena jatuh dari atas meja.
Alea mengambil pena yang terjatuh kelantai. Dia terkejut melihat pena tersebut.
''Bukanya ini penaku?'' ucap Alea tertegun.
''Sedang apa kamu disini?'' tanya seseorang dari belakang Alea. Membuatnya terkejut dan membalikan badan.
''Dokter...'' ucap Alea pelan tangannya masih memegang pena. Haikal melirik kearah tangan Alea.
''Saya tanya sedang apa kamu disini?'' hardik Haikal marah. Alea kembali terkejut melihat Haikal marah.
''Saya disuruh bang Tris membersihkan tempat tinggal anda'' jawab Alea menetralkan kembali ekspresinya.
''Tapi saya tidak ada menyuruhnya membersihkan tempat ini terutama kamar saya. Dan saya tidak suka sembarang orang masuk kedalam kamar saya'' ucap Haikal dingin. Wajahnya menunjukan kemarahan dan ketidaksukaan. Dia kembali keapotek karna ada yang mau diambilnya. Alea juga tidak menyangka Haikal akan kembali siang ini.
''Maaf dok, saya hanya disuruh membersihkan ini. Bang Tris bilang kata kak Tasya disini banyak ulat. Jadi harus dibersihkan supaya ulatnya hilang'' jelas Alea.
''Biarpun saya tidak melihat satupun ulat disini'' ucapnya lagi pelan.
Haikal baru ingat kemaren dia mengatakan tentang melihat ulat kepada Tasya dirumah sakit. Sebenarnya ulat yang dimaksudnya adalah Alea.
''Huft, terus kenapa harus kamu yang membersihkannya. Apa kamu bekerja disini merangkap sekalian jadi CS?'' ejek Haikal.
''Karna upah untuk membersihkannya lumayan dikasih bang Tris'' jawab Alea santai.
''Apa segitu sukanya kamu sama uang sehingga pekerjaan apapun kamu kerjakan haa?'' tanya Haikal tersenyum mengejek.
''Bukan pekerjaan apapun tapi pekerjaan yang halal. Anda tidak akan pernah tahu bagaimana berharganya uang bagi orang seperti kami. Anda yang terlahir sudah punya segalanya dari kecil tidak akan pernah merasakannya'' jawab Alea tidak senang. Ekspresi wajah menujukan rasa kesal. Haikal terdiam mendengar jawaban Alea. Dia tidak bermaksud menyinggungnya.
''Oh ya satu lagi. Kenapa pena ini ada sama anda?'' tanya Alea memperlihatkan pena ditangannya.
''Pena itu saya dapatkan diruang praktek'' jawab Haikal.
''Kalau gitu penanya saya ambil kembali. Karna pena ini punya saya. Seharian kemaren saya mencarinya'' ucap Alea. Haikal baru tahu waktu dia bertemu Alea diruang prakteknya sampai masuk kolong meja ternyata Alea sedang mencari pena ini.
''Kalau pena itu punya kamu. Kenapa inisialnya bukan nama kamu?'' Tanya Haikal.
Deg, Hati Alea terasa sakit ketika Haikal juga tidak mengenali pena pemberiannya.
''Apa kamu orang yang berbeda bang. Sampai pena kenangan darimu tidak kamu ingat'' batin Alea sedih.
Haikal heran melihat Alea terdiam.
''Jangan-jangan pena ini bukan punyamu. Apa kamu mengambilnya karna suka?'' tuduh Haikal. Alea tidak terima dengan tuduhan Haikal.
''Inisial HF pada pena ini adalah nama orang yang memberikannya sebagai kenangan delapan tahun yang lalu'' jawab Alea.
''Apa kepanjangan dari HF kalau boleh saya tahu?'' tanya Haikal penasaran.
''Apa anda benaran tidak tahu?'' tanya Alea berusaha menahan air matanya. Hatinya begitu sakit. Bagaimana mungkin orang yang selama ini dia tunggu dan cintai tidak mengenalnya dan pena peninggalannya.
''Maksudmu?'' Haikal binggung dengan pertanyaan Alea.
Alea mengambil nafas dia sudah tidak bisa menahan air matanya.
''HF adalah Hainal Fernanda. Anda puas?'' teriak Alea berbalik badan meninggalkan Haikal. Air matanya keluar. Perih yang terasa dihatinya tidak bisa dia tahan lagi. Walaupun dia tahu cintanya hanya sepihak. Setidaknya orang yang didepannya mengenalinya sebagai teman masa lalu.