DENDAM (Aku Bukan Bayangan)

Dean segera mengambil kotak obat yang ada di lantai atas, tepatnya di dalam kamar Jack. Dean langsung membersihkan luka Jack dengan alkohol dan juga kapas.

Mayang hanya bisa menatap sendu pada dua pria yang sedang duduk di atas sofa yang ada di hadapannya itu.

Sekilas Jack memandang ke arah Mayang, namun ia mencoba untuk acuh dan tak perduli dengan derita yang di alami oleh Mayang saat itu.

“Pergilah dari sana! Aku muak melihat wajahmu!” perintah Jack pada Mayang.

Mayang yang tak ingin membuat Jack semakin marah, langsung segera bangkit dan pergi dari ruangan itu.

Setelah Mayang pergi, Dean langsung berbicara pada Jack.

“Jack, tak seharusnya kau begitu kasar pada gadis itu! Kau tidak lihat, wajahnya terlihat sangat panik saat melihat dirimu terluka,” kata Dean sambil membalut luka Jack.

“Aku juga melihat, sebenarnya kau menyukai gadis itu!”

“Tutup mulut mu! Aku tidak butuh ceramah!” Jack membentak Dean untuk kali pertamanya. Dean pun terkejut dengan reaksi yang di berikan oleh Jack. Reaksi yang sungguh tak pernah di pikirkan oleh Dean.

Dua hari kemudian, luka Jack sudah membaik. Ia pun berniat untuk menyerang markas Klan Tiger. Ia segera menghubungi anak buahnya, bersiap untuk menyerang.

Sedangkan di sisi lain, ada Mayang yang sedang termenung. Ia menatap awan hitam dari balkon kamar.

“Kenapa, Kak Rahmat membenciku? Apa salahku?” Mayang sedih, sangat sedih dengan semua perubahan ini.

“Dua tahun, Mayang menunggu berharap dia mengingat Mayang dan kembali. Tapi di saat dia sudah kembali, semua sudah berbeda,” ucapnya sambil memegangi dadanya. “Apa salahku? Apakah dia tidak menyukai Mayang, karena Mayang suka memaksa?”

Mayang menjadi teringat akan kejadian-kejadian di masa lalu, di mana ia selalu membuat Rahmat di pukuli. Dan terakhir kali, ia memaksa Rahmat untuk membelikan dirinya hadiah.

Mayang pun menyentuh kulit lehernya, masih ada kalung yang di belikan oleh Rahmat saat ia memaksa Rahmat pergi ke pasar yang tidak jauh dari kediaman orangtuanya.

“Semoga, Kak Rahmat dapat segera menerimaku,” ucapnya dengan penuh harap.

“Lapor, Ketua. Keadaan di luar masih sama, belum ada tanda-tanda bahwa Klan Dragon akan menyerang!” lapor salah satu anak buah dari Ken, sang ketua Klan Tiger.

“Awasi terus gerak gerik Jackson dan Deandra. Jangan sampai kau dan rekan-rekanmu lengah,” kata Ken pada anak buahnya itu.

“Baik, Ketua!”

Ken meminta anak buahnya untuk mengawasi gerak gerik Jack dan Dean. Tapi ia lalai pada barisan anak buah Jack yang kini telah bersiap menyerang markas mereka.

Dorr.. Dorr.. Suara tembakan beruntun terjadi di bagian sisi Barat markas klan Tiger.

“Mereka menyerang!” seru anak buah Klan Tiger yang berjaga di sisi Barat itu.

“Si*lan!” gerutu Ken. “Siapkan senjata kalian!” perintahnya kepada seluruh anak buah yang ada di markas itu.

Di luar markas, Jack dan sebagian anak buahnya menyerang dengan beringas dan tak kenal ampun. Mereka terus menembak tanpa memberi lawan celah.

“Habisi mereka, hancurkan markas ini!” teriak Jack dengan semangat.

Suara tembakan saling bersahutan, seakan memberikan aluan musik yang menyenangakan bagi Jack dan anak buahnya.

“Matilah kau si*lan!” suara Ken berteriak terdengar di telinga Jack.

Dorr.. Dorr..

Ken terus menembak, ia tidak perduli tembakannya mengenai anak buahnya atau musuh. Ia menembak dengan amarah yang sudah ada di ubun-ubun. Klan Dragon dapat menyerang markas mereka, karena kelalaian anak buahnya sendiri. Dari itu, ia melampiaskan amarahnya kepada seluruh mahluk yang ada di hadapannya.

Anak buah Ken yang ada di luar markas, sudah banyak yang jatuh bertumbangan. Sedangkan anak buah Jack, hanya beberapa orang yang tertembak.

“Maju terus! Habisi mereka semua!” Jack berjalan mendekati markas Ken. Di ikuti oleh sebagian anak buahnya.

Ken yang merasa terdesak, segera melarikan diri.

“Kau, kau dan kau ikut aku!” perintah Ken kepada beberapa anak buahnya. “Sedangkan kalian, tahan Klan Dragon disini!”

Ken segera pergi menuju belakang markas, memerintah salah satu anak buahnya untuk mengeluarkan mobil Jeep yang ada di gudang markas itu.

“Cepatlah! Kita harus segera pergi dari tempat ini!” teriak Ken dengan tidak sabaran.

Dengan terburu-buru, anak buah Ken mengeluarkan mobil dari dalam gudang. Lalu segera menyalakan mesin mobil dan meninggalkan markas mereka.

“Mereka kabur!” teriak salah satu anak buah Jack yang melihat mobil Ken, menjauhi markas.

“Kejar mereka, jangan sampai lolos!” perintah Jack sambil terus menembak anak buah Ken yang masih tersisa.

Beberapa anak buah Jack, ia perintahkan untuk mengejar mobil Ken yang sudah menjauh. Sedangkan sisanya tetap menyerang di markas itu.

“Bagaimana ini? Rekan kita sudah tumbang, hanya tinggal kita yang tersisa,” kata salah satu anak buah Ken yang tersisa.

“Apa sebaiknya kita menyerah saja?” ujar si A.

“Jika kita menyerah, bukan kah sama saja bahwa kita adalah pengkhianat!” sahut si C.

“Tapi jika kita tetap bertahan, kita semua akan mati. Kalian tahu sendiri seperti apa ketua, jika kita mati dia tidak akan perduli!” Kata si A lagi. Dan di angguki kepala oleh yang lainnya.

“Kami menyerah!” teriak si A dengan keras.

“Berhenti!” perintah Jack.

“Kenapa, Bos?” tanya anak buah Jack.

“Mereka terdesak dan tidak melawan lagi, jumlah mereka juga tinggal beberapa orang saja. Jadi biarkan mereka hidup di bawah perintah kita,” kata Jack. “Kalian, keluarlah!” perintah Jack dari luar markas itu.

Akhirnya keluarlah lima pemuda dengan tangan yang tiarap. Mereka maju ke hadapan Jack dan para anak buahnya.

“Hahya kalian berlima? Mana yang lain?” tanya Jack dengan aura dinginnya.

“Mereka sudah tumbang, beberapa di antaranya tidak di tugaskan disini,” jelas si A yang tadi mengusulkan untuk menyerah.

“Jadi tinggal kalian berlima?” tanya Jack dengan tangan yang ia letakan di dagu.

“Benar, Tuan!” sahut mereka berlima dengan serentak.

“Lalu apa yang akan kalian lakukan dan harapkan dengan menyerah seperti ini?” Jack menaik turunkan alisnya sambil terus mengamati gerak gerik kelima pemuda yang ada di hadapannya.

“Jika, Tuan berkenan. Kami ingin mengabdi kepada, Tuan,” jawab si A.

“Apa kalian bisa di percaya?”

Kelima pemuda yang ada di hadapan Jack, saling pandang satu sama lain. Jack tahu, siapa yang memang ingin bergabung padanya dan yang hanya ingin mencari cara agar selamat dari tempat itu.

“Bawa mereka kembali ke Markas kita!” perintah Jack kepada anak buahnya.

Mereka pun segera pergi meninggalkan markas Klan Tiger yang sudah kosong itu, kelima pemuda yang tersisa pun sudah di amankan oleh anak buah Jack.

Sedangkan anak buah Jack, yang mengejar mobil Ken. Belum juga kembali.