Menapaki Jejak di Madyapada yang penuh cerita yang tak terduga, sesosok Rehan dengan beribu harap dalam benak dan Sejuta mimpi dalam sepi, meniti asa pada cahaya senja, menitip doa pada Sang Penguasa Semesta.
Berharap bisa bersanding dengan Rena perempuan anggun berparas rupawan dan berdarah Ningrat yang baik hati, seutas senyum ramah selalu menghiasi wajahnya, namun dalam riangnya tersimpang selaksa pilu yang membiru.
Akankah cinta dua insan itu bersatu dalam restu keluarga Rena? ataukah cinta mereka akan tenggelam layaknya Cahaya lembayung yang tertelan oleh gelapnya malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vheindie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Target Masa Depan
Di hadapan Sang Khalik, kita bukanlah siapa-siapa tapi hanya penikmat dunia yang tamak nan serakah
Sunyinya gelap di penghujung malam dibuyarkan dengan suara rindu purba yang menggema indah dengan berkumandangnya suara adzan disetiap surau-surau.
Tanah kecoklatan, wangi semerbak bunga-bunga di pekarangan diiringi desiran angin yang merebahkan sebagian ilalang-ilalang liar menyentuh tanah, rinai embun luruh dari bunga yang merekah, ketika mega merah masih malu-malu menyapa, doa-doa tulus ia panjatkan, karena ia tahu sang pemilik langit tak pernah pulas dan selalu memberi rahmat pada hambanya yang selalu ingat.
***
Pagi baru saja menyapa, tapi Rehan pemuda tangguh nan sederhana tengah disibukan dengan memperbaiki beberapa alat-alat elektronik milik tetangga, karena setelah menyelesaikan kursusnya dua minggu lalu, dia banyak kebanjiran order yang datang dari tetangga bahkan dari kampung sebelah, karena selain harganya terjangkau mereka tidak perlu susah-susah ke kota kecamatan.
"Kak.... Kinan berangkat dulu ya, assalamualaikun" seru Kinan sambil menghampiri kakaknya untuk pamit.
" Waalaikumsalam hati-hati dijalan," balas Rehan sambil terus fokus memperbaiki laptop yang ada di depannya.
"Wah rajin amat kak, dari habis sholat shubuh masih bongkar-bongkar komputer orang, jangan-jangan terima bongkar pasang sendiri, hehee," ucap Kinan dengan tawa usilnya, langkahnya terhenti sejenak untuk melihat-lihat kinerja kakaknya itu.
"Sembarangan aja, gini-gini juga kakak lulusan hongkong tau," timpal Rehan menanggapi candaan adik perempuannya tersebut.
"Kayak Boboho dong, tapi perasaan kemaren kursusnya di kota kecamatan sebelah deh,memangnya kecamatan itu udah jadi hongkong ya," lanjut Kinan masih menggoda dengan seringai usilnya, dengan gaya memegang dagu dengan satu tangan seperti orang yang tengah berpikir, dan memadang raut wajah sok imut abad ini.
"Ish... Sudah, sudah, berangkat sana, entar kesiangan lagi," seru jengkel Rehan.
"Hahaha... iya deh iya, selamat bekerja kakakku yang ganteng, tetep semangat jangan lupa sarapan biar kuat menanggung harapan."
Kinan pun beranjak pergi ke sekolah menggunakan sepeda yang baru Kakaknya beli minggu lalu sambil membawa beberapa cemilan ringan buatan ibunya, untuk dititipkan di warung dekat sekolah, sementara Rehan pun hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu, lagi pula dari mana dia mendapat kata-kata nyeleneh seperti itu.
Rehan pun kembali fokus menyolder kembali beberapa bagian-bagian dari laptot tersebut, dia sudah punya tekad dalam hatinya, bahwa dalam satu bulan ini dia ingin menyewa bangunan untuk di jadikan tempat bengkel elektroniknya nanti.
Dia bertekad untuk memperbaiki ekonomi keluarganya dan bercita-cita menjadi tukang service elektronik juga pengusaha alat-alat elektronik, bahkan tekadnya sekarang bertambah kuat karena dirinya ingin memantaskan diri untuk bersanding dengan Rena sang bidan muda anak dari keluarga terpandang.
Meski hampir semua orang setuju, bahwa bila berjodoh cinta sejati akan menemukan takdirnya untuk selalu bersama, meski jarak dan keadaan setiap dua sejoli itu berbeda,karena akan ada kebetulan melalui suratan takdir atau apalah orang-orang menyebutnya.
Tetapi Rehan tidak peduli dengan istilah tersebut, dia mempunyai pemahaman sendiri, yakni akan terus berjuang secara praktek dengan menyusun skenario terbaiknya dan akan terus semangat bila perlu dia ingin menjemput takdir itu dan tidak akan menunggu bak macam aliran air yang mengalir, meski dia tau Sang Pencipta takdir adalah penentu segalanya, tapi setidaknya dia pernah memperjuangkan kemungkinan tersebut.
"Assalamualaikum," terdengar suara ucapan salam dari halaman rumahnya, suara yang begitu dia kenal.
"Waalaikumsalam," Jawab Rehan sambil melirik ke arah sumber suara, dan benar saja ternyata suara lembut tersebut berasal dari perempuan yang membuatnya bersemangat dan juga kadang membuat gelisah dalam hidupnya, yang tidak lain adalah Rena Putri Bidan muda berparas cantik dengan busana dinasnya.
"Eh.. Rena, tumben pagi-pagi udah nongol di Rs," lanjut Rehan.
"Hah Rs?" tanya spontan Rena agak tidak mengerti, karena yang dia tau RS singkatan dari Rumah Sakit.
"Rumah sederhana, maksudnya," ucap Rehan kembali melanjutkan perkataannyan sambil menahan senyum, karena merasa lucu melihat wajah Rena tampak kebingungan.
"Ouh... Ada-ada aja Akang ganteng mah plesetannya, kirain apa? tapi sederhana juga yang penting bikin nyaman penghuninya kan? ibu ada Kang?" seru Rena yang baru mengerti, dan kembali bertanya keberadaan ibu Rehan.
"Hmmzz... Betulkah? Ibu ada di dapur sedang menggoreng rengginang kayaknya, bentar saya panggilakan dulu, tapi kok nanyain ibu aja, gak sekalian nanyain kabar pemuda di depannya?" ucap Rehan sambil merapikan peralatan tempurnya.
"Hish... Kan Kakang ku yang gantengnya sekabupaten ini ada di hadapan Neng, lagi pula ada keperluannya juga dengan ibu mertua," timpal Rena membalas dengan bercanda, tapi candaan itu membuat Rehan sedikit terkejut.
"Aduh jadi ge'er dibilang ganteng sama perempuan cantik-"
"Tapi di lihatnya pake sedotan, hahaha" potong Rena dengan tertawa lepas, membuat Rehan langsung pura-pura memasang wajah cemberut.
"Iya, iya, aku mah apa atuh cuman bubuk rengginang-"
"Emang kenapa dengan rengginang?" potong ibu Rehan sambil membawa toples besar berisi rengginang, membuat ekspresi Rehan langsung berudah dan tertunduk terdiam, karena nggak enak hati dengan ucapannya barusan.
"Iya nih Kang Rehan bu, pelanggaran ya ibu, gak tau apa bubuk rengginang juga enak apalagi disantap dengan baso," Seru Renan yang masih tertawa melihat ekspresi dari kekasihnya tersebut.
"Enggak, nggak, ibuku yang cantik, tadi cuman becanda, hish jangan kompor dong kamu Ren," ucap Rehan mencoba meralat perkataannya, tapi tingkah Rehan membuat Bidan muda tersebut kembali tertawa.
"Sudah, sudah, nih Neng Rena pesanannya, ibu kedalam dulu ya, soalnya masih banyak pesanan yang belum dikerjakan," ucap ibunya Rehan menyerahkan toples berisi penuh dengan rengginang, yang ternyata itu adalah pesanannya.
"Iya bu, terimakasih," timpal Rena dan menerima toples tersebut.
Setelah ibunya Rehan kembali ke dapur, Rena langsung duduk didekat laptop yang masih dikerjakan oleh pemuda yang dia sukai itu, sementara Rehan masih berdiri mematung sambil menatap perempuan yang ada di hadapannya.
"Hmmz... Kang kalau service smartphone harganya berapa ya?" tanya Rena kemudian, sambil melihat-lihat hasil pekerjaan dari Rehan.
"Ya tergantung kerusakannya, emang smartphone siapa yang rusak?" timpal Rehan.
"Smarthphone teman aku sih, nanti deh aku saranin untuk diperbaiki disini, Saya kembali ke Posyandu dulu ya Kang," ucap Rena dan beranjak dari duduknya sambil membawa toples berisi rengginang, tapi ketika baru beberapa langkah, dia pun berhenti dan berbalik.
"Kang hari minggu sibuk gak?" tanyanya.
"Nggak terlalu sih, emang kenapa?" timpal Rehan.
"Tadi Bu Kades ngajak jalan-jalan ke puncak, beliau ajak kita katanya kurang empat orang lagi, kalau bisa ajak aja Kang Rijal sama calon istrinya," seru Rena menjelaskan maksudnya.
"Nggak kayaknya, ya nanti saya bicarakan ke si Rijal," ucap Rehan menyetujui ajakan dari Rena. Setelah Sang Bidan pergi untuk bertugas kembali, dia pun kembali melakukan pekerjaan dengan penuh semangat agar cepat selesai.
haloo kak aku nyicil bacanya yaa
jangan lupa mampir di karya terbaruku 'save you'
thankyouuu ❤
sukses selalu buat kakak 🤗🤗