"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Hurt
Lobi hotel Luxury Gold ....
Seorang Gadis cantik tengah berdiri di lobi hotel mewah ini. Penampilannya begitu elegant, ia memakai celana jeans model terbaru, dipadukan dengan blazer warna hitam dan kacamata yang melekat di atas kepalanya. Gadis ini bernama Cellyn, ia adalah putri pewaris Santika Grup, yang sangat cantik dan dikagumi banyak orang.
Banyak pria menginginkan Cellyn, tapi ia enggan melirik pria manapun yang mendekatinya. Semua karena seorang Gavin Alexander. Cellyn begitu menginginkan Gavin, tapi sayangnya ... Gavin tak pernah melirik Cellyn sedikitpun. Gavin sudah tak tertarik pada wanita, sejak Nadine mantan kekasihnya dulu, tidur bersama pria lain.
Seorang Cellyn tak patah arang, ia berusaha merayu orang tuanya, agar menjodohkannya dengan putra pewaris Louvre Grup. Santika Grup mencoba menanam saham di Louvre grup, bukan jumlah yang sedikit, jumlahnya sangat banyak. Semua usaha dikerahkan, hingga Santika Grup mengajak Louvre grup untuk berkolaborasi bersama demi memajukan dua perusahaan raksasa itu agar semakin disegani perusahaan lain.
Ketua Louvre grup, sekaligus Ayah Gavin, yaitu Jordan Alexander, sangat menghargai semua usaha Santika grup. Ketika Santika grup meminta anak mereka untuk saling dijodohkan, Jordan Alexander pun menyetujuinya. Gavin sudah diputuskan akan dijodohkan dengan Cellyn.
Wanita yang cantik akan segudang prestasi, tentu saja membuat Jordan Alexander tertarik. Cellyn disebut-sebut layak dan pantas mendampingi seorang Gavin. Namun, Gavin tak pernah menginginkan perjodohan itu terjadi. Entah mengapa, hati Gavin sudah mati untuk wanita. Ia tak menginginkan lagi hidup bersama wanita, karena hanya akan menyakiti hatinya.
Gavin tak pernah menganggap Cellyn, karena Gavin tak ingin wanita itu terus mengganggu kehidupannya. Walau Gavin sudah tahu, sejauh manapun ia menghindar, ia tetap akan jatuh dalam pelukan Cellyn Namun, bukan Gavin namanya jika tak keras kepala. Ia tetap pada keputusannya, sampai Gavin bisa menghindar dan melepaskan belenggu perjodohan antara dirinya dan Cellyn.
"Untuk apa kau di sini?" teriak Gavin begitu ia sampai di lobi hotel.
Cellyn berbalik, "Aku datang untukmu!"
"Aku tak memintamu datang, sedikitpun aku tak menginginkan kehadiranmu di sini!" Gavin terlihat tak suka.
"Gavin! Kau tak boleh terus-terusan menghindar seperti ini. Aku adalah wanitamu, dan aku ke sini karena ingin menemanimu!" Cellyn kesal.
"Siapa yang memberitahumu jika aku di sini?"
"Papa Jordan. Dia mengatakannya padaku, dan meminta aku untuk menyusulmu." Jawab Cellyn.
"Sialan." Gerutu Gavin.
"Kau tak bisa mencampakkanku, Gavin! Jika kau mencampakkanku, aku tak akan segan-segan melaporkanmu pada Papa Jordan!" Ancam Cellyn.
"Terserah padamu! Aku banyak urusan kali ini. Check in saja hotel sendiri, dan jangan menggangguku. Aaron, kau urus dia. Aku ada urusan, jangan biarkan dia menggangguku!" Perintah Gavin pada Aaron.
"Baik, Tuan." Jawab Aaron sopan.
"Gavin! Semakin kau menghindar, semakin aku ingin berlari mengejarmu, dan ... memelukmu ...."
Pikiran Gavin tak fokus. Bukan karena Cellyn, tapi karena Ellea dan Daniel. Baru saja ia mengetahui kebahagiaan dalam hidupnya, tapi Cellyn malah mengganggunya. Gavin tak sabar, ia ingin segera menuju kamarnya dan bertemu lagi dengan Ellea dan juga Daniel. Rasanya, Gavin ingin memeluk Daniel dan berbicara bersama darah dagingnya.
Sesampainya di kamar hotel, Gavin terkejut ... Elle dan Daniel sudah tak berada di kamarnya. Gavin mencoba mencaro ke sekitar ruangan, termasuk balkon hotel, namun nyatanya Ellea tak ada.Gavin tak mengerti, ke mana perginya Ellea. Gavin pun berniat untuk turun ke lantai bawah, tempat Ellea menginap.
Semua hasilnya nihil. Sepertinya Ellea tak ada, karena hanya ada cleaning service yang sedang membersihkan kamarnya. Gavin kelimpungan, apalagi ia tak memiliki nomor ponsel Ellea. Kenapa Gavin kini mulai tertarik dengan Ellea? Semuanya bukan hanya karena Daniel yang merupakan anaknya. Tapi ... Ellea juga, telah mencuri perhatiannya.
Ellea, ke mana kau? Bukankah aku sudah bilang, agar kau menungguku? Kenapa kau pergi begitu saja? Apa kau takut, jika aku merebut anakmu? Aku tak akan seperti itu, Ellea! Jika aku mengambil anakku, maka aku ... aku juga akan mengambil Ibunya! Batin Gavin dalam hati.
...******...
Restoran Velove love ....
Sengaja, Eric mengajak Ellea bertemu di restoran luar hotel. Eric mengubah rencananya untuk bertemu di restoran hotel Luxury. Semua berubah karena Eric takut Gavin melihat dirinya dengan Ellea. Sebab itulah, Eric mengajak Ellea bertemu di restoran lain. Daniel yang masih muka bantal pun, seketika mulai kembali ceria karena melihat berbagai menu makanan di meja.
"Apa apa, Eric? Kenapa mendadak kau ingin menemui kami?" tanya Ellea.
"Perihal kerja sama kita, aku akan memboyongmu ke Negara Z. Bagaimana? Kita harus mengembangkan karir dan bakat Daniel dalam melukis. Aku akan membuat Daniel menjadi anak yang sukses dan mapan. Kerja sama kita, akan ada banyak pameran dan festival di perusahaan seni-ku nantinya. Karena itulah, aku ingin kau menetap di Negaraku."
"Tapi, kenapa harus seperti itu? Aku berat melakukannya, Eric. Aku ingin tetap tinggal di Negaraku, dan Daniel akan tetap membuat lukisan , untuk dikirimkan pada perusahaanmu. Bukankah itu hal mudah?" Ellea keberatan dengan keinginan Eric.
"Daniel adalah pelukis khusus di galeri seniku. Dan aku ingin, semua orang di perusahaanku mengenal Daniel. Aku ingin Daniel berada di perusahaanku, dan melukis di sana. Kau pun bisa bekerja denganku, Ellea. Kau bisa menjadi sekretarisku di sana. Soal gaji dan tunjangan, kalian tak perlu khawatir ... aku akan memberimu rumah beserta mobil pribadi, semua akan kuberikan, asal kau dan Daniel membantu aku di perusahaan." Eric terus merayu Ellea.
Ellea terdiam. Tawaran Eric sangat menggiurkan. Selama ini, Ellea bertumpu pada kemampuan Daniel, dan Ellea malu jika ia hanya mengandalkan anaknya. Eric menawarkan sebuah pekerjaan untuk Ellea, tentu saja membuat Ellea tertarik. Hanya saja, yang Ellea sesalkan, Eric akan membawanya menuju Negara Z, Negara tempat Eric menetap.
"Bagaimana Ellea? Jika kau setuju, aku akan segera mengurus proses perpindahan kalian. Aku tak ingin kehilangan Daniel, karena ia sangat berbakat. Kemampuannya luar biasa, dan tak akan ada yang menandinginya. Itu akan menguntungkan perusahaan dan juga Daniel. Coba kau renungkan baik-baik penawaranku, Ellea ..."
"Aku masih harus berpikir, Eric. Bolehkah aku memikirkannya dahulu? Sebelum aku memutuskan, aku harus menimang semuanya," ujar Ellea.
"Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu. Kuharap, jawabanmu, tak akan mengecewakanku, Elle ... aku berharap penuh, padamu dan Daniel ...."
Ellea hanya mengangguk, karena ia bingung harus berbicara apa pada Eric. Hatinya dilema, ia tak bisa berpikir jernih. Pikirannya kini malah tertuju pada Gavin. Entah mengapa, padahal Ellea sangat membenci Gavin. Tapi ... saat Gavin memperlakukannya dengan lembut dan hangat, hatinya menerima semua itu.
Eric, Ellea dan Daniel pun, makan bersama. Mereka melupakan pembicaraan sensitif tadi. Daniel makan dengan lahap. Ia tak banyak bicara, karena masih dalam fase bangun tidur. Selesai makan bersama, tiba-tiba Eric melihat seorang wanita memasuki kawasan restoran Velove ini. Eric punya rencana baru, karena ia tadi pura-pura tak mengetahui pertemuan Ellea dengan Gavin.
"Elle, lihatlah gadis cantik itu! Bukankah dia sangat menawan?"
Elela menoleh kearah pintu masuk, "Wanita yang memakai baju kuning, itu? Iya, Eric ... dia sangat cantik dan Ellegant."
"Pantas saja. Wanita itu mampu meraih hati CEO Louvre Grup. Mereka dijodohkan, dan sebentar lagi akan segera menikah," ujar Eric sengaja membuat Ellea kaget.
Refleks, Ellea tersedak, "Uhuk, uhuk ..."
Eric memberi Ellea minum, "Elle, kau kenapa? Minumlah dulu ..."
"Ah, iya ... terima kasih, Eric. Aku hanya tersedak."
Mungkinkah wanita itu yang tadi disebut oleh sekretaris Gavin? Cellyn kah namanya? Pantas saja, Gavin sangat antusias untuk segera menemuinya. Oh Tuhan ... aku menyesali kejadian ini. Kenapa Gavin harus tahu kalau Daniel anaknya? Aku takut ... aku sangat takut. Batin Ellea.
*Bersambung*
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.