Saat pulang kerja Eliza Fadiyah dan temannya Laila mendapati sebuah kecelakaan tunggal di jalan yang akan ia lewati. Ia melihat sebuah mobil hilang kendali berguling menabrak pembatas jalan.
Tak seorangpun yang berani mendekat karena mobil itu mulai tersulut api dan kemungkinan akan meledak.
"Za, loe mau ngapain....??" teriak Laila tak di hiraukan Eliza yang berlari cepat menuju mobil itu.
Eliza menolong dan menyelamatkan pengemudi mobil itu yang tak lain adalah Rayhan Syarif pengusaha ternama dan terkaya di kota itu.
Rayhan Syarif tak sadarkan diri beberapa hari di rumah sakit.
"Eliza...." Itulah kata pertama yang keluar dari mulut Rayhan saat sadarkan diri.
"Dimana.....dimana gadis penyelamatku....!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ƙɧąŋʑą, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15 (Akhirnya)
Rayhan pov.
Hari ini pagi-pagi sekali aku datang ke kantor.
"Gimana Ren, sudah kamu bawakan yang saya pesan" Tanyaku pada Reno.
"Sudah tuan" Jawabnya sambil memberikan sebuah tote bag padaku. Ku buka bajuku dan berganti dengan baju berlogo nama perusahaan,sebuah baju yang biasa di pakai karyawan staf di perusahaan. Tak lupa kacamata, kumis palsu, masker dan topi yang ada di dalam tote bag itu aku kenakan.
"Ren, bagaimana dengan staf Eliza itu?"
"Semuanya sudah saya atur tuan, staf bernama Edi itu dengan senang hati mengikuti perintah saya untuk cuti"
"Terima kasih Ren" Ucapku.
"Sama-sama tuan"
Akupun berjalan menuju ke ruang Eliza, saat sampai disana kulihat gadis itu sedang duduk di ruangannya dengan termenung. Akupun mendatanginya dan memperkenalkan diriku sebagai Abdul. Aku gugup karena hampir saja dia mengenali suaraku tapi keberuntungan ada di pihak ku karena ingatannya tak setajam silet. Lucu dan menggemaskan ingin rasanya ku cubit pipi gadis itu yang menjawab ucapakan ku dengan polos. Akupun membalas menggodanya hingga membuat ia tersedak meskipun tidak sedang makan ataupun minum.
Eliza mengajakku ke Pabrik yang berada tidak begitu jauh dari perusahaanku. Aku begitu gugup dan jantungku berdegup tak beraturan ketika ia berada di boncenganku. Sampai di Pabrik kami menghampiri Rendi kepala devisi pemasaran. Dia terlihat tidak suka padaku yang berada di dekat Eliza. Dia menarik lengan ku dan berbisik agar aku tidak terlalu dekat dengan Eliza. Ingin rasanya ku balas kepala divisi pemasaran itu.
Kami pun memeriksa barang yang akan di kirim sampai tak terasa sudah memasuki waktu istirahat.
"Gimana Eliza, sudah di cek semua barang-barangnya?" Tanya Rendi yang menghampiri kami.
"Sudah pak, semua sudah siap kirim" Jawab Eliza sedangkan aku hanya diam berada disamping Eliza lagi-lagi mendapat tatapan sinis dari Rendi.
"Baiklah Eliza, berhubung sudah jam istirahat gimana kalau makan siang denganku?" Ajak Rendi pada Eliza. Terlihat jelas ketertarikan Rendi pada Eliza membuatku merasa tidak senang.
"Maaf pak, saya tidak bisa" jawaban Eliza
"Ayolah Eliza, tiap kali saya ngajak kamu kamu makan bareng, kamu selalu gak bisa" Rendi masih membujuk Eliza.
"Maaf pak, saya sudah ada janji. Permisi Pak, Ayo Mas Abdul" Tolak Eliza lagi dan mengajakku pergi.
Sampai di parkiran.
" Mbak Eliza memang ada janji ya?" Tanyaku sambil mengambil sepeda motor maticnya.
"Iya ada janji bahkan wajib hadir lagi, harusnya mas Abdul juga begitu" ucap nya padaku membuat ku bingung, apa maksudnya.
"Maksud Mbak Eliza !!" Tanyaku heran dan seketika ku mendengar suara alunan adzan dhuhur berkumandang.
" Tuh suara adzan, kita kan wajib hadir menjalankan sholat menyembah Allah SWT. Mas Abdul sholat kan?" Aku tersenyum pada ucapan wanita bermasker di hadapanku ini.
"InsyaAllah Mbak" Jawabku yakin.
"Kalau gitu tunggu apalagi, kita cari Mushola terdekat yuk" Ajaknya dan ku sambut dengan senang hati.
Aku dan Eliza berboncengan menaiki sepeda motor, mencari Mushola terdekat di perjalanan kami. Akhirnya sampai di sebuah Mushola kecil yang sangat indah, sederhana, teduh, tempat di mana semua umat Islam menjalankan kewajibannya, memanjatkan doa pada sang Ilaihi. Aku memarkirkan sepeda yang kami naiki di bawah pohon besar dekat Mushola yang menambah keteduhan di panasnya suasana siang hari.
Aku masuk ke dalam Mushola yang sudah mulai sepi karena terlihat semua selesai menjalankan kewajibannya dan beranjak keluar dari Mushola. Aku pun menuju tempat berwudhu sekilas ku lihat Eliza masih di sepeda motor maticnya memgambil mukena dari jok sepedanya. Kubuka masker dan melepas sejenak kumis palsuku sembari mengambil air wudhu membaca niat dan mensucikan diriku. Setelah selesai berwudhu aku memakai kumis palsuku kembali dan bergegas ke dalam Mushola menjalankan sholat dhuhur empat rakaat.
Selesai salam ku tadahkan tangan kupanjatkan doa.
Ya Allah, semoga engkau membenarkan hati dan perasaan hamba ini, bahwa gadis yang bersama hamba ini adalah gadis yang sama dengan gadis yang engkau kirim untuk menyelamatkan hamba waktu itu. Aamiin.
Saat aku selesai berdoa kubalikkan dudukku menghadap kebelakang. Betapa aku terkejut melihat seorang gadis dengan mukenanya menjalankan sholat tepat di hadapaku.
"Subhanallah begitu cepat engkau menjawab doaku Ya Allah. Eliza" gumanku lirih masih terus memandangi wajah gadis dihadapan ku tanpa tertutup masker sedang menadahkan tangan memanjatkan doa.
Wajah cantik itu, wajah yang sama, terlihat teduh, terlihat manis, begitu polos, begitu baik. Alhamdulillah aku masih bisa di beri kesempatan untuk melihatnya kembali. Gadis penyelamatku. Akhirnya aku menemukanmu.
mna ad orgny lngsng🥲🗿🗿
mampir juga yuk ke novel aku☺❤