CEO paling disegani meninggal dan bangun di tubuh Anggun, putri yang sudah dilupakan semua orang.
Bagaimana bisa Anggun mendapatkan kerja sama dengan Alvin?
Dari mana kemampuan bahasa inggris,, oh, dia juga bisa bahasa arab?
Gawat!
Beberapa orang merasa terancam!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Ditolong oleh Alvin
"Cepat matikan seluruh lampu hotel, sekarang!" Perintah Agatha yang cemas video itu terus terputar lebih lanjut dan akan ada video di mana dia mendorong suaminya sendiri dari tangga.
Maka detik itu juga, seluruh lampu menjadi padam membuat orang-orang terkejut.
"Apa yang terjadi?"
"Kenapa tiba-tiba mati lampu?"
"Hotel sebesar ini mana bisa mati lampu, masakan tidak ada genset?"
Orang-orang mulai berbicara, merasa begitu aneh dengan pemadaman lampu secara tiba-tiba hingga mau tak mau mereka menyalahkan senter hp untuk membantu penglihatan.
Berlin bernafas lega setelah video tersebut berhenti diputar karena mati lampu, tetapi dia tidak berhenti di situ dan kemudian dengan suara yang pelan tertekan dari belakang Bryan, Berlin berkata, "aku tidak menyangka kau akan melakukan ini, padahal kau hanya pulang beberapa hari dan melakukan hal-hal aneh seperti itu, ternyata untuk menjebak kami? Aku pikir kita sudah benar-benar jadi saudara, tapi ternyata kau...." Berlin menggantung ucapannya dan mulai terisak di sana hingga Bryan berbalik dan memeluk perempuan itu.
Seketika senyuman terpatri di wajah Berlin ketika dia melanjutkan akting menangisnya.
Anggun benar-benar terkesan, dia mengeluarkan ponselnya sambil berkata, "tidak masalah videonya tidak selesai di situ, aku masih bisa mengirimkannya pada semua orang," ucap Anggun.
Saat itu juga, mata Berlin melotot sempurna, tetapi tidak mungkin dia merebut ponsel Anggun dan menjatuhkannya.
Namun detik berikutnya, Bryan-lah yang tidak tahan atas kelakuan Anggun dan kemudian merebut ponsel dari tangan Anggun lalu membantingnya ke lantai.
Prank!!!
Semua orang terkejut dengan suara bantingan itu hingga mereka menyorot ke arah tempat berdiri Anggun, Bryan dan Berlin.
"Tutup mulutmu! Sekali lagi kau mengatakan omong kosong tentang Berlin, Aku tidak akan menahan diri lagi padamu!" Tugas Bryan sebelum akhirnya merangkul Berlin meninggalkan Anggun.
Anggun tersenyum kecut memandangi punggung dua orang itu, lalu menatap ponsel nya yang telah hancur berkeping-keping di lantai.
Pada saat itu juga, seseorang muncul menarik tangan Anggun, yang mana ternyata itu adalah Agata yang langsung membawa Anggun meninggalkan tempat itu ke sebuah balkon yang terletak di sisi timur bangunan.
"Kau sudah gila?! Saking cemburunya kau pada putriku sampai melakukan hal konyol seperti itu?! Kau juga sudah berani melawan ya! Sekarang juga katakan di mana kau menyimpan file rekaman itu!" Bentak Agatha dengan penuh rasa kesal. Dia harus mengamankan seluruh salinan rekaman yang dimiliki oleh Anggun untuk memastikan posisinya tetap aman.
"Ha ha...." Anggun tertawa, Dia benar-benar senang melihat ibu tirinya yang seperti cacing kepanasan, "kau pikir aku akan dengan begitu bodoh menyerahkan--"
"Kalau kau tidak mau menghapusnya, aku bisa membunuh ayahmu sekarang juga!" Agatha mengeluarkan ponselnya, menelepon dokter yang bertugas menangani suaminya.
Drrtt.... Drrtt....
Anggun mengatup rapat-rapat giginya mendengar ucapan sang ibu tiri.
Bagaimanapun, Anggun tidak pernah mengunjungi ayahnya di rumah sakit, jadi Anggun tak tahu di rumah sakit mana ayahnya berada sehingga untuk menyelamatkan pria itu pun sulit untuk melakukannya.
"Dokter," Agatha berbicara ketika panggilan telepon terhubung, "saya sudah memutuskan untuk mengakhiri penderitaan suami saya, Anda bisa mencabut seluruh alat medis yang--"
"Aku akan melakukannya!" Sela Anggun penuh rasa kesal.
"Tahan dulu, nanti saya hubungi lagi," Agatha menutup panggilan telepon itu lalu kembali menatap anak tirinya dengan senyuman menghina, "ingat, sekali lagi kau berani melakukan sesuatu yang di luar kendaliku, maka kupastikan ayahmu tidak bernyawa lagi!" Tegas Agatha sebelum akhirnya pergi meninggalkan Anggun dengan perasaan puas.
Tangan Anggun terkepal kuat melihat kepergian perempuan itu, 'reaksi tubuh Anggun benar-benar buruk,' gerutu Anggun yang tidak bisa mengontrol reaksi tubuhnya sendiri.
Anggun membutuhkan waktu beberapa saat untuk merilekskan diri sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu dan pergi ke parkiran mobilnya.
Tidak ada lagi yang perlu dilakukan di tempat itu sehingga Anggun berpikir untuk pulang dan mencari cara mengetahui di mana keberadaan ayahnya dirawat.
Tetapi ketika tiba di parkiran mobil, Anggun mengerutkan keningnya saat ia melihat bagaimana ban mobil miliknya telah di kempes kan.
Bukan hanya satu ban, tetapi seluruh ban mobilnya telah dikempeskan dengan senjata tajam yang ditusuk ke bagian ban.
Klotak klotak klotak....
Suara langkah kaki dari belakang membuat Anggun berpaling dan mendapati Berlin muncul dengan senyuman jahat dan tangan dilipat di dada.
Jari-jari Berlin sengaja ia gerakan untuk memperlihatkan pada Anggun bahwa saat ini di jari manisnya telah melekat cincin tunangan nya bersama Bryan.
"Wah.... Wah... Aku tak menyangka kalau mobil mewah ini benar-benar punyamu, dari mana kau mendapatkannya? Apakah mencuri nya seperti kau mencuri perhiasan perhiasan milikku?!" Tanya berlin dengan nada suara tajam, tak senang melihat Anggun muncul dengan membawa sebuah mobil sport mewah.
Anggun mengangkat sebelah alisnya, "mencuri katamu? Aku rasa kata mencuri lebih tepat jika ditujukan pada mu! Mengambil kamarku dan seluruh barang-barang milik ku, sungguh tidak tahu malu! Tapi ya,,, aku tetap berterima kasih padamu karena kau juga mengambil sampah dalam hidupku," Anggun menatap cincin berlian yang indah di tangan Berlin, "kalian berdua memang sangat cocok bersama, sampah harus berpasangan dengan sampah agar kelak mudah di bersihkan bersama," kata Anggun tersenyum.
"Kau!" Berlin geram, beraninya Anggun mengatai mereka sampah! "Justru kaulah yang sampah! Hanya perempuan yang di buang oleh Kak Bryan, kau pikir dirimu sehebat apa?! Kau hanya iri padaku karena bisa memenangkan hati Kak Bryan. Ah,,, aku dengar polisi sedang menyelidiki tentang mobil yang kau bawa ini, hati-hati saja kalau kau benar mencurinya, kau mungkin berakhir jadi sampah di penjara!"
"Terserah!" Ucap Anggun berbalik meninggalkan parkiran.
Berlin menggertakkan giginya melihat Anggun yang tak perduli, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang, "pastikan sala satu kakinya patah!" Perintah Berlin pada orang di seberang telepon sebelum berbalik pergi dengan senyum dingin di wajahnya.
Sementara Anggun yang pergi, ia melihat seorang pria menjatuhkan sesuatu ketika mengambil ponsel dari sakunya, jadi Anggun menghampiri pria itu dan mengembalikan foto yang di jatuhkan sang pria.
"Maaf, milik anda terjatuh," ucap Anggun membuat sang pria menatap Anggun dengan alis sedikit mengerut, lalu mengambil selembar foto yang disodorkan Anggun.
Belum sempat pria itu berbicara, Anggun lebih dulu berkata, "lain kali hati-hati," lalu Anggun segera pergi meninggalkan sang pria.
'Dia benar-benar pergi begitu saja?' ucap sang pria dalam hati dengan rasa bingung.
Bagaimana pun, selama ini semua perempuan berusaha untuk mendekatinya, namun ini pertama kalinya dia melihat perempuan yang sama sekali tidak tertarik padanya.
Menarik!
Pria bernama alvin itu kembali ke dalam mobil dengan sebuah senyuman tipis di bibirnya, duduk mengingat kembali kejadian di balkon tadi saat ia tanpa sengaja mendengar percakapan Anggun dengan selang ibu tiri karena kedua orang itu tidak menyadari keberadaannya di sudut balkon yang gelap.
'Dia wanita yang kuat,' komentar Alvin dalam hati sambil menyalahkan mesin kendaraannya bersamaan dengan jari-jari nya yang kemudian menelepon asistennya.
"Aku tidak jadi pindah dari hotel Baraya, permintaan mereka untuk menjamu ku juga tidak perlu dibatalkan, tapi pastikan seluruh anggota keluarga hadir, termasuk putri kandung pemilik hotel! Sekalian untuk membahas kerja sama dengan mereka," Ucap Alvin pada asisten di seberang telepon lalu menutup panggilan telpon itu.
'Kita akan bertemu lagi, gadis yang menarik,' ucap Alvin dalam hati selalu melakukan kendaraannya meninggalkan hotel.
Saat kendaraan Alvin keluar dari hotel, ia melihat Anggun berdiri menunggu taksi.
Alvin pun melanjukan mobilnya untuk memberi tumpangan pada perempuan itu, namun secara tiba-tiba sebuah motor melaju mendahului mobil Alvin dan mengarah ke Anggun yang sedang sibuk memperbaiki rambutnya.
Kening Alvin berkerut melihat pengendara motor itu dan benar saja, secara cepat motor tersebut menyambar Anggun.
Bruk!
Dengan segera, Anggun terjatuh, meringis kesakitan menatap bingung ke arah pengendara motor yang kemudian berhenti beberapa meter dari Anggun.
Tak berhenti disitu, pria yang dibonceng turun dari motor dan berlari ke arah Anggun sambil membawa sebuah tongkat besi.
Alvin yang melihat itu dengan segera menginjak pedal gas mobilnya, melaju ke arah sang pria yang membawa tongkat besi dan tanpa basa-basi menabrak pria itu.
Brak!
Sang pria terpental terpental hingga tongkat besi yang ada di tangannya juga terjatuh.
"Cepat naik!" Kata pria lain yang bertugas membawa motor membuat kedua orang itu segera kabur meninggalkan tempat kejadian.
Anggun yang merasa sakit di bagian lengannya sangat syok dengan kejadian cepat itu, dia berusaha berdiri, namun ternyata kakinya juga terluka akibat benturan yang ia terima.
"Kau baik-baik saja?" Ucap Alvin menghampiri Anggun membuat Anggun terkejut saat ia melihat pria yang sebelumnya ia tolong kini juga menolongnya.
"Ya, tapi kakiku,,," Anggun melihat kakinya yang berdarah dan memegangi lengan kanannya yang juga terluka.
Tanpa basa-basi, Alvin langsung membawa Anggun ke gendongan nya.
"Apa yang kau lakukan?!" Anggun terkejut dengan tingkah tiba-tiba pria itu.
"Anggap saja kita impas," ucap Alvin langsung membawa Anggun masuk ke mobil dan berkendara menuju rumah sakit.
Anggun tersentak lagi, ia menatap pria di sampingnya dengan intens, 'pria ini orang baik?' pikir Anggun dalam hati yang sebelumnya di kehidupannya yang lalu dia tidak pernah merasa bertemu dengan seorang pria baik hati, terlepas dari tingkat keadaan ekonomi seseorang.
Semua pria hanya saja, mengejar wanita kaya dengan satu tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari sang wanita.
Tapi ini,,,, Anggun memperhatikan interior mobil, dan dia yakin interior mobil itu didesain dengan khusus, sepertinya pria yang menolongnya adalah orang kaya, tapi Anggun sama sekali tidak mengenali pria itu.