Alluna seorang gadis yang ceria, bertubuh kecil imut, memasuki sekolah SMU-nya, tanpa di sadarinya dia menjadi sorotan seluruh sekolah akibat dirinya telah di tolong dengan posisi di peluk oleh KETOS yang sangat populer bahkan di idamkan oleh seluruh wanita di sekolah itu.
KETOS yang dingin dan sulit tersentuh itu, tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita, bahkan sampai ada yang menggosipkan jika pria ganteng itu adalah seorang Gay.
Bagaimana tidak ... KETOS yang bernama Alaska itu masih mencintai sahabat kecilnya, dan dalam pikirannya selalu terisi oleh sahabatnya itu yang bernama Alluna.
Namun sayang ... Alluna hilang ingatan di kala Alluna telah pergi dari kota yang sama dengan sahabatnya Alaska.
siapa sangka saat kembalinya Alluna ke kota itu, dua orang tuanya yang telah bertemu kembali yang lama telah bersahabat itu. Membuat keputusan tanpa sepengetahuan anaknya yaitu menjodohkan Alluna dan Alaska secara diam-diam.
Bagaimana kisah cintanya? yu saksikan ceitanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Akhirnya babak demi babak pun telah selesai di lewati, pemenang juara satunya di menangkan oleh tuan rumah SMU 1 persada.
Mereka pun memangku Alaska dan melemparnya ke atas.
Para pendukung dari SMU 1 PERSADA pun semuanya berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah dengan sorak sorai dan iyel-iyel sekolah saling bersahutan.
Setelah Alaska di turunkan, para pemain saling rangkul dan berpelukan, namun Alaska malah ke kursi tempat pemain beristirahat dan mengelap keringatnya yang sudah bercucuran.
Dengan muka kembali menatap sekumpulan orang-orang yang ada di area pendukung di mana Alluna berada.
Membuat semua orang yang di sana bersorak kembali, namun Alluna paham tatapan dan senyuman itu di tujukan untuk dirinya. Sehingga Alluna pun membalas senyuman itu.
Rendra menyadari pandangan Alaska tersenyum khusus kepada Alluna dan bukan untuk para pendukung, membuatnya memutuskan menarik Alluna.
"Lun udah yu, aku khawatir nanti kita keluar berdesakan," ajak Rendra.
Alluna pun yang awalnya sedang tersenyum pun mengalihkan senyumannya dan mengikuti langkah Rendra yang tengah menarik dirinya.
"Lun ... ke mana? jangan tinggalin gue ih," protes Gisel sambil mengejar Alluna yang lebih dulu keluar dari tempat itu.
Alaska menatap kepergian Alluna hingga tak dapat terlihat batang hidungnya, dan dengan cara Rendra seperti itu membuat Alaska jelas menjadi merubah ekspresinya.
Lalu tatapan itu kembali terarah ke depan di mana teman-temannya sedang berkumpul, dia bukan tidak ingin mengejar Alluna namun dia paham ini bukan waktu yang tepat.
Apalagi dia tahu para pendukungnya sedang memandangi dia, jangan sampai Friska yang lain hadir untuk Alluna hingga membuatnya terusik.
Alaska menatap teman-temannya sambil menghela nafasnya panjang. Mukanya kini kembali ke mode asal di mana Alaska lebih terkenal dengan karakter pria dinginnya.
"Hai Alaska, pasti haus bukan?, ini aku bawa air minum lagi, maaf ya telat karena aku harus ambil di tas dulu," ujar Friska ketika telah berada di samping Alaska.
Alaska diam tidak menyahutinya, membuat Friska berdecak kesal. "Ya sudah ini airnya," ucap Friska kesal dengan menyimpan air mineral itu di samping Alaska.
"Al ... sini Lo ..." ujar Daigo menarik Alaska ke sebuah tempat.
"Apaan si Lo?" timpal Alaska dengan kesal.
"Heh dengar ... kalau Lo ga suka sama cewek bisa ga sih Lo jujur aja jangan jutek gitu, cewek itu bisa sakit karena sikap Lo," ucap Daigo dengan menarik leher baju Alaska.
"Lepas ..., Kenapa Lo? suka?"
"Iya kenapa?"
"Ambil saja, cewek itu gila, ga mempan dengan cara sopan dan penolakan, sikap gitu aja dia ga mikir-mikir," protes Alaska dan meninggalkan Daigo begitu saja di tempat.
Daigo adalah teman satu grup basketnya, Daigo sudah terlalu sering melihat Alaska bersikap cuek sama cewek apalagi Friska yang mati-matian mengejarnya, terkadang malah Daigo mempergok Friska menangis sendiri di tempat sepi hanya karena sikap Alaska.
Dan itulah sebabnya sekarang Daigo sudah tidak sabar hanya berdiam diri terus, yang awalnya meski dia suka, tapi itu bukan urusannya, namun sekarang dia tidak bisa tinggal diam melihat Friska terus bersedih melihat sikap Alaska.
Dia mencoba menggebrak Alaska namun tidak menyangka mendapatkan jawaban seperti itu. Daigo tidak tahu jika Friska berambisi merebut cinta Alaska untuk dirinya.
Sedangkan Alaska memasuki ruang ganti, lagi dan lagi membuat moodnya hilang hanya melihat sikap Rendra yang cukup kasar menarik lengan Alluna.
Sedangkan Alluna ...
"Lepas Ren ... kenapa sih Lo?, sakit tahu," protes Alluna dengan berhenti di sebuah tempat dan masih di kejar Gisel.
Rendra melepas tangan Alluna dan mengangkat kedua tangannya ke atas. "Sorry," singkat Rendra.
"Kenapa Lo?" tanya Alluna masih menahan sakit di area pergelangannya.
"Gue ga mau kita keluar berdesakan sama siswa lainnya," kilah Rendra padahal jelas dia merasakan hawa panas dalam dirinya kala melihat Alluna dan Alaska saling tatap dalam lapangan itu.
"Tapi bisa kan, Lo ngomong baik-baik ga perlu kaya gitu," protes Alluna dan meninggalkan Alaska mematung di tempat.
"Ren ... ke mana Alluna?" tanya Gisel sesampainya di tempat itu.
Rendra menatap Gisel, dan dia baru sadar jika membuat Alluna pergi tanpa pengawalan dirinya.
Rendra mengejar ke arah di mana kaki Alluna berjalan, Gisel pun di buat bingung oleh sikap Rendra yang meninggalkannya di tempat tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Ada apa sih ini? mereka selalu bikin aku bingung," protes Gisel dengan menghela nafasnya panjang.
Dan langkah kaki gisel pun kembali mengejar Rendra.
"Lun ...," panggil Rendra terus berjalan mencari keseluruh tempat dengan memanggil nama Alluna.
Rendra terlihat panik kala mencari Alluna keseluruh tempat, dan itu begitu terlihat dari wajahnya yang panik oleh Gisel yang terus berjalan mengikuti langkah Rendra.
Akhirnya Gisel kembali berlari mengejar Rendra.
"Ren ... tunggu sebentar!" seru Gisel dengan memegang lengan Rendra.
"Apa sih Gisel," keluh Rendra.
"Ada apa dengan Luna?" tanya Gisel ikut khawatir.
"Alluna marah saat aku tarik dia keluar lapangan, dan gue sadar saat Lo datang, gue khawatir kalau Alluna di jahatin sama Friska lagi, bantu gue cari, tapi jangan jauh dari gue juga," pesan Rendra yang berpikir jika Gisel ikut hilang akan semakin repot di buat.
Gisel menutup mulutnya dan kini lengannya di tarik Rendra namun dia tahu kali ini dia memegang dengan lembut. Dia menyesal telah menyakiti Alluna dan tidak ingin menyakiti wanita lain yang tak lain sahabat barunya Alluna ini.
"Lun ...," panggil Rendra dan Gisel bersamaan.
Rendra berhenti melangkah, dan Gisel ikut berhenti.
"Ada apa Ren?"
"Lo tolong cek ke dalam toilet itu, tapi gue mohon melangkahlah pelan tanpa bersuara, lalu dengar baik-baik suara yang ada di balik toilet itu," perintah Rendra berharap Alluna ada di dalam.
Gisel menatap Rendra tanpa berkedip.
"Paham ga sih Lo?" tanya Rendra gemas.
Gisel menganggukkan kepalanya dengan menelan salivanya dalam-dalam, ada sedikit rasa takut menyelimuti dirinya.
Seakan dia sedang memasuki sebuah ruangan rahasia penjahat yang seakan-akan kapan saja akan menerkam dirinya.
Lo pasti bisa Gisel, ini demi Alluna sahabat Lo, dan sebentar lagi juga Lo punya bela diri, sehingga Lo ga perlu takut seperti ini. Gisel terus menyemangati dirinya untuk menutupi rasa takut yang tengah menyelimuti dirinya.
Dia takut saat masuk ada genk Friska dan dia berakhir kena oleh amarah Friska yang membawa-bawa dirinya karena dia adalah teman dekat Alluna.
Sebelum melangkah memasuki toilet itu, Gisel menarik nafasnya dan menghembuskannya berharap semua bisa membuat dirinya tenang dalam mencari Alluna.
Namun saat baru saja kakinya melangkah, dia di kejutkan dengan suara barang terjatuh dalam toilet itu.
Brak ...
Bersambung ...