GAZE

GAZE

Bab 1 – TATAPAN YANG TAK BIASA

Malam itu, hujan turun pelan di Hangzhou. Butiran air memantul di jendela kecil kamar Yang Xia, seperti irama lembut yang menemani kesepiannya.

Di atas meja kayu, cangkir teh melati mengepulkan uap, sementara layar televisi menampilkan acara gala amal tahunan, panggung penuh cahaya, tawa, dan tepuk tangan.

Namun Yang Xia tidak benar-benar memperhatikan acara itu. Ia hanya menatap kosong, membiarkan cahaya layar menari di wajahnya. Sampai namanya disebut.

“Selamat datang, aktor berbakat Yu Liang!”

Sorak sorai meledak. Kamera menyorot pria tampan, tinggi putih, dengan senyum sempurna, setelan hitam yang menawan, dan tatapan mata teduh yang memikat jutaan penonton.

Senyum itu terlihat begitu hangat, seolah dia benar-benar bahagia.

Namun, sesuatu di mata pria itu terasa aneh.

Yang xia menatapnya tanpa sadar, seperti tertarik ke dalam pusaran yang tak terlihat.

Dan saat pandangan mereka bertemu, meski hanya lewat layar, dunia di sekelilingnya berubah. Cahaya ruangan memudar, suara tawa menghilang.

Yang Xia tiba-tiba berdiri di ruangan gelap, hanya diterangi oleh lampu kamera yang berputar. Di depannya, Yu Liang duduk di kursi dengan kedua tangan terikat.

Seorang pria bersuara berat berbisik dari balik bayangan:

“Senyum, Liang. Kau tahu akibatnya jika menolak.”

Tubuhnya gemetar. Air mata menetes di pipinya, tapi di depan kamera, ia tersenyum lagi.

Yang Xia menjerit kecil.

Pemandangan itu lenyap seketika, dan ia kembali ke kamarnya yang sunyi. Dadanya naik turun, napasnya tersengal. Teh di atas meja sudah dingin.

Ia memegang dadanya, menatap layar yang kini menampilkan Yu Liang sedang tertawa di panggung, seperti tidak terjadi apa-apa.

Senyum itu…

Persis sama dengan yang ia lihat di penglihatannya barusan.

“Apa… itu?” bisiknya, suaranya gemetar.

...

Paginya,

Langit masih diselimuti kabut tipis ketika Yang Xia melangkah melewati gerbang rumah sakit. Aroma antiseptik dan suara langkah tergesa-gesa para perawat sudah akrab di telinganya.

“Dokter Xia,” sapa seorang perawat senior sambil menata masker di wajahnya.

“Kau menonton gala semalam? Aktor itu… tampan sekali, bukan?”

Yang Xia tersenyum kecil, menatap kopi yang baru saja diberikan oleh salah satu rekannya yang berada di tangannya. “Terimakasih Lin Hua, Tampan, ya… tapi matanya sedih sekali.”

Perawat itu terkekeh ringan. “Ah, mungkin karena terlalu lelah syuting.”

Namun, senyum Yang Xia tak berubah. Ia tahu betul, tatapan itu bukan sekadar lelah. Ia sudah sering melihat mata seperti itu, mata yang menyimpan bayangan masa lalu, rasa kehilangan, dan jejak luka yang belum sembuh.

Biasanya hanya sekilas.

Tapi kali ini…

Lebih kuat.

Lebih nyata.

..

Langit malam di Hangzhou meneteskan cahaya dari ribuan papan reklame, seperti bintang-bintang buatan manusia.

Wajah Yu Liang terpampang di mana-mana. Di kaca trem, di dinding pusat perbelanjaan, bahkan di cangkir kopi yang Xia pegang saat ini.

Tapi anehnya, setiap kali ia melihat wajah itu, hatinya terasa berat. Ada sesuatu di balik tatapan mata itu… sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Ia menatapnya lama, lalu berbisik pelan,

“Kenapa kau terlihat seperti orang yang sedang minta tolong?”

Mei, sahabatnya, tertawa. “Kau terlalu serius, Xia. Dia cuma aktor, bukan roh yang bisa kau baca pikirannya.”

Namun Xia tahu, matanya berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain. Bayangan, perasaan, bahkan kejadian yang belum terjadi.

Mei, sahabatnya, hanya menggeleng pelan dan tersenyum. “Ayo, kita pulang. Aku rasa kau sudah sangat lelah.” Xia mengangguk pelan.

Mungkin benar, pikirnya. Rasa lelah itu seperti baru ia sadari setelah mendengar perkataan Mei.

Langit malam terasa terlalu terang untuk menyembunyikan rahasia.

Lampu neon, papan iklan, dan sorotan kamera menelan gelapnya kota, seolah tak memberi ruang bagi kesunyian.

Namun di antara keramaian itu, Yang Xia, seorang dokter di rumah sakit pusat, justru merasa dadanya sesak. Ia baru saja pulang dari shift malam, wajahnya lelah, namun matanya tetap waspada.

Saat berhenti di depan toko serba ada, pandangannya terpaku pada layar besar di seberang jalan.

Seorang aktor muncul dalam iklan parfum, menatap kamera dengan senyum hangat.

Yu Liang.

Senyum itu seharusnya menenangkan…

Tapi tidak bagi Xia.

Dalam hitungan detik, matanya menangkap sesuatu yang tidak biasa: Tatapan pria itu tiba-tiba berubah di matanya, bukan lagi hangat, melainkan kosong dan lelah, seolah meminta tolong pada seseorang yang tak pernah datang.

Xia menunduk. “Nafasku… kenapa berat sekali,” gumamnya.

Ia sudah terbiasa melihat hal yang tak seharusnya dilihat, sisa energi kehidupan, bayangan masa lalu, bahkan luka yang tidak kasat mata. Namun wajah pria di layar itu menimbulkan sesuatu yang berbeda: rasa iba bercampur ketakutan.

Setelah keluar dari toko serba ada, mereka berjalan pulang melewati belakang panggung gedung konser, xia kembali merasakan hal aneh.

Suara langkah seseorang, cepat, tergesa.

Siluet seorang pria lewat dengan topi hitam dan masker, diikuti oleh dua orang berpakaian formal yang tampak seperti pengawal.

Seketika, hawa dingin menyentuh tengkuknya.

Ia menatap sosok itu…

Dan dalam sekejap, pandangannya bergetar.

Bayangan di sekeliling pria itu berubah, seolah ia melihat dua versi dirinya:

Satu di atas panggung yang disorot cahaya, dan satu lagi terkurung dalam ruangan gelap dengan tatapan hampa.

Xia terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan.

“Xia!” seru Mei, menangkap bahunya.

Xia mengerjap, menatap ke arah yang sama.

Namun pria bertopi itu telah lenyap, terserap oleh kerumunan yang bergerak tanpa wajah, seolah tak pernah ada.

..

Malam itu,

Xia sudah kembali kerumahnya yang megah. Sepi hanya ada dia dan Para pelayan, ia kembali ke kamar mewahnya. Lampu redup menerangi tumpukan berkas medis dan catatan kecil yang berserakan di meja.

Ia membuka buku catatannya yang lama, halaman yang berisi tulisan tangan berguncang:

Mata tidak pernah berbohong.

Tapi kenangan…

Bisa dimanipulasi.

Mungkin masa lalu yang kulihat bukan milik mereka, tapi pantulan dari luka yang mereka sembunyikan.

Yang Xia, 28 tahun.

Dokter muda spesialis trauma psikis di Yáng Tiansheng Hospital, Hangzhou. Rumah sakit ternama yang sekaligus merupakan warisan keluarganya.

Tak banyak yang tahu, di balik sikapnya yang lembut dan penuh ketenangan, dialah CEO termuda di antara para pemimpin rumah sakit besar di seluruh Tiongkok. Namun Xia jarang memperlihatkan sisi itu. Ia lebih memilih berjalan di koridor rumah sakit dengan jas dokter putihnya, bukan jas mahal dan rapat dewan.

Ia tidak ingin disapa “Direktur Yang,” ia ingin dipanggil “Dokter Xia.”

Setiap langkahnya selalu tampak anggun, setiap senyum terukur dan penuh kehati-hatian.

Namun di balik mata hitamnya yang tenang, tersembunyi sesuatu yang bahkan dirinya sendiri takut untuk mengakui, kemampuan melihat masa lalu seseorang hanya melalui tatapan mata.

Sebuah anugerah...

Atau mungkin kutukan.

Xia tumbuh dengan beban yang tak pernah ia minta, kemampuan yang muncul setelah kematian kedua orang tuanya dalam kecelakaan pesawat menuju Swedia.

Sejak saat itu, hidupnya tak pernah sama lagi.

Ia mulai melihat hal-hal yang tidak seharusnya terlihat.

Bayangan samar yang menelusup di balik tatapan seseorang, potongan kenangan yang berkelebat begitu nyata, dan kebenaran yang bahkan dunia berusaha menghapusnya.

Di antara cahaya lampu rumah sakit yang dingin, Xia sering bertanya-tanya...

Apakah kemampuan itu adalah anugerah terakhir dari orang tuanya atau kutukan yang diwariskan bersamaan dengan nama besar keluarga Yang?

Dan setiap kali menatap mata seseorang, dunia seolah berhenti berputar, menyeretnya ke masa lalu yang bukan miliknya.

Kemampuannya yang dapat melihat masa lalu seseorang melalui tatapan mata; namun kemampuan itu bukan hadiah, melainkan kutukan yang perlahan menggerogoti jiwanya.

..

Yang Xia berdiri di bawah lampu sorot yang sama, melihat Yu Liang menatapnya dari kejauhan.

“Kau… bisa melihatku?” suara itu lemah tapi jelas.

“Tolong aku…”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!