bagaimana jadinya jika seorang gadis desa yang sering dirundung oleh teman sekolahnya memilih untuk mengakhiri hidup? Namun, siapa sangka dari kejadian itu hidupnya berubah drastis hingga bisa membalaskan sakit hatinya kepada semua orang yang dulu melukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mas Bri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Beruntung saat Willi mengikuti arah pandang adik bungsunya, Ayu sedang tidak berada di sana, hanya ada Pak Amir dan Mbok Narsi yang sama-sama tertawa. Entah apa yang mereka lucu hingga semua orang ikut tertawa termasuk adiknya. Dia pun hanya geleng-geleng kepala melihat sang adik tertawa tidak jelas, tanpa dia tahu bahwa Ayu lah yang menjadi objek tersenyum adiknya.
Setelah semua selesai makan, seluruh keluarga Issac berkumpul di ruang keluarga. Sedangkan Ayu dan yang lain pergi ke halaman belakang ke kamar masing-masing.
“Kamu menginap disini, Will?” tanya Maya kepada anak pertamanya.
“Tidak, Ma. Besok ada rapat penting di perusahaan.”
“Menginap-lah sesekali, kasihan Mama kamu,” ujar tuan Issac. Sudah lama anak pertamanya tidak pulang sejak menempati rumahnya sendiri. Maya sangat merindukan keramaian rumah yang saat mereka masih kecil dulu.
“Iya, Bos. Apa kamu tidak merindukanku? Sudah lama kita terpisah,” sahut Vano ikut menimpali.
Sedangkan Juan hanya diam. Dia tidak ingin menanggapinya karena dia ingin pergi bermain. Sayangnya itu akan sulit terwujud jika sang kakak tinggal.
“Ya sudah, malam ini saja.” William akhirnya menyerah.
Setelah perbincangan keluarga, mereka pun bubar dan kembali ke kamar masing-masing. Ayu yang mendapat kabar akan tinggal di sini satu malam, merasa kegirangan. Dia akhirnya bisa berkumpul dengan teman-temannya.
Gadis cantik itu mengganti bajunya setelah membersihkan diri. “Rasanya lega bisa mandi. Rasanya sangat lengket karena asap masakan tadi,” keluhnya sambil merebahkan tubuhnya di kasur kecil.
Tidak lama setelah itu, suara ketukan pintu terdengar jelas di telinganya. Segera gadis cantik itu membukanya. “Tuan,” cicit Ayu pelan. “Ada yang bisa saya bantu?”
“Emm … kamu sudah mau tidur?” tanya William gugup melihat kecantikan pelayannya. Dimatnya kali ini Ayu terlihat sangat cantik. Selain rambut panjangnya, baju tidur yang dia kenakan juga sedikit berbeda dari biasanya. Entah dari mana dia mendapatkan baju itu. Padahal semua barang miliknya sudah dipindahkan ke rumah baru.
William hanya bisa menelan ludahnya kasar melihat lekuk tubuh gadis kecil itu. Baju berwarna putih sedikit menerawang ditambah wangi strawberry menambah gairah tersendiri baginya. “Baru kali ini ada wanita yang bisa membangkitkan hasrat terpendamku selama ini,” batin laki-laki tampan itu.
“Belum, Tuan. Apa Tuan membutuhkan sesuatu?” tanya Ayu lagi.
“Ah … tidak. Kebetulan aku tadi mau ambil air minum, sekalian mau lihat kamu sudah ada baju ganti apa belum,” balasnya. Itu hanya alasan laki-laki tampan itu saja agar bisa melihat gadisnya sebelum tidur. Karena setelah berkumpul dengan keluarganya tadi, dirinya tidak melihat Ayu sama sekali.
“Oh … sudah. Ini tadi dapat pinjaman baju milik Mbak Ira, ternyata pas. Ya sudah, saya pakai ini.”
“Oh … baju Ira, pantas saja terlihat sexy dan sedikit padat. Tubuh Ira kan kecil,” batin William.
“Ya sudah, kamu istirahat.” Laki-laki tampan itu pun meninggalkan kamar Ayu setelah puas melihat wajahnya.
Belum ada lima menit setelah kepergian William, kamar Ayu kembali terdengar ketukan dari luar. Ayu mengerutkan keningnya lalu kembali membuka pintu. “Ada apa lagi, Tuan?” Tanyanya begitu pintu terbuka. Namun bukan tuan mudanya yang ada melainkan orang lain.
Jantung Ayu berdegup kencang, tangannya basah nan bergetar karena ketakutan. Tubuhnya membeku tak dapat digerakkan.
“Apa kabar, Ay.”