NovelToon NovelToon
Mimpi Aqila

Mimpi Aqila

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda
Popularitas:303
Nilai: 5
Nama Author: Ai_va

" Aku akan membiayai sekolahmu sampai kamu lulus dan jadi sarjana. Tapi kamu harus mau menikah denganku. Dan mengasuh anak-anak ku. Bagaimana?

Aqila menggigit bibir bawahnya. Memikirkan tawaran yang akan diajukan kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ai_va, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Orang Tua Abizam

Abizam dan Leon mengantarkan Aqila pulang malam itu. Ayah dan kakaknya masih menginap di rumah sakit. Terlihat Leon yang sudah tertidur lelap di bangku belakang.

" Mulai besok Pak Husein yang akan mengantar jemput kamu. Besok kamu masuk sekolah kan?"

" Iya. Tapi Qila mau ke rumah sakit dulu. Antar makan pagi sama baju ganti untuk ayah dan kakak."

" Besok kamu siapkan saja baju gantinya. Makan pagi untuk ayah dan kakakmu, kamu nggak usah khawatir. Biar pak Husein yang bawakan. Setelah antar kamu berangkat ke sekolah, pak Husein akan antar keperluan untuk ayah dan kakak mu."

" Iya Om."

" Besok kamu pulang jam berapa?"

" Jam dua. Habis itu langsung ke cafe."

" Di cafe sampai jam berapa?"

" Biasanya sampai tutup. Jam sepuluh om."

" Kapan kamu belajarnya kalau kayak gitu?"

" Belajarnya kan bisa setelah pulang dari cafe."

" Tidurmu jam berapa?"

" Nggak sampai jam dua belas sudah tidur kok om. Selama di sekolah Qila memperhatikan pelajaran. Di rumah tinggal mengulang aja materi pelajaran hari itu."

" Hmmm.... Kalau aku minta kamu berhenti di cafe gimana?"

" Ehmm.. Itu ... Terserah om aja gimana. Qila nurut sama om aja."

Abizam mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu berwarna silver kemudian menyerahkan ke Aqila.

" Ini."

" Apa ini om?"

" Pakai saja untuk keperluan kamu."

" Eh.. Nggak usah om. Qila sudah ada uang saku sendiri kok."

Abizam memegang tangan Aqila dan menyerahkan kartu itu ke tangannya.

" Dengar, mulai besok aku mau kamu berhenti bekerja di cafe itu. Pakai kartu ini untuk semua keperluan kamu. Aku akan berikan pin nya sama kamu. Nanti kamu ganti pin nya sendiri. Di dalamnya nggak banyak isinya. Besok aku isi lagi."

" Nggak banyak itu.... Isinya berapa om ?"

" Cuma tujuh puluh juta sekian. Besok aku tambahin lagi kalau kurang."

" Tu...tujuh puluh juta om?"

" Iya. Besok aku tambahin lagi."

" Jangan om. Ini udah banyak banget. Bisa Qila pakai sampai setahun ini."

" Kamu pakai aja pokoknya. Kalau habis minta sama aku. Nanti tiap bulan aku akan isi lima puluh."

" Lima puluh ribu?"

" Lima puluh juta."

" APAAAAAA??"

" Sssssttttt...."

Mereka menengok ke belakang saat Leon sedikit bergerak dalam tidurnya karena terusik suara Aqila.

" Kalau kamu lagi keluar-keluar sama Leon gunakan uang ini aja."

" I...iya..om"

" Sudah sana masuk. Aku tunggu sampai kamu tidur."

" Eh... Nggak usah om. Om langsung pulang aja."

" Jangan membantah Qila."

" I...iya om."

Aqila pun turun dari mobil Abizam. Sampai dia masuk ke dalam rumah, Aqila masih melihat mobil Abizam di depan rumahnya.

" Kok nggak pergi juga sih."

Aqila masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai atas. Kemudian dia menyalakan lampu kamarnya untuk berganti baju, dilihatnya mobil Abizam masih di depan pagar rumahnya dengan mesin yang masih menyala. Aqila pun kemudian mematikan lampu kamarnya dan merebahkan diri ke atas tempat tidurnya. Barulah saat itu dia mendengar suara mobil meninggalkan halaman depan rumahnya.

" Ternyata Om Abi nggak seburuk yang aku kira."

Aqila pun memejamkan matanya dan terlelap.

****************

Abizam memasuki rumahnya sambil menggendong Leon. Kedua orang tuanya masih ada di depan televisi untuk menonton berita malam.

" Papa mau bicara."

" Bentar pa. Abi tidurkan Leon dulu."

" Hmmm."

Abizam membawa Leon ke kamarnya dan kemudian merebahkan Leon di atas tempat tidurnya. Abizam mencium kenin Leon dan menyelimuti nya. Setelah itu dia keluar untuk menemui kedua orang tuanya.

" Ada apa pa ?"

Abi menggulung lengan bajunya dan duduk bersama kedua orang tuanya.

" Mau sampai kapan kamu seperti ini?"

" Papa mau bahas tentang Vira?"

" Apalagi?"

" Abi nggak mau nikah sama Vira."

" Kalau bukan Vira, siapa yang mau nikah sama kamu Bi? Keluarga Vira juga mama sama papa sudah mengenalnya."

" Vira nggak sebaik yang mama kira."

" Apa karena Leon hilang? Leon hilang kan karena Leon yang pergi sendiri."

" Mama kira seperti itu?"

Abizam mengambil handphonenya dan menunjukkan sebuah rekaman video cctv di depan mini market.

" Lihat. Vira dengan sengaja meninggalkan Leon di depan mini market itu."

" Keterlaluan !!!!"

" Pa... Sabar..."

" Papa dukung keputusan kamu. Aku nggak nyangka anak Pram bisa seperti itu."

" Tapi Bi... Leon kan bukan...."

" Maaaaa...."

" Maafkan mama."

" Abi tau Leon bukan darah daging Abi. Tapi Ivan sahabat terbaik Abi. Dia dan istrinya sudah menitipkan Leon kepada Abi sebelum malam itu."

" Iya... mama tahu. Maafkan mama."

" Abi akan menikahi seorang gadis."

" Maksud kamu?"

" Gadis yang menemukan Leon waktu itu."

Abizam menunjukkan video selanjutnya dimana Aqila sedang membantu Leon yang kedinginan saat itu.

" Dia masih mengenakan seragam sekolah. Apa dia Kakak Qila yang sering di ceritakan oleh Leon itu?"

" Iya ma. Namanya Aqila. Dia baik dan tulus terhadap Leon."

" Apa dia tahu kalau Leon bukan anak kamu?"

" Nggak. Sengaja Abi nggak kasih tau dia. Dia mungkin melihat Abi seperti duda anak satu."

" Lalu? Dia mau nikah sama kamu?"

" iya. Dua minggu lagi kami akan menikah. Abi mau diselenggarakan secara tertutup. Lagipula ibu Aqila juga baru saja menjalani operasi. Jadi lebih baik acaranya sederhana saja."

" Apa nggak akan ada masalah di kemudian hari Bi? Gadis itu masih bersekolah."

" Usianya sudah delapan belas tahun. Jadi sudah memenuhi syarat untuk menikah Pa."

" Baiklah, kalau itu keputusan mu. Dilihat bagaimana dia memperlakukan Leon dengan baik, papa rasa dia gadis yang baik."

" Abi mau istirahat dulu. Abi capek."

" Ya... Istirahat lah."

Abizam meninggalkan kedua orang tuanya dan naik ke atas tempat kamarnya. Abizam langsung menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri di bawah pancuran air hangat. Pikirannya melayang di beberapa tahun yang lalu. Saat itu dua minggu setelah Leon lahir. Ivan menitipkan Leon di rumah Abizam. Hari itu Ivan berniat mengantarkan Rina untuk melepas jahitan di rumah sakit. Kejadiannya begitu cepat saat mereka dalam perjalanan pulang, kecelakaan maut menimpa mereka. Rina dinyatakan meninggal di tempat. Ivan dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis.

" Bi... Aku...aku....titip Leon. Tolong.... tolong jaga dia... seperti... seperti anak mu...."

Begitu pesan terakhir Ivan kepada Abizam sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya. Sejak saat itu Abizam diketahui oleh banyak orang sebagai duda beranak satu.

Abizam, Ryan dan Ivan bersahabat sejak di bangku sekolah menengah pertama. Kepergian Ivan menjadi pukulan yang berat untuk Abizam dan Ryan. Perusahaan milik keluarga Ivan pun di kelola oleh Abizam dan Ryan. Yang nantinya digunakan untuk masa depan Leon. Kedua orang tua Ivan sudah meninggal. Pada saat menikah dengan Rina, Rina seorang anak yatim piatu yang mereka kenal pada saat mereka melakukan kegiatan sosial di panti asuhan.

Ivan yang tertarik dengan Rina pada pandangan pertama langsung menyatakan perasaannya kepada Rina. Dan membuat Rina sedikit jengah karena Rina merasa Ivan hanya bermain-main dengannya. Pada akhirnya Ivan berhasil meluluhkan hati Rina. Mereka langsung melangsungkan pernikahan karena mereka pun juga sama-sama sebatang kara.

Kisah cinta mereka pun mereka bawa sampai ke liang lahat. Mereka tetap bersama di alam lain. Abizam sudah selesai membersihkan dirinya. Dia merebahkan diri di atas tempat tidurnya.

" Ah iya. Aku harus mengirimkan pin kartu ATM Aqila."

Abizam mengetik beberapa angka dan mengirimkan ke nomor handphone yang di pegang Aqila. Tak berapa lama sebuah pesan masuk di handphone Abizam.

* Terima kasih Om *

Abizam melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan angka satu dini hari. Abizam menghubungi Aqila.

" Hallo..."

" Kenapa kamu belum tidur?"

" Qila juga nggak tahu kenapa nggak bisa tidur."

" Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan?"

" Nggak Om."

" Kalau begitu cepat tidur. Besok kamu masuk sekolah kan?"

" Iya. Qila akan coba untuk tidur."

Aqila hendak mematikan panggilan, ketika panggilan berubah menjadi mode video. Aqila pun menjawab panggilan video dari Abizam. Dilihatnya wajah Abizam yang semakin terlihat tampan karena rambutnya yang masih sedikit basah terjuntai diatas dahinya. Aqila dibuat terkesima sejenak.

" Qila..."

" Oh iya om."

" Cepat tidur. Aku akan tunggu sampai kamu tidur."

" Om nggak tidur?"

" Aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Ayo tidur. Pejamkan mata kamu ! "

Aqila pun memejamkan matanya. Layar handphone masih menyorot wajahnya. Abizam menatap ke arah layar yang terpampang wajah polos Aqila. Terasa damai menatap wajah Aqila di layar handphonenya. Sejenak Abizam seperti terhipnotis menatap wajah Aqila. Sampai pada akhirnya terdengar suara dengkuran halus yang menandakan Aqila sudah tertidur lelap.

" Selamat tidur Qila."

Abizam mengambil gambar Aqila yang tertidur lelap kemudian dia mematikan panggilan telepon nya. Abizam menatap layar handphonenya yang ada wajah Aqila.

" Masih sama dan tidak berubah. Kamu masih seperti sepuluh tahun yang lalu."

Abizam pun merebahkan dirinya di atas tempat tidur dan kemudian terlelap.

1
luisuriel azuara
Bagus banget, semoga mendapat banyak pujian dan dukungan!
Tri Wahyuni: makasih kak 🙏
total 1 replies
María Paula
Characternya bikin terikat! 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!