Dia bernama Althea Martin, seorang gadis yang selalu ceria dan ramah kepada siapa pun. Panggil saja Thea, dia juga terkenal dengan kepintarannya yang membuat dia mendapatkan beasiswa sehingga membuat kakak tirinya merasa iri. Tapi semua itu berubah setelah ibunya meninggal dunia, 4 tahun yang lalu. Kehidupannya berubah 180 derajat, mempunyai ibu tiri dan saudara tiri membuat Thea di sisihkan oleh sang ayah yang lebih menyayangi kakak tirinya dengan alasan wanita yang dia nikahi sekarang adalah cinta pertamanya.
Ternyata ayahnya sudah mengkhianati sang ibu, sejak lama sehingga perselingkuhan ayahnya menghasilkan kakak tirinya. Karena perjodohan ia terpaksa menikahi ibunya Althea, Althea diam-diam bergabung dengan kelompok mafia bawah tanah tanpa sepengetahuan keluarganya. Althea sering mendapatkan kekerasan di dalam rumahnya, baik dari ayah kandungnya maupun ibu tirinya. Althea dipaksa oleh ayahnya untuk menikahi seorang pria yang kejam dan dingin untuk menikah. Simak ceritanya yuk !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Sakit
“Tuan muda ….” Teriak Odah
Di dalam rumah Gibran mendengar teriakan Odah
“Ada apa sih bi Odah teriak-teriak ?” Tanya Gibran
Lalu Gibran menyusul Odah ke Gudang.
“Astaga, apa yang terjadi bi sama dia ?” Tanya Gibran
“Saya tidak tahu tuan muda, saat saya masuk nak Thea sudah tergeletak di lantai. Suhu tubuhnya juga sangat panas” Jawab Odah
“Bibi minggir, biar aku bawa dia ke rumah sakit. Dia bikin susah saja” Ucap Gibran mendumel sembari menggendong Thea keluar menuju mobilnya
Gibran membawa mobil denga kecepatan tinggi hingga tidak lama, dia sudah tiba di rumah sakit miliknya. Thea langsung di bawa dan di tangani. Di brankarnya, Thea terus mengigau memanggil ibunya. Air matanya terus mengalir, Gibran yang melihat air mata Thea langsung menghapusnya, entah mengapa melihat Thea sakit dan mengigau hati Gibran merasa sakit.
“Bunda” Lirih Thea mengigau sambil menangis
“Bunda dimana”
“Thea kangen sama bunda”
“Thea ingin ketemu sama bunda”
“Thea ingin memeluk bunda”
“Bunda, Thea di sini kesepian”
Setelah mengucapkan itu Thea terdiam, setengah jam kemudian Thea sadarkan diri.
“Haus… air…” Ucap Thea
“Ini kamu minum dulu” Ujar Gibran sambil membantu Thea minum
“Sekarang kamu istirahat dulu, dokter bilang kamu jangan banyak gerak. Apa kamu ingin makan ?” Lanjut Gibran
“Tidak terima kasih tuan” Jawab Thea
“Baiklah, akum au keluar dulu” Kata Gibran sedangkan Thea hanya mengangguk
*****
Setelah 1 jam, Gibran kembali sambil membawa makanan dan buah-buahan. Gibran melihat Thea tidur dengan meringkuk sambil memeluk foto yang sudah using. Gibran pelan-pelan mengambil foto tersebut, dia melihat ada seorang wanita yang sangat cantik sedang menggandeng seorang anak kecil.
“Siapa wanita ini ? Apakah ini ibunya ?” Tanya Gibran dalam hati
“Dia sangat cantik dan menggemaskan” Lanjut Gibran tanpa sadar
Perlahan Thea bergerak dan membuka matanya
“Foto ini tadi terjatuh” Ucap Gibran berbohong lalu menyerahkan foto tersebut
Thea mengambilnya dan menyimpannya kembali
“Apakah dia ibu kamu ?” Tanya Gibran
“Iya” Jawab Thea
“Sekarang kamu makan dulu, ini sudha malam” Titah Gibran lalu memberikan sekotak nasi pada Thea
“Terima kasih tuan” Ucap Thea, Gibran hanya mengangguk
Thea membuka kotak nasi itu, dan dia bingung untuk memakannya sedangkan tangan kanannya tertancap jarum infus. Gibran yang melihatnya, langsung mengambil kotak nasi itu.
“Ayo kamu buka mulutnya” Titah Gibran sambil mneyodorkan sesendok nasi kearah Thea
“Tidak usah Thea, aku bisa sendiri” Ucap Thea mengambil kotak nasi tersebut
Gibran kembali meletakkan sendok nasi tersebut, Thea mulai menyuapkan nai pada mulutnya. Baru beberapa sendok, Thea berhenti karena tenggorokannya terasa sakit. Thea mencoba untuk mengambil air, tapi susah untuk menjangkaunya dengan sigap Gibran membantunya dan memberikan kepada Thea.
Tiba-tiba ponsel Gibran berdering, dia melihat siapa yang menelponya dan ternyata itu dari Rania.
Gibran [Hallo]
Rania [Hallo sayang, kamu dimana ? Aku ke mansion kamu tapi kamu tidak ada]
Gibran [Aku sedang di luar sayang]
Rania [Aku mau pergi ke Fhilipina sayang bareng sama Sania dan teman yang lainnya]
Gibran [Kamu di sana berapa hari ?]
Rania [Cuma 4 hari, nanti jam 10 aku berangkatnya]
Gibran [Iya, kamu hati-hati di sananya]
Rania [Iya sayang, aku akan menjaga diriku dengan baik kok byeee]
Lalu Gibran mematikkan sambungan telponnya
“Tuan saya mau pulang” Ucap Thea
“Kamu belum boleh pulang, luka kamu belum sembuh” Ujar Gibran
“Luka seperti ini sudah biasa saya dapatkan. Bahkan sejak saya masik kecil, saya harus menanghadapi dan menanggung rasa sakit ini sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain. Luka di tubuh ini tidak sebanding dengan luka yang ada di hati saya tuan” Jawab Thea lalu turun dari tempat tidurnya
“Jadi orang itu tidak usah keras kepala, kamu itu belum sembuh” Ucap Gibran
“Saya tidak mau merepotkan dan hutang budi” Jawab Thea lalu mencabut selang infus
“Tapi mau tidak mau kamu harus merepotkan aku” Ucap Gibran
“Maafkan saya kalau begitu, dan saya janji ini untuk yang pertama dna yang terakhir kalinya saya merepotkan tuan. Saya juga seperti ini karena ulah anda sendiri tuan jika anda lupa” Jawab Thea ketus
“Astaga, kamu benar-benar keras kepala” Ucap Gibran sedangkan Thea tidak menghiraukan ocehan Gibran
“Kamu mau kemana ?” Tanya Gibran
“Saya mau ke tempat administrasi, mau bayar biayanya” Jawab Thea
“Semua administrasi sudah saya bayar” Ucap Gibran
“Jadi berapa biaya yang harus saya bayar ? Karena saya tidak mau berhutang, cukup status saya yang sebagai istri pelunas hutang” Ujar Thea
Mendengar itu Gibran terdiam di tempat, entah kenapa dia merasa tidak suka mendengarnya.
“Terserah kamu mau pulang sekarang, kalau terjadi apa-apa jangan salahkan aku” Kata Gibran ketus
“Tuan tenang saja, anda tidak akan pernah salah karena anda selalu benar” Jawab Thea lalu berjalan tertatih
“Ayo, pakai kursi roda saja” Ucap Gibran yang sudha membawa kursi roda
Thea di naikkan ke kursi roda, sedangkan Gibran yang mendorongnya dari belakang. Gibran langsung membawa Thea masuk ke dalam mobilnya, sepanjan jalan keduanya tidak ada yang bicara. Thea terus memejamkan matanya, karena tubuhnya masih terasa sakit dan dia juga sedang memikirkan dimana keberadaan ibu dan kakeknya.
Hingga tanpa sadar air matanya menetes, Gibran yang tidak sengaja menoleh melihat itu semua.
“Kenapa dengan dia ? Apa dia sedang ada masalah ?, dari raut wajahnya sedang ada banyak masalah dan tatapan matanya seakan memedam luka yang sangat dalam” Ucap Gibran dalam hati
Gibran terus melajukan mobilnya hingga tiba di mansionnya.
“Hai, kita sudah tiba” Ucap Gibran
Thea yang mendengar itu langsung membukakan matany, dia menghapus air matanya dengan kasar.
“Terima kasih tuan, saya permisi” Ucap Thea langsung keluar dan masuk ke dalam mansion terlebih dulu
Di dalam rumah Darti melihat Thea, dan langsung menghampirinya.
“Nak Thea kok sudah pulang ? Apa sudah sembuh ?” Tanya Darti
“Iya, saya sudah sembuh bi karena di rumahs akit tidak enak bau obat” Jawab Thea dengan wajah pucat
“Ayo, bibi antar kamu ke kamar” Ajak Darti
“Tidak papa bi, saya bisa sendiri” Jawab Thea lalu perhi ke kamarnya
“Tuan muda perlu saya bikini minum ?” Tanya Darti
“Tidak usah, aku mau istirahat di kamar. Bibi tolong urus dia jangan sampai buat ulah atau merepotkan lagi sama aku” Jawba Gibran lalu menuju ke kamarnya
*****
Di kediaman Wisnu, Rinka sedang marah-marah karena kurangnya jatah uang jajan yang di berikan oleh Wisnu.
“Ada apa sih Rin ibu pusing tahu ?” Tanya Astrid
“Ibu coba bilang sama ayah agar uang bulanan aku tidak di kurangi, aku butuh refreshing, aku butuh perawatan salon dan itu tidak bisa aku lakukan karena ayah mengurangi jatah bulanan aku. Aku malu bus ama teman-teman aku” Jawab Rinka
“Ibu sudah bilang, tapi ayah kamu gak mau mendengar ucapan ibu. Ibu kira kalau anak si4lan itu sudah tidak ada di sini kita bila menikmati uang perusahaan tapi nyatanya kita malah tambah susah” Ucap Astrid
“Bagaimana kalau besok kita ke tempat anak si4lan itu ? Siapa tahu kita ketemu sama suaminya dan kita minta jatah uang sama dia ?” tanya Rinka
“Oke, ibu setuju sama usulan kamu” Jawab Astrid
*****
Sedangkan di perusahaan Star, Wisnu sedang pusing karen kalah tender.
“Astaga, kenapa hidupku apes terus sih ? Tenderku kalah sama perusahaan mereka. Kenapa perusahaan itu sangat sulit untuk di kalahkan ? aku jadi penasaran siapa pemilik yang sebenarnya, akerna setiap ada pertemuan selalu asistennya dan sekertarisnya yang turun tangan” Ucap Wisnu
“Apa aku coba saja minta bantuan sama Gibran ?, tidak. Aku tidak mau berurusan dengan dia lagi”
“Bagaimana dengan nasi banak si4lan itu ya ? Apa tuan Gibran memperlakukan dia dengan baik atau malah sebaliknya ?”
“Ah biarkan saja, aku tidak akan peduli padanya. Bahkan diam au di siksa atau mati sekali pun aku tidak akan peduli padanya” Lanjut Wisnu
*****
Di tempat lain tepatnya dikediaman Alverik, Nabila sedang berbincang dengan Danish suaminya di kamar mereka.
“Papa, aku ingin menjodohkan anak kita dengan seorang gadis” Ucap Nabila
“Dengan siapa ma ? Apa papa kenal sama kenal sama keluarganya ? Apa dia anak rekan kerja papa atau anak teman kamu ma ?” Tanya Danish
“ukan semuanya pa” Jawab Nabila
“Terus dengan siapa ?” Tanya Danish
“Nahi itu dia masalahnya pa, aku lupa tanya dimana gadis itu rumahnya dan lupa jya untuk minta nomornya” Jawab Nabila sambil menggaruk kepalanya gak gatal
“Astaga ma, bagaimana ceritanya mama mau jodohin Gibran dengan gadis itu kalau mama aja gak tahu tempat tinggalnya dimana, apa gadis itu dari keluarga sederhana ?” Ucap Danish
“Kalau di lihat dari penampilannya sih iya, tapi kalau melihat auranya dia bukan gadis biasa pa. Aku menyukai dia selain anaknya cantik, dia juga sangat sopan. Bahkan dia yang menyelamatkan mama, waktu itu tanpa tahu siapa yang dia bantu” Jawab Nabila
“Terus kamu mau cari dia kemana ?” Tanya Danish
“Gak tahu pa, semoga saja kita bisa ketemu lagi sama dia. Aku tidak peduli bibit, bebet, dan bobotnya yang aku inginkan dia yang menjadi menantuku bukan wanita j4l*ng itu” Jawab Nabila
“Ya terserah mama saja, aku akan selalu mendukung selagi itu baik” Ucap Danish
“Baiklah, ayo sekarang kita tidur karena sudah malam” Jawab Nabila langsung memeluk suaminya
*****
Di mansion Gibran, Thea sedang menerima telpon.
Thea [Baik pak, saya serahkan semuanya kepada anda. Saya ingin Wisnu merasa tertekan dan saya ingin melihatnya dalam bulan ini lalu perusahaan itu menjadi milik kita]
… [Baik nona, akan saya lakukan sesuai permintaan anda]
Thea [Terima kasih pa, biar nanti saya saja yang memberitahukan dady]
… [Baik nona, selamat malam]
Thea [Selamat malam juga pak, salam buat istri dan anak serta keluarga bapak] lalu Thea memutuskan telponnya
“Wisnu, siapa yang di antara kalian mencelakai bunda dan kakek serta nenekku ?” Ucap Thea
“Bunda, kakek, nenek. Kalian ada dimana ? Apa kalian tidak mau bertemu denganku ? Apa kalian tidak merindukan aku ?” Lirih Thea sambil terisak
Tak lama kemdian Darti masuk, karena saat dia melintas di depan kamar Thea. Dia melihat Thea sedang menangis.
“Nak Thea” Panggil Darti yang masuk ke kamar Thea
“Apa ada yang sakit nak ? Ayo kamu minum obatnya dulu biar cepat sembuh” Lanjut Darti
“Bibi aku kangen bunda” Ucap Thea lalu pecahlah tangis Thea di hadapan Darti
Hingga Gibran yang tidak sengaja lewat kamar Thea, mendengar tangisannya.
“Ada apa lagi dengan wanita itu ?” Gumam Gibran mengintip dari luar
“Apa dia kesakitan karena lukanya belum sembuh ? Apa aku benar-benar keterlaluan yang menghukum dia kemarin ?. Ah sudahlah itu juga salah dia sendiri kenapa membangkang” Lanjut Gibran lalu pergi meninggalkan mansionnya menuju apartemen Rania
Gibran melajukan mobilnya menuju ke apartemen Rania, tapi baru akan membelokkan mobilnya, dia melihat Rania pergi dengan mobil barunya.
“Apa benar itu Rania ? mobil siapa yang dia pakai ?. Lalu diam au kemana malam-malam begini ?” Ucap Gibran
“Lebih baik aku ikuti saja dia, apa benar yang di katakana mama kalau Rania bukan wanita baik-baik ?” Lanjut Gibran langsung mengikuti Rania dari belakang
Rania yang sedang asik menyetir, tidak menyadari kalau dia sedang di buntuti kekasihnya. Sekitar 20 menit, mobil Rania berhenti di sebuah club malam dan masuk ke dalam.
“Astaga, sejak kapan Rania pergi ketempat ini ?” Gumam Gibran
“Lbih baik aku masuk dan lihat sendiri apa yang dilakukannya di dalam” Ucap Gibran lalu memakai topi dan kacamata hitam agar tidak ada yang mengenalinya.
Tapi saat akan turun, ada suara panggilan masuk dari Bagas.
Gibran [Hallo]
Bagas […]
Gibran [APA ?!, Bagaimana bisa ? baiklah aku pergi kesana sekarang]
Bagas […]
Setelah mendapatkan telpon dari Bagas, Gibran langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Setiba di sana, Bagas sudah berdiri menunggunya.
“Bagaimana bis akita kecolongan seperti ini ? Bisa-bisanya berkas itu hilang” Tanya Gibran emosi
“Saya tidak tahu tuan, sepertinya ada seseorang yang sengaja melakukan ini semua. Mungkin saja orang ini, memasukkan mata-mata ke purusahaan kita” Jawab Bagas
“Siapa orang yang kamu curigai Gas ?” Tanya Gibran
“Maaf kalau kamu tersinggung, aku mencurigai Rania di balik ini semua. Karena aku pernah melihat Rania sedang bertemu dengan bagian kita Indra” Jawab Bagas
“Apa ? Tidak mungkin Rania mengkhianati aku dan bekerja sama dengan Indra” Ucap Gibran
“Saya Cuma mempresiksi saja, soal percaya atau tidak serta benar atau tidak aku tidak tahu” Jawab Bagas
“Sudahlah kita urus itu nanti, sekarang aku sednag kesal karena barusan aku mengikuti Rania masuk ke dalam club. Sejak kapan dia masuk ke tempat itu ?” Ucap Gibran
“Kamu saja yang menutup mata dan telinga kamu” Jawab Bagas
“Sekarang kita pulang, pusing banget aku. Di sini Rania bikin ulah, di rumah wanita j4lang itu juga bikin ulah” Ucap Gibran kesal
“Apa yang terjadi sama nona Thea ?” Tanya Bagas
Lalu Gibran menceritakan semuanya, Bagas yang geram dengan tinggah sahabatnya itu.
“Kamu benar-benar keras kepala dan kejam Gib, aku bisa menjamin 100 % kalau nona Thea itu wanita baik-baik” Ucap Bagas
“Ah sudahlah semua terjadi, lagian aku tidak sama sekali mengharapkan kehadiran dia. Ayo kita pulang” Ujar Gibran lalu menariks tangan Bagas
“Baik” Jawab Bagas
semangat thorr 💪💪