Ketika banyak yang mulai mempermasalahkan penampilan ku, disitulah perubahan mulai merubah penampilan ku. Ya, gadis cupu ini sudah berubah menjadi cantik, Zevana Willen, kini dia sudah bisa mengepakkan sayapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyqilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma
Dan di tempat lain.
Dandy dan Zayn sedang sibuk menikmati makan siang mereka di kantin, pandangan mata Dandy juga terus berkeliling mencari sosok Zevana yang masih tidak terlihat juga.
“ Zayn? Kenapa Ze belum juga terlihat? Dia tadi bilang padamu kalau dia mau ke kantin kan? “ Tanya Dandy cemas.
“ Iya, mungkin dia berubah pikiran, sudahlah, kenapa kamu sangat peduli dengannya? “
“ Dia gadis baik Zayn, bahkan sebelumnya kamu yang lebih dulu menyukainya, iya kan? “
“ Menyukainya? Bukan suka seperti itu Dandy, aku hanya menyukainya sebagai temanku saat itu, sebelum aku tahu ternyata dia menyukaiku dengan maksud yang lain. “
“ Tapi tetap saja kamu menyukainya lebih dulu kan? Kamu menyukai karakternya, benar kan? Lagi pula Ze tidak salah, dia hanya mengatakan yang sebenarnya karena dia merasa kesal padamu, kamu yang membuatnya menjadi seperti itu, kalau saja ucapanmu tidak menyakiti hatinya saat itu, Ze mungkin tidak akan memberitahumu bagaimana perasaannya. “ Tegur Dandy yang merasa jika Zayn harus merubah sikapnya yang kini menjadi sedikit kasar pada Zevana.
“ Sekarang bahkan kamu dengan terang-terangan membelanya, bukankah aku sahabatmu? Kamu juga baru mengenalnya beberapa waktu, kamu pasti belum menemukan bagaimana sifat aslinya kan? “
“ Dia baik…itu sudah cukup, dan yang aku tahu, dia sama sekali tidak memiliki motif ataupun niat buruk saat berteman dengan kita, dan aku tahu, kalau dia mengungkapkan perasaannya padamu hanya karena dia sangat kesal dan tidak ada pilihan lain saat itu, dia tidak pernah memiliki pemikiran ataupun niat buruk seperti Ayna kepadamu, jadi aku harap kamu bisa kembali bersikap baik pada Ze. “
“ Ya…ya…ya…teruslah membelanya. “
Lalu Dandy hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya karena sahabatnya sangat sulit untuk diarahkan dan begitu keras kepala.
Setelah menghabiskan makan siang mereka, Dandy dan Zayn segera kembali ke kelas mereka, dan saat mereka masuk ke dalam kelas, mereka sudah mendapati Zevana di dalam kelas dengan kepalanya yang sudah di letakkan nya di atas meja.
“ Ze…” Panggil Dandy lirih sambil menyentuh bahu Zevana.
Zevana kemudian mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Dandy. “ Ada apa? “ Tanyanya lesu.
“ Aku tadi mencari mu di kantin, tapi kamu tidak ada, ada apa? Dan kenapa kamu sudah di kelas? “
“ Aku tidak berselera makan. “ Jawabnya lalu kembali menenggelamkan kepalanya di antara dua lengan tangannya yang sudah terlipat di atas meja.
Kemudian Dandy melihat ke arah Zayn dan Zayn hanya mengangkat kedua bahunya sambil menggelengkan kepalanya mengisyaratkan bahwa dirinya tidak tahu mengapa Zevana bersikap seperti itu.
Dan tidak lama setelah itu bel masuk kembali di bunyikan, mereka kembali sibuk dengan mata pelajaran terakhir mereka.
Zayn yang juga merasa sedikit aneh dengan sikap Zevana sesekali melihat dan mengamati gerak-gerik Zevana dari belakang. Zevana terlihat tidak bersemangat dan seperti ada yang sedang mengganggu pikirannya, bahkan ia tampak tidak fokus saat guru sedang membahas soal mata pelajaran, Zevana tidak terlihat seperti biasanya.
Bahkan ia hanya mencoret-coret buku tulisnya dan tidak menulis ringkasan yang sudah diberikan oleh guru yang sedang mengajar.
Zayn hanya bisa mengamatinya saja dan tidak berani menegur ataupun bertanya langsung pada Zevana untuk saat ini.
|| Ada apa dengannya? Aneh sekali, tidak seperti biasanya, apa dia sedang mendapatkan masalah? Ya, mungkin saja, mungkin dengan keluarganya, masa bodoh, aku tidak peduli. || Batin Zayn.
Kringggggg….krinnnnnggggg…kriiinngggggg…
Bel pulang sekolah sudah dibunyikan, Zevana sudah mengemasi bukunya lalu ia dengan segera beranjak dari duduknya dan meninggalkan kelas begitu saja.
Zevana masih bisa merasakan sakit pada pinggulnya, ia bahkan sesekali menyentuh pinggulnya yang terasa sakit itu, Zevana sangat penasaran karena ia merasa rasa sakit di pinggulnya tidak berkurang. Akhirnya Zevana memutuskan untuk melihat dan mengecek bagaimana keadaan pinggulnya saat ini di toilet.
Zevana menaikkan seragam sekolah dan juga tanktopnya dengan perlahan di depan cermin yang ada di dalam toilet, lalu ia melihat bagaimana kondisi pinggulnya yang tadi terbentur wastafel.
“ Ssshhhh…” Desahnya menahan sakit saat menaikkan seragamnya dengan perlahan.
Dan saat ia sudah bisa melihat bagaimana keadaan pinggulnya, bulu kuduk Zevana sampai berdiri karena pinggulnya terlihat sangat mengerikan dengan warna memar yang sudah berwarna biru keunguan.
“ Pantas saja sakit sekali. “ Gumamnya lalu menurunkan kembali bajunya dan menutupi memarnya.
“Sepertinya aku harus ke apotek untuk membeli salep luka memar. “ Ucapnya sambil berjalan keluar dari toilet.
Zevana berjalan keluar dari toilet dengan menahan rasa sakit, dan saat dia sudah berada di luar gerbang sekolahnya, pandangan mata Zevana berkeliling mencari mobilnya yang biasanya sudah terparkir di depan gerbang sekolahnya.
Tapi kali ini Zevana tidak dapat menemukan mobilnya, ia terus melihat ke arah sekelilingnya dan tidak menemukannya sama sekali.
“ Apa pak Toni terlambat menjemputku? “ Gerutunya.
Dan saat ia tengah sibuk melihat ke arah sekelilingnya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Zevana segera meraih ponselnya, dan mengangkat panggilan telfon yang ternyata dari pak Toni supir pribadi Zevana.
‘ Halo pak, kenapa pak Toni belum ada di depan gerbang sekolah? ‘
‘ Maaf non, mobilnya mogok, bapak sedang di bengkel ini non, gimana ya non, non Ze mau tidak menunggu bapak? ‘
‘ Lama nggak pak? ‘
‘ Lumayan non, non tunggu di sekolah saja biar lebih aman, kalau tidak non tunggu di pos satpam saja non, bagaimana? ‘
‘ Yasudah. ‘
Zevana mengakhiri panggilan telfonnya dan memutuskan untuk menunggu pak Toni menjemputnya setelah mobil nya selesai diperbaiki.
“ Permisi, pak, boleh tidak saya menunggu jemputan saya disini? “ Tanya Zevana pada salah satu satpam di pos satpam sekolahnya.
“ Oh tentu boleh, duduk di sini saja. “ Jawab satpam itu lalu meminta Zevana untuk duduk di bangku yang ada di depan pos satpam tersebut.
Di saat-saat seperti ini perasaan was-was selalu menghantui Zevana, Zevana sebenarnya memiliki pengalaman buruk. Dulu saat dia berusia sepuluh tahun, supir yang biasa menjemputnya tiba-tiba saja sakit dan kemudian tidak ada yang menjemputnya sama sekali.
Supir Zevana saat itu bahkan tidak memberi kabar pada Lingga dan Sania mengenai dirinya yang sakit dan tidak bisa menjemput Zevana pada saat itu.
Pada saat itu Zevana memutuskan untuk pulang sendiri dan tidak menunggu supirnya, lalu ia masuk ke dalam taksi, dan karena Zevana tidak tahu arah dan tujuannya, ia hanya berkeliling dengan supir taksi itu.
Supir taksi itu terlihat sangat kesal pada Zevana sehingga akhirnya supir taksi itu memutuskan untuk meninggalkan Zevana di tempat yang sangat sepi.
Pada saat itu hari sudah semakin sore dan matahari juga sudah hampir tenggelam, Zevana yang masih berusia sepuluh tahun itu hanya bisa menangis seorang diri di tengah jalanan yang tampak sangat sepi dan banyak pepohonan besar di kanan kirinya.
Zevana terus berjalan dengan tangisannya yang terisak, ia sangat ketakutan dan tidak tahu harus kemana pada saat itu. Bahkan sampai langit menjadi gelap, Zevana masih saja berjalan di tepi jalan, lalu saat ia melihat ada lampu mobil yang menyala dari kejauhan, Zevana berlari menghampiri mobil itu dan berharap jika mobil itu adalah supir yang akan menjemputnya.
Zevana terus berlari sampai mobil itu mendekat ke arahnya, dan kemudian tubuh Zevana terlempar begitu jauh karena mobil itu menabraknya.
Semenjak kejadian itu, Zevana menjadi trauma dan takut apabila supir yang menjemputnya tidak bisa menjemputnya, Zevana tidak pernah mau naik taksi ataupun naik kendaraan milik orang lain selain kendaraan keluarganya sendiri.
Saat itu kedua orang tua Zevana tidak mengetahui jika supir Zevana tidak menjemputnya karena supir itu tidak mengatakan apapun, dan kedua orang tua Zevana selalu pulang malam sehingga mereka tidak sadar jika Zevana belum pulang saat itu, hanya Alian saja yang mencari Zevana sampai berkeliling pada saat itu.
Setelah kejadian yang menimpa Zevana hari itu, supir yang bekerja untuk keluarga Zevana kala itu langsung diberhentikan, dan kemudian Zevana mendapatkan supir baru yaitu pak Toni.
Pak Toni mengetahui cerita itu dan ia sangat berhati-hati selama ini, dan kali ini, hal yang tidak terduga terjadi, pak Toni sebelumnya sudah menghubungi Alian, tapi ternyata Alian sedang ada urusan diluar kota, sementara kedua orang tua Zevana masih belum bisa di hubungi karena jika mereka sedang meeting, mereka tidak pernah menyalakan ponsel mereka.
Karena hal itu pak Toni meminta Zevana untuk menunggunya, sebenarnya pak Toni juga merasa cemas dan takut jika Zevana kembali mengingat kejadian di hari itu. Namun pak Toni tidak punya pilihan lain, kalaupun dia menjemput Zevana saat ini dengan taksi, Zevana pasti tidak akan mau, dan pasti meminta pak Toni untuk menggunakan mobilnya saja.
…..
Zevana terus saja merasa was-was, ia juga sesekali melihat ke arah satpam yang sedang berjaga, Zevana hanya takut jika satpam itu bisa dengan mudah sewaktu-waktu menyakitinya, ataupun memintanya untuk pulang dan naik taksi.
“ Kamu kelas berapa? “ Tanya satpam itu dengan tiba-tiba.
Deg…
Jantung Zevana seperti berhenti berdetak karena menahan rasa takut, dan ia juga menahan rasa sakit akibat memar di pinggulnya.
“ K-kelas tiga…” Jawab Zevana lirih.
“ Oh, apa jemputanmu terlambat? “
“ I-iya…”
“ Kenapa? Dan kamu tinggal dimana? “
Satpam itu terus bertanya sehingga membuat Zevana tidak nyaman, lalu kemudian Zevana beranjak dari duduknya.
“ M-maaf pak, sepertinya jemputan saya sebentar lagi datang, t-terimakasih pak, permisi. “ Ucapnya lalu berjalan keluar dari pos satpam tersebut.
Zevana berjalan menjauh dari pos satpam tersebut, ia tampak kebingungan dengan sebelah tangan yang memegangi pinggulnya, Zevana berjalan dengan perlahan.
“ Apa aku jalan saja? Ya…sepertinya aku jalan saja, siapa tahu pak Toni ada di bengkel dekat sini. “ Gumamnya.
Zevana pun memutuskan untuk berjalan perlahan, dan saat Zevana sedang berjalan sambil memegangi pinggulnya, motor Zayn yang baru saja keluar dari sekolahnya itu melewati Zevana, Zayn melihat Zevana dan ia hanya melewatinya begitu saja.
Sementara Zevana, ia tidak tahu jika motor Zayn baru saja melewati nya, ia masih berjalan dengan tangan yang memegangi pinggulnya dan sesekali Zevana juga terlihat seperti sedang meringis kesakitan.
Sedangkan Zayn, ia sesekali melihat Zevana dari kaca spion motornya, dan Zayn bisa melihat Zevana yang terlihat seperti sedang menahan rasa sakit saat sedang berjalan. Zayn pun menghentikan motornya dan menunggu Zevana yang masih berjalan di belakangnya.
Saat langkah kaki Zevana sudah semakin dekat dengannya, Zayn segera turun dari motornya lalu menghampiri Zevana yang sedang berjalan dengan tertunduk sambil memegangi pinggulnya.
“ Ada apa denganmu? Kenapa kamu jalan kaki? Dimana supir yang biasa menjemputmu? “ Tanya Zayn beruntun.
Sontak saja Zevana terkejut saat mendengarkan beberapa pertanyaan yang sudah ditujukan padanya itu, ia melihat ke arah Zayn dengan kedua mata yang sudah terbelalak lebar.
“ K-kamu? Ah, supirku, dia sedang di bengkel, mobilku mogok. “ Jawabnya lalu mengalihkan pandangan matanya dari Zayn.
“ Mau aku antar? “
“ T-tidak perlu, terimakasih. “ Tolak Zevana.
“ Ya sudah. “