Kisah gadis ekstrover bertemu dengan dokter introvert..
Awal pertemuan mereka, sang gadis tidak sengaja melukai dokter itu. Namun siapa sangka, dari insiden itu keduanya semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
********
Beberapa hari berlalu, di rumah sakit Edo semakin sibuk dengan pekerjaanya.
Ia tengah berada di ruang tindakan, memeriksa beberapa pasiennya hari ini.
" Jahitan ibu sudah mulai sembuh, tapi pola makannya tetap harus di jaga. " ucap Edo memberi arahan pada pasiennya.
" Terima kasih dok. " ucap pasien itu.
" Ngomong ngomong, dokter udah berkeluarga belum? " lanjut pasien itu bertanya.
" Belum buk. " jawab Edo tersenyum.
" Saya ingin memperkenalkan putri saya pada dokter, kebetulan dia juga seorang perawat. " ucap ibu itu.
" Gimana? dokter mau nggak? " tanya ibu itu.
Namun Edo hanya tersenyum tidak meresponnya.
Pasien berikut berikutnya pun menanyakan hal yang sama, Sus Mia yang berdiri di dekat Edo. hanya bisa menahan tawa mendengarnya.
" Sepertinya penyakit mereka kurang penting dok, mereka hanya perduli dengan status dokter. " ucap Sus Mia begitu pasien pasien itu keluar.
" Hufff.. " Edo hanya bisa menghela nafas panjang, karena merasa capek dengan semua pertanyaan pertanyaan itu.
" Udah selesai kan sus? " tanya Edo.
" Belum dok, masih ada satu pasien lagi. " jawab Sus Mia.
Pukul satu siang, Edo tengah berada di ruangan istirahat dokter bersama yang lainya.
Mereka tengah menikmati waktu istirahat sambil minum kopi.
Sus Mia pun masuk setelah menyerahkan beberapa laporan yang baru saja ia kerjakan.
" Udah sus? " tanya Edo.
" Udah dok. " jawab Sus Mia.
" Yang lain mana? " tanya Sus Mia karena hanya melihat Edo dan Iyan di ruangan itu.
" Cari makan siang di luar. " jawab Edo.
" Dokter sendiri, nggak ikut? " tanya Sus Mia heran.
" Nggak ah sus, saya lagi nggak berselera makan. " jawab Edo.
Sementara Iyan terlihat sibuk menonton sesuatu.
" Dokter lagi nonton apaan? " tanya Sus Mia penasaran.
Namun pria itu tidak menjawab malah serius dengan IPADnya.
Karena penasaran, Sus Mia pun langsung mendekatinya.
" Sepertinya dokter semakin keibuan setelah bercerai. " ucap Sus Mia.
" Ya mau bagaimana lagi sus, saya harus belajar mengurus Hana. tadi pagi dia minta di kuncir rambutnya, tapi saya nggak bisa. " jawab Iyan yang sedang menonton tutorial cara mengikat rambut dengan berbagai macam model.
" Katanya, punya ayah lulusan kedokteran dan punya gelar. masa nguncir rambut Hana aja nggak bisa. " lanjut Iyan.
Sus Mia pun tertawa mendengarnya.
Sementara di kediaman Edo, Suina datang untuk memberi makan si Putih dan juga mengerjakan beberapa pekerjaanya sembari menunggu Edo pulang.
Sore menjelang, Edo pun tiba di rumah.
" Sore Dok! " ucap Suina tersenyum melihat pria itu masuk.
" Sore! kamu udah makan? " jawab Edo sambil bertanya.
" Belum. " jawab Suina menggeleng, dan perutnya langsung berbunyi begitu Edo menyinggung soal makanan.
" Heheh.. " ucap gadis itu terkekeh.
Edo pun tertawa mendengarnya.
" Perut berbunyi bukan berarti kamu lapar. " ucap Edo.
" Hah? " ucap Suina kaget.
" Itu adalah cara tubuhmu untuk memberitahu jika ia sedang di bersikan. jangan makan dulu, tunggu hingga beberapa menit kemudian. " jelas Edo.
" Haah.. tapi saya benar benar sudah sangat lapar. " ucap Suina.
" Kamu ingin makan apa? " tanya Edo.
" Saya ingin beberapa makanan manis. " jawab Suina yang langsung bersemangat.
" Nggak. " ucap Edo yang langsung melarangnya.
Raut wajah Suina pun langsung berubah datar mendengarnya.
" Tadi nanya aku pengen makan apa. " gumam Suina kesal.
Namun Edo hanya tersenyum mendengarnya.
Beberapa menit kemudian, makan malam mereka pun selesai. Edo mulai menyajikan di meja makan, kemudian memanggil Suina.
" Ini aja? " tanya Suina kaget, karena Edo hanya menyiapkan soop ayam saja tanpa makanan pendamping lainya.
" Em! " jawab Edo mengangguk.
" Habiskan sebelum dingin. " ucap Edo sambil memberikanya segelas air.
Dengan raut wajah kesal, Suina pun duduk di meja makan menatap makanannya itu.
" Apa kamu menjalankan semua metode yang saya katakan? " tanya Edo.
" Mmm... soopnya enak. " ucap Suina begitu mencicipinya.
" Oh! iya, saya lakukan semua yang dokter katakan. " jawab Suina.
" Jangan makan makanan ringan di antara waktu makan, mandi dengan air hangat sebelum tidur. dan tidur sebelum jam sebelas malam. bangun dan berjemur di bawah sinar matahari pagi, setelah itu sarapan. " lanjutnya lagi menjelaskan semua kegiatan yang di lakukan sesuai saran Edo.
" Tapi ada satu hal yang belum bisa saya selesaikan. " ucap Suina.
" Apa itu? " tanya Edo penasaran.
" Sarapan pagi, saya belum terbiasa melakukanya karena benar benar tidak merasa lapar. " jawab Suina.
" Bisakah yang satu itu pengecualian? " tanya Suina berharap.
" Kamu pasti akan lapar. " jawab Edo yang tetap menyuruhnya sarapan.
" Beri tubuhmu waktu untuk menyesuaikannya. " lanjut Edo.
" Memangnya ada efek ya? jika seseorang tidak teratur sarapan pagi? " tanya Suina penasaran.
" Ada, sirkulasi tubuhmu akan meningkat. kebanyakan wanita tanpa sadar memiliki masalah itu, dan itu mempengaruhi segalanya. " jawab Edo.
" Bukannya dokter ahli jantung ya? kok faham hal yang sering terjadi pada wanita? " tanya Suina penasaran.
" Apa yang di lakukan jantung dalam tubuh manusia? " tanya Edo.
" Mm.. memompa darah. " jawab Suina.
" Tuh kamu tau, jika sirkulasi darahmu baik. maka kamu sudah meringankan beban tubuhmu. " ucap Edo.
" Jadi, semua gejala yang saya alami itu semua karena sirkulasi darah yang buruk? " tanya Suina memperjelas.
" Em! lakukan semua yang saya katakan dengan teratur, dalam satu bulan kedepan pasti ada perubahan yang akan kamu rasakan. " jawab Edo.
" Tapi gimana kalau nggak berhasil? " tanya Suina penasaran.
" Saya akan memberikanmu pemeriksaan lebih lanjut. " jawab Edo.
Mendengar itu, seketika Suina terlihat panik.
" Sepertinya saya sudah merasa lebih baik. " ucapnya yang langsung melanjutkan makannya.
Edo pun tertawa melihatnya.
Setelah selesai dengan kegiatan makan malam mereka, Suina membantu Edo membersihkan semua peralatan makan yang mereka gunakan.
" Oh ya dok, kapan dokter mau buat kue lagi? saya pengen ikut belajar juga. " tanya Suina di sela sela kegiatan bersih bersih mereka.
" Apa kamu pengen memberikanya pada kakek dan nenekmu lagi? " tanya Edo penasaran.
" Em! boleh kan? " jawab Suina sambil bertanya.
" Tentu saja. " jawab Edo.
" Tapi, apa saya boleh bertanya tentang apa yang terjadi antara kamu dan kakekmu? " lanjut Edo yang penasaran dengan hal itu sedari dulu.
Suina pun terlihat sedikit sedih ketika mengingat hal itu.
" Sebenarnya, kakek nggak marah sama saya. tapi dia marah dengan ayah. " jawab Suina.
" Kenapa dengan ayahmu? apa dia berbuat kesalahan yang fatal? " tanya Edo penasaran.
" Karena dia menikah dengan wanita yang tidak di sukai kakekku, menurutnya ibuku terlalu biasa saja untuk ayahku. sejak saat itu, mereka sudah tidak menganggap ayahku sebagai putra mereka lagi. kerena ayahku lebih memilih menikah dengan ibuku, dari pada mendengarkan omongan mereka. " jawab Suina.
Edo pun langsung ikut sedih mendengar penjelasan gadis itu.
" Terus wanita yang tinggal denganmu siapa? " tanya Edo lagi.
" Oh! dia adik dari mendiang ibuku, namanya Yana tapi aku sering memanggilnya bibi Yan. Dia sudah seperti ibuku, karena dia sudah ikut membantu ayahku merawatku sedari kecil bahkan sampai sekarang. " jawab Suina.
" Apa bibi Yan tidak memiliki keluarga sendiri? " tanya Edo penasara.
" Dulu dia punya, tapi mereka sudah berpisah karena suaminya selingkuh. sejak saat itu, bibi Yan memutuskan untuk tinggal denganku kemana pun aku pergi. sambil cari jodoh lagi katanya. " jawab Suina tertawa.
Edo benar benar merasa terkesan dengan ketegaran gadis itu, walaupun memiliki kisah sedih.
Namun Suina masih bisa tertawa menceritakan semuanya.
" Yuk jalan jalan. " ajak Edo sambil menarik tanganya.
Mereka memilih untuk berjalan santai di taman yang ada di lingkungan perumahan mereka.
" Dok! ini bukanya jalan santai, tapi hampir berlari. " ucap Suina yang kesulitan menyesuaikan langkah kakinya dengan Edo.
" Kamu harus banyak gerak, biar jantungmu sehat. " jawab Edo.
" Huuff... saya capek. " ucap Suina yang langsung duduk di salah satu kursi taman.
" Eh! jangan duduk dulu. " ucap Edo yang langsung menahannya.
" Kenapa? saya capek dok! " tanya Suina bingung.
" Renggangkan kakimu sejenak, baru duduk. " jawab Edo.
" Haaa.. mau duduk aja repot banget. " gumam Suina heran.
" Bediri dengan tegap, kemudian lebarkan kakimu selebar bahu. " perintah Edo sambil memberikan contoh.
" Terus? " tanya Suina sambil melakukanya.
" Setelah berdiri dengan benar, kemudian berjinjit. " jawab Edo.
Perlahan lahan Suina mulai mengikutinya.
" Berjinjit kemudian turun perlahan lahan, lakukan hingga beberapa kali. " ucap Edo, karena melihatnya sangat kesulitan.
" Kenapa harus lakuin ini? Kakiku mulai lelah dok. " tanya Suina penasaran.
" Karena betismu seperti jantung keduamu. " jawab Edo.
" Hah? " ucap Suina tidak faham dengan maksudnya.
" Saat jantungmu memompa darah, ada kontraksi jantung mengirim darah keluar. tapi darah akan mengalir kembali dengan perlahan dari betismu tanpa kontraksi. " jelas Edo.
" Jadi betismu mengambil bagian dalam mengirimkan kembali darah ke jantung. " lanjut Edo.
Namun bukannya faham, Suina malah semakin kebingungan dengan semua penjelasan medis pria itu.
" Lakukan lagi. " pinta Edo.
Suina pun mulai melakukannya kembali, walaupun sedikit kesulitan.
Seiring ia melakukannya, tiba tiba salah satu kaki Suia mulai terasa keram.
" Aw! Aw! " jerit gadis itu yang merasa kesakitan.
" Kenapa? " tanya Edo kaget.
" Kakiku tiba tiba keram. " jawab Suina yang berusaha untuk duduk.
Dengan cepat Edo langsung meluruskan kaki gadis itu, kemudian mulai memijatnya dengan pelahan lahan.
" Gimana? sudah merasa lebih baik? " tanya Edo.
" Em! " jawab Suina mengangguk.
Di tengah tengah pijatannya, tiba tiba Edo bertanya lagi tentang ayahnya.
" Jika ayah dan kakekmu bertengkar karena hal itu, kenapa kamu masih ingin mereka berdamai? " tanya Edo penasaran.
" Yah, karena bagaimanapun juga mereka tetap ayah dan anak. " jawab Suina.
" Tapi mereka sudah tidak akur lagi satu sama lain, bahkan ayahmu memilih untuk pindah kekota lain demi menghindari kakekmu. " ucap Edo.
" Itu benar, tapi... jika mereka benar benar saling membenci dan lebih menghindar satu sama lain, perpisahan mungkin jawabannya. " jawab Suina.
" Tapi.. saya sering melihat ayah menangis karena merindukan kakek dan nenek. dan saya bisa merasakan jika kakek dan nenek sebenarnya mereka juga merindukan ayahku, jika anggota keluarga masih saling mencintai dan merindukan, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak saling memaafkan dan bersama. keutuhan keluarga adalah harta yang sangat berharga dok, dan aku sudah sangat lama menantikan hal itu tiba. " lanjut Suina penuh harap.
" Saya benar benar iri dengan dokter, karena masih memiliki keluarga yang lengkap. " ucap Suina.
Edo pun langsung menatapnya mendengar pendapat Suina tentang keluarganya.
Namun Edo langsung tersenyum, karena mengingat situasi keluarganya yang sebenarnya penuh dengan tekanan dan paksaan.
" Kamu sudah bisa jalan? saya akan mengantarmu pulang. " tanya Edo.
" Em! " jawab Suina mengangguk.
Keduanya pun langsung melanjutkan jalan jalan santai, menuju kediaman Suina.
Pukul 9 malam Edo kembali kerumahnya.
Begitu sampai di ruang tengah, ia baru menyadari jika beberapa bantal sofanya telah berubah.
Rupanya Suina sengaja mengganti sarung bantal sofa itu dengan yang bertemakan kucing.
Edo pun langsung tersenyum melihatnya, karena ia juga menyukainya.
Tiba tiba perhatiannya tertuju kepada sebuah kartu yang berada di atas meja.
Karena penasaran, Edo pun langsung mengambilnya kemudian membaca isi kartu itu.
" Hadiah kecil dari saya untuk dokter, saya janji tidak akan mengotori rumahmu. " isi pesan yang Suina tulis.
" Kamu benar benar bisa membuat saya tersenyum. " gumam Edo yang merasa sangat senang.
Kemudian ia mengambil salah satu bantal itu, dan membawanya menuju kamar.
***
Pagi hari seperti biasa, Edo mulai di sibukkan dengan pekerjaanya sebagai dokter.
Sus Mia dan Iyan tengah berada di depan resepsionis lantai empat menunggu Edo selesai.
" Kalian nungguin siapa? " tanya salah satu dokter wanita yang menghampiri mereka.
" Tuh! orang itu. " jawab Iyan sambil menunjuk salah satu banner yang bergambarkan wajah Edo.
" Oh.. Dr. Edo. " ucap dokter wanita itu.
" Tapi bukannya Dr.Edo sedang ada rapat? " tanya dokter itu.
" Iya, makannya kami menunggunya di sini. " jawab Sus Mia.
" Sepertinya Dr.Edo sempurna untuk pekerjaan itu. " ucap dokter itu yang merasa terpukau dengan ketampanan Edo yang menjadi salah satu model untuk promosi kesehatan jantung di rumah sakit mereka.
" Tadi saja banyak yang mengambil foto dengan banner itu. " lanjutnya lagi.
" Iya dok, saya fikir juga begitu. Dr.Edo adalah idola baru di rumah sakit ini. " jawab sus Mia.
Tidak berselang lama, Edo pun datang.
" Eh Dr.Edo. " ucap dokter itu tersenyum melihat Edo datang.
" Dok. " sapa Edo ramah.
" Gimana dok? apa dokter memperpanjang kontrak untuk model promosi itu lagi? " tanya sus Mia penasaran.
" Iya. " jawab Edo mengangguk.
" Itu bagus dok, dokter benar benar sangat cocok dengan pekerjaan itu. " puji dokter wanita itu.
" Terima kasih dok. " jawab Edo tertawa.
" Wajahmu terlihat sangat pucat di banner itu, hampir seperti mayat. " ejek Iyan.
" Dok! " ucap Sus Mia yang langsung menyenggolnya.
Tiba tiba salah satu dokter senior yang pernah bertukar sif dengan Edo datang menghampiri mereka.
" Selamat Dr.Edo. " ucap dokter itu.
" Terima kasih dok. " jawab Edo tersenyum.
Sementara Iyan dan Sus Mia terlihat tidak suka dengan kedatangan dokter senior itu.
" Kenapa dokter tidak berhenti saja dari pekerjaan ini, kemudian menjadi seorang aktor? " ucap dokter senior itu.
Iyan dan Sus Mia langsung kaget mendengarnya.
" Tapi bagaimanapun, saya tetap mempercayakan kesuksesan rumah sakit ini pada dokter. " ucapnya lagi, kemudian langsung berlalu pergi.
Edo tidak menanggapinya, karena menurutnya itu hal yang tidak penting.
" Dialah yang seharusnya menjadi seorang aktor. " ucap Sus Mia kesal.
" Dok! apa dokter nggak tersinggung dengan ucapan dokter senior itu? " tanya Sus Mia heran.
" Dr.Edo nggak perlu melakukan apapun, dokter itu hanya iri saja dengan Dr.Edo. karena lebih muda, lebih baik dalam bekerja, lebih tampan dan memili tanggung jawab yang tinggi. " ucap dokter wanita itu berpendapat.
" Makanya banyak yang iri dengan Dr.Edo, tapi jangan di ambil hati dok. mereka nggak penting, dokter tetap yang terbaik. selamat. " lanjutnya lagi.
" Terima kasih dok atas pujiannya. " jawab Edo senang.
" Kalau begitu saya pamit dulu, masih ada pekerjaan lain. " ucap dokter itu pergi.
" Iya dok. " jawab mereka.
Edo dan dua sahabatnya itu pun langsung menuju tempat istirahat para dokter, untuk membahas beberapa kasus kesehatan.
###NEXT###