Rumah tangga Candramaya dan Krisna mulai ditimpa badai, saat Krisna mengalami kecelakaan hingga membuatnya lumpuh dan kehilangan pekerjaan.
Candramaya terpaksa menjalani tugas sebagai tulang punggung keluarga. Untung saja Candramaya mempunyai pekerjaan di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis retail, sehingga urusan keuangan keluarganya sementara masih bisa ia handle.
Masalah mulai muncul, ketika Candramaya dipertemukan kembali dengan Alvin, cinta pertamanya di masa SMA yang kini menjadi bos baru di kantor dia bekerja. Tanpa Candramaya sangka, ternyata Alvin masih memendam rasa cinta kepadanya.
Akankah Candramaya bertahan dengan cintanya pada Krisna, atau dia justru terbuai oleh kisah masa lalunya dengan Alvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Biar Banyak Uang
Krisna jenuh hanya berada di dalam kamar. Setelah Rangga pulang sekolah, dia meminta Ayuning membantunya pindah ke kursi roda. Dia ingin melakukan aktivitas agar tidak bosan hanya makan dan tidur saja di rumah.
Krisna membantu Rangga menganti pakaian sementara Ayuning menyiapkan makan untuk mereka makan siang.
"Tadi di sekolah belajar apa aja, Nak?" tanya Krisna pada putranya.
"Belajar berhitung, Pa. Pa, Rangga udah bisa baca sekarang, lho." Rangga dengan bangga mengatakan jika dirinya sudah bisa mengenal huruf dan mengejanya menjadi kata-kata yang benar diucapkan.
"Oh ya? Pintar dong, anak Papa." Krisna mengusap kepala Rangga dengan rasa bangga.
"Iya, kata Bu Jenny, Rangga pintar udah bisa baca." Rangga menceritakan pengakuan gurunya yang mengagumi dirinya bisa membaca dengan baik.
"Bu guru bilang gitu?" Krisna melihat aura bahagia di wajah Rangga atas pengakuan ibu gurunya.
"Iya, Pa." Dengan cepat Rangga menganggukkan kepala. "Nanti Rangga dikasih hadiah nggak, Pa? Rangga 'kan udah bisa baca." Rangga mengharapkan diberi reward dari orang tuanya atas prestasinya itu.
"Memangnya Rangga mau dikasih hadiah apa?" Krisna bertanya apa yang diminta oleh anaknya.
"Lego, Pa." Rangga menyebut apa yang diinginkannya.
"Lego? Lego Rangga 'kan udah banyak." Lego adalah mainan terbanyak yang dimiliki Rangga dibandingkan mainan lainnya. Jika pergi ke toko mainan, hanya lego, mainan yang diincar oleh Rangga. Dari yang harganya lima belas ribu sampai yang seharga tiga ratus ribu.
"Ada yang baru lagi, Pa. Rangga mau beli." Rangga merasa koleksi legonya belum lengkap.
"Rangga, Rangga tahu Papa sekarang nggak kerja, kan? Papa nggak punya uang buat beli Lego untuk kado Rangga." Krisna mencoba memberi pengertian putranya, agar tidak menuntut dibelikan hal yang tidak penting di tengah kondisi keuangan orang tuanya saat ini.
"Mama 'kan kerja, Pa." Rangga masih belum mengerti tentang masalah keuangan rumah tangga orangnya. Papanya yang tidak bekerja sangat mempengaruhi ekonomi keluarga mereka.
"Rangga nggak kasihan Mama capek kerja sendirian? Dulu waktu Papa masih kerja, Papa dapat uang, Mama dapat uang. Uang dikumpulin, ada yang buat makan, buat nabung. buat beli mainan Rangga. Sekarang Papa nggak kerja, uang gaji Mama abis buat makan, buat Papa berobat juga. Kalau uang mama buat beli Lego, nanti kita makan apa?" Krisna memberi penjelasan panjang lebar pada Rangga agar anaknya itu mengerti.
"Tahun depan Rangga juga masuk sekolah SD, kan? Mama harus ngumpulin uang buat Rangga masuk sekolah tahun depan." Rangga sangat bersemangat ingin memakai seragam merah putih, sehingga Krisna menjadikan itu alasan agar Rangga tidak menuntut dibelikan mainan olehnya.
"Papa kenapa nggak kerja lagi aja? Biar kita punya yang banyak." Rangga menyarankan papanya untuk kembali bekerja agar semua kebutuhannya bisa terpenuhi seperti dulu.
Senyum tipis terkulum di sudut bibir Krisna mendengar permintaan anaknya. Seandainya bisa, dia pun ingin mencari nafkah untuk keluarganya. Tapi, saat ini dirinya masih bergelut dengan cidera di kakinya akibat kecelakaan.
"Papa juga nanti akan kerja kalau Papa sudah sembuh dan bisa jalan lagi. Sekarang Papa belum bisa jalan, Papa mau kerja apa?" Krisna menjawab pertanyaan Rangga.
"Kalau gitu Lego aku dijual aja, kalau Papa nggak punya uang, biar kita punya uang lagi." Rangga merelakan mainannya dijual agar orang tuanya mempunyai uang lagi.
Krisna terkekeh mendengar ucapan polos sang anak. Ternyata di usianya yang belum genap enam tahun, Rangga mulai menunjukkan keperdulian pada kondisi ekonomi orang tuanya setelah diberi penjelasan.
***
Candramaya memperhatikan story wh4tsapp beberapa teman di kontaknya. Beberapa dari mereka ada yang memasang story hang out, makan-makan bersama keluarga atau healing bersama teman-teman.
Candramaya menghela nafas yang terasa berat ia hirup saat melihat kebahagiaan yang dishare teman-temannya dalam story Wh4sapp. Dulu, dia pun sering melakukan itu bersama keluarga atau dengan temannya. Kumpul bareng sambil makan-makan, berbagi jatah mentraktir teman-teman. Sekarang? Rasanya sayang sekali untuk membuang-buang uang untuk bersenang-senang. Lebih baik diirit untuk keperluan kebutuhan keluarga lainnya.
"Mohon perhatiannya sebentar, please!" Suara Sherly terdengar dari pintu ruangan Pak Thomas, pimpinan divisi marketing. Membuat karyawan yang ada di ruangan itu menoleh padanya.
"Pak Thomas mengundang kita untuk makan-makan merayakan ultah Pak Thomas di rumahnya malam Minggu nanti." Sherly, wakil Pak Thomas, memberitahukan soal undangan Pak Thomas pada semua anak buahnya di divisi marketing.
"Pak Thomas berharap semua bisa hadir, karena tahun depan beliau akan pensiun dan ultah beliau kali ini adalah ultah terakhir beliau menjabat sebagai pimpinan di marketing," sambung Sherly, menyampaikan pesan dari Pak Thomas.
"Siap, Bu Sherly. Kalau acara makan-makan sih kita siap aja," jawab Ela. Diikuti rekan-rekan marketing lainnya
"Oh ya, May. Pak Thomas minta kamu yang memandu acara nanti." Sherly juga memberitahu tugas Candramaya di acara Pak Thomas.
"Oke, Bu. Siap!" jawab Candramaya.
Setelah mengumumkan undangan Pak Thomas, Sherly kembali ke ruangannya.
"Nanti kamu aku jemput saja, May. Kita sama-sama ke rumah Pak Thomas." Diana mengajak Candramaya pergi bersama.
"Oke, Dy," sahut Candramaya. "Pak Thomas memang jadi resign-nya, ya?" tanyanya kemudian.
"Jadilah, makanya Pak Thomas minta kita kumpul di ultahnya tahun ini," jawab Diana.
"Kita pasti akan kehilangan nanti, Dy."
Selama ini Pak Thomas dikenal sebagai pimpinan yang profesional, bijaksana, pengertian kepada seluruh karyawannya. Karena itu tak heran jika Pak Thomas tak lagi bertugas sebagai pimpinan tertinggi di divisi marketing, semua karyawan di sana akan merasa kehilangan, termasuk Candramaya.
"Iya, May. Semoga pengganti Pak Thomas 11 12 sama Pak Thomas. Bukan bos yang sok ngatur, selalu menyalahkan karyawan dan nggak peka terhadap karyawan." Diana melambungkan harapan agar bos yang akan datang bijaksana dalam mengambil keputusan dan membuat karyawan merasa nyaman.
*
*
*
Bersambung ....
Ada nama Kirana muncul...typo ya thor😃
Maya sekarang udah berkeluarga dan bahagia bersama keluarga kecilnya
terus semangaaaat mom zha terus berkarya💪