Ivy Cecilia, seorang perawat yang bertugas di salah satu rumah sakit harus rela kehilangan sang suami dalam kecelakaan tunggal saat pulang dari rumah sakit. Pesan terakhir suaminya adalah jasadnya harus dikebumikan di tanah kelahirannya, Tondo, di negara Filipina. Demi rasa cintanya, Ivy pun menyanggupi. Dengan membawa dua anak mereka yang masih kecil, Ivy mengurus keberangkatannya membawa jenazah suaminya ke Filipina. Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ivi berniat tindak lama di sana. Selesai misa pemakaman Ivi akan kembali ke Indonesia.
Namun, yang menanti Ivy di sana bukanlah sesuatu yang mudah. Bukanlah pertemuan dengan keluarga mertua yang seperti biasa. Kegelapan, darah, amarah, dan jebakan paling menyiksa sepanjang hidupnya sudah menanti Ivy di Tondo, Filipina.
Apakah Ivy berhasil melalui itu semua dan kembali ke Indonesia?
ataukah Ivy terjebak di sana seumur hidupnya?
Ayo, temani Ivy berpetualang di negeri seberang, Filipina, melaksanakan pesan terakhir mendiang suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Akhirnya Menghubungi Bella
Ivy mencium kening Aiden. Dia mengamati wajah putra semata wayangnya yang sedang terlelap tidur. Matanya, keningnya, bibirnya sangat mirip dengan Rafael. Itu artinya Aiden juga sangat mirip dengan Lukas. Hmmm, Lukas.
Apa lelaki itu sudah tidur atau malah mabuk-mabukan (Ivy).
Mengingat Lukas membuat Ivy teringat tiga harinya di Cebu bersama Lukas.
Bisa-bisanya aku harus sekamar dengan lelaki itu (Ivy)
Ivy mengingat detail demi detail yang dia dan Lukas lalui di Cebu. Ketika Ivy coba merangkum semuanya, Ivy menyadari dia melalui hari-hari yang indah bersama Lukas. Awalnya sebelum tiba di Cebu dia berpikir tiga harinya akan seperti neraka bersama "mode pesawat"nya Lukas, tapi Ivy salah. Ivy menyadari di Cebu dia banyak tersenyum. Lukas sangat memanjakannya. Bahkan, beberapa kali Ivy mendengar Lukas berbicara dengan orang seperti sangat membanggakan 'istrinya'.
Eh, ada apa dengan otakku ini. Kenapa juga dengan bibirku harus tersenyum ketika mengingat lelaki itu. Sepertinya ada yang salah dengan otak dan bibirku (Ivy).
Ivy mencoba mengenyahkan pikiran tentang Lukas. Dia teringat goodie bag yang Lukas berikan tadi.
Hp. Mana hp ku tadi (Ivy)
Ivy mengambil goodie bag , menggeluarkan dusnya, dan ini dia. Benda yang sangat diinginkan Ivy. Ivy menelan tombol ON. Ternyata di dalamnya sudah ada SIM card. Ivy melakukan beberapa penyetelan di hp baru nya itu.
Ivy mengambil hp lamanya dari tas. Dia mencari nomor telpon Bella. Nomor itu disimpan di hp barunya.
Ivy melirik jam kecil di nakas, pukul 22.00. Di Jakarta sudah pukul 23.00.
Mudah-mudahan Bella belum tidur (Ivy)
Ivy menekan tombol panggil. Keterangan "ringing" muncul yang artinya hp Bella aktif. Panggilan pertama terlewatkan. Bella tidak menjawab. Ivy mencoba lagi. Ivy sudah mulai putus asa. Panggilan keenam terlewatkan lagi.
Mungkin Bella sudah tidur. Akan kucoba besok lagi (Ivy).
Tepat saat hendak mematikan hp nya, Bella menelpon balik.
"Ha, Bella menelpon," Ivy kegirangan tiada duanya. Segera dia menekan "jawab" di hp nya.
"Halo," suara Bella terdengar.
Hati Ivy melonjak mendengar suara sahabatnya yang sangat ingin ia dengar itu hingga dia hampir tak bisa berkata-kata.
"Halo, siapa ini?," suara Bella terdengar lagi.
"Ha.. Ha.. Halo, Bel. Ini aku, Ivy,"
"Ivy? Astaga! Ivy? Ini beneran kamu? Ivy kamu dimana? Ivy kamu baik-baik saja? Ivy Aiden mana?,"
"Bell, aku merindukanmu," Ivy tak kuasa membendung rasa di hatinya ketika bisa berbicara dengan Bella. Dia mulai menangis.
"Ivy, aku juga sangat merindukanmu. Kamu dimana Ivy? Kenapa tidak memberi kabar?," suara Bella juga bergetar.
"Aku masih di Tondo, Bell. Banyak yang terjadi di sini yang tidak pernah aku pikirkan,"
"Ada apa? Apa yang terjadi di sana, Iv?,"
"Banyak Bell. Aku dan Aiden ingin pulang Indonesia,"
"Pulang Iv. Kami sangat ingin melihatmu dan Aiden. Bi Rahmi setiap hari ke rumah berharap kamu sudah pulang. Keluargamu bolak balik menghubungiku berharap aku sudah ada kabar tentangmu. Pulang Iv," Bella mulai menangis.
Ivy juga mulai menangis,
"Aku sangat ingin pulang, Bell. Tapi ini tidak mudah. Keluarga Rafael ternyata bukan orang biasa di sini,"
"Bukan orang biasa maksudnya bagaimana, Iv?,"
"Mereka punya power mengalahkan pemerintah di sini. Ibunya tidak mengizinkan aku dan Aiden balik ke Indonesia,"
"Oh my God, bagaimana mungkin, Iv,"
"Iya, Bell. Aku sudah dua kali coba melarikan diri dari sini tapi selalu gagal. Hari kedua saja di sini aku dan Aiden harus berhadapan dengan penculik,"
"Hah?? Iv, kamu masih di belahan dunia yang ada di peta, kan? Dari ceritamu aku membayangkan kamu seperti ada di dunia lain,"
"Memang lain, Iv. Semuanya jauh berbeda dari Indonesia. Dan kau tahu Bell," Ivy menarik napas, "Rafael ternyata punya kembaran di sini,"
"What ?? Ivy, please, katakan tepatnya kamu di mana, aku akan membujuk Andre untuk mengizinkan aku ke Tondo,"
"Jangan datang sendiri ke sini, Bell. Aku takut kamu kenapa-kenapa,"
"Ivy, apapun yang terjadi aku akan tetap ke Tondo untuk membawamu dan Aiden pulang,"
"Aku akan mencari cara. Setidaknya aku sudah ada hp untuk berkomunikasi denganmu. Aku akan mengirim chat dan menelpon mu setiap hari,"
"Ivy, aku mendoakan keselamatan mu di sana. Kabari tiap hari. Jangan hilang kabar lagi,"
"Pasti, Bell. Aku akan menelpon mu lagi besok saat ada lowong. Karna kalau sampai mereka tahu aku menghubungi mu, hp ini bisa diambil dan aku akan semakin lama terpisah dari Indonesia,"
"Iya. Aku menunggu telpon mu besok, Iv,"
Dengan berat hati mereka berdua harus mengakhiri pembicaraan.
Ivy menangis sesegukan. Luapan hatinya betapa senangnya dia bisa berbicara dengan Bella.
