Nostalgia Generasi Kedua Bersama Trio Rusuh
Mike Cahill, Abimanyu Giandra dan Edward Blair adalah sahabat berdasarkan pertemuan yang agak Membagongkan. Mike dan Edward adalah saudara ipar sementara Abimanyu sahabat Stephen Blair, adik Edward.
Cerita ini cerita komedi unfaedah dan nantinya akan berlanjut ke Vivienne Neville dan Jammie Arata ( edisi revisi ).
Novel ini akan up tergantung wangsit ya jadi bisa tidak setiap hari up. Kan ceritanya nostalgia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Terlalu Bar-bar
Jammie hanya bisa manyun sambil mengusap-usap bahunya yang semakin memar akibat pukulan Vivienne. Lama-lama lenganku besar sebelah akibat bengkak.
Pria itu segera menyusul nonanya yang sedang merajuk apalagi ketiga saudara perempuannya mengompori dirinya.
"Kejar sana, J! Vivi memang manja pada dasarnya," kekeh Alexa.
"Jammie, ini aku kasih obat salep untuk memar di lenganmu. Aku selalu membawanya berjaga-jaga jika ada orang yang dihajar oleh adikku satu itu!" ucap Nabila sambil menyerahkan salep kepada Jammie.
"Terimakasih nona Nabila," jawab Jammie.
"Kamu kalau kesal sama adikku, banting saja tidak apa-apa" sahut Yuna cuek yang mendapat pelototan Nabila dan Alexa. "What? Kan memang sekali-sekali anak itu dikasih pelajaran."
"Jammie nggak mungkin banting Vivienne!" hardik Alexa.
"Why not ( kenapa tidak) ?" sahut Yuna.
"Memang kamu yang hobi banting Edward?" cebik Nabila.
"Sudah, kamu kejar Vivi soalnya hanya kamu yang bisa menghandle anak itu sekarang," bujuk Alexa. Kalau menunggu Nabila dan Yuna akur itu sama saja menunggu ayam jantan bertelur.
***
Vivienne berjalan di sekitar halaman belakang mansion Al Jordan yang luas. Melihat keempat kakaknya menikah dengan pria-pria kaya, membuat Vivienne menjadi malas jika harus menikah dengan orang kaya lagi.
Kebanyakan duit bikin bingung, nggak ada duit lebih bingung lagi. Apalagi black card masih ditahan papa.
Vivienne sendiri bukan tipe cewek matre kecuali soal black card tapi dia tidak terlalu ribet soal barang branded. Dia sendiri lebih suka beli barang diskon yang penting nyaman dan memang seleranya.
Mengingat ucapan kakaknya kalau dia naksir Jammie sepertinya mustahil bin mustahal sebab dia merasa Jammie sebagai salah satu miliknya yang tidak boleh orang lain punya.
Kayaknya kumat deh penyakit posesif kepemilikan barangnya.
"Woooiiii! Ngelamun Vivet!"
Vivienne memutar mata malas bertemu dengan kakak durjananya.
"Apaan sih kak Brandon?" ucap Vivienne sambil manyun.
"Kamu kenapa Blue?" tanya Sean. Kini kedua cowok antik itu menghela adik perempuannya itu ke sebuah kursi taman.
"Kusut nampak? Kenapa? Kamu gatal pengen banting orang? Lha tuh Jammie apa kabar? Kenapa nggak kamu banting saja? Saingan tar sama Edward!" gelak Brandon.
"Iisshhhh, kalau bang Edward mah emang doyan dibanting sama mbak Yuna. Katanya sekalian posisi woman on top!" cengir Vivienne dengan cueknya.
Brandon dan Sean melongo. "Kok kamu tahu posisi begitu?"
"Tahulah! Biarpun aku baru 17 tahun bukan berarti aku polos-polos banget. Mau posisi model apa, aku tahu!"
"Astagaaaaa!" seru Sean dan Brandon bersamaan.
"Kamu buka situs por*no ya?" selidik Sean ke Vivienne.
"Eh aku nggak separah itu bang! Waktu kuliah kemarin ada temen kelas membawa buku kama sutra dan disana disebut posisi hubungan gitu. Ternyata namanya macem macem ya. Kalau bang Sean dan kak Brandon posisinya apa?" cengir Vivienne yang sukses mendapatkan sentilan di dahinya.
"Kamu nggak usah ngebayangin kita, bambaaaaannggg!" hardik Brandon.
"Kamu masih di bawah umur! Pokoknya bang Sean nggak mau tahu kamu jangan berteman dengan temanmu itu!" Sean memeluk Vivienne. "Abang nggak mau kamu tercemar."
"Ini aja udah tercemar sama kalian!" gelaknya.
"Kampret nih bocah!" umpat Brandon sambil memeluk adiknya gemas.
"Makasih ya kakak-kakakku yang aneh," senyum Vivienne.
"Kenapa? Kamu galau ya?" goda Sean usai berpelukan ala Teletubbies.
"Apa soal Jammie?" tembak Brandon.
Vivienne hanya mengembuskan napas panjang. "Tadi mbak Nabila bilang aku cemburu lihat Jammie ngobrol dengan banyak cewek. Kalian berdua lihat sendiri kan bagaimana Jammie hari ini? Beda banget sama Jammie sehari-hari."
"Ya memang sih Jammie memang menarik" komentar Brandon.
"Apa menurut kalian, aku itu termasuk pada pasal naksir Jammie?" tanya Vivienne.
"Iya!" seru Brandon dan Sean bersamaan.
"Astaghfirullah!" Vivienne memegang dadanya terkejut.
"Kalau Jammie memang jodohmu, mau gimana?" tanya Sean.
"Papa mama gimana bang?"
Sean menatap Vivienne. "Memang Oom Alex dan Tante Adinda kenapa? Nggak setuju? Kayaknya aku kok meragukan kalau mereka tidak setuju soalnya satu-satunya orang yang mampu menghadapi kamu selain kita-kita yang keluarga, cuma Jammie seorang. Jammie doang yang ikhlas kamu jotos. Jammie doang yang mampu membuat kamu blingsatan."
"Kamu takut apa? Look, Vivet, kamu jangan insecure begitu dong. Kamu cari pasangan yang gimana? Mau kayak kakak perempuan kamu yang semuanya mendapatkan pria kaya?" tanya Brandon.
"No. Aku hanya mau menikah dengan pria yang menerima aku apa adanya, yang ikhlas aku hajar kalau aku kesal ...." Vivienne menghentikan bicaranya ketika Brandon dan Sean melotot mendengar keinginan gadis itu.
"Vet, suami itu bukan samsak yang bebas kamu hajar seenaknya kalau kamu marah. Kurangi lah jiwa bar-bar mu. Jammie sendiri pun akan merasa jengah jika kamu tidak merubah sikapmu," nasehat Brandon.
"Jadilah perempuan yang lebih anggun Blue. Being bar-bar itu memang itu karakter mu tapi suatu saat kamu akan menikah, menjadi istri, menjadi ibu. Apa kamu mau punya anak yang meniru gayamu yang bar-bar." Sean memeluk Vivienne.
"Jika kamu benar-benar sayang dengan Jammie, kurangi lah kebiasaan memukul Jammie."
Vivienne mengangguk.
***
Jammie yang hendak menghampiri Vivienne hanya bisa terpaku disana. Pria itu mendengarkan semua nasihat yang diberikan oleh kedua kakak lelakinya yang meskipun tidak ada hubungan darah, Sean dan Brandon telah dianggap sebagai bagian keluarga Pratomo.
Jadi benar ya nona Vivienne suka padaku. Hati Jammie menghangat ketika tahu nona mudanya suka padanya.
Jammie sendiri tidak berani berharap akan perasaan Vivienne kepadanya karena dia sendiri juga tidak berani menghadap Alex Neville dan Adinda Pratomo Neville. Apalagi Vivienne baru berusia 17 tahun.
Tampaknya aku harus menunggu lebih lama lagi agar tuan Alex dan nyonya Adinda mengakui bahwa aku pantas menjadi bagian keluarga mereka. Namun jika di tengah jalan nona Vivienne menemukan pria yang lebih baik dari aku, aku putuskan mundur.
Jammie pun berbalik dan melihat Alex Reeves, Edward Blair dan Mike Cahill sedang berjalan ke arah tempat minuman.
"Jammie! Ayo kita minum!" ajak Edward.
"Tapi saya tidak minum alkohol," jawab Jammie.
"Siapa juga yang mau minum alkohol? Aku lagi cari juice atau soda atau kopi yang penting menghilangkan rasa minyak di nasi kambing," sahut Mike.
Jammie tersenyum mengingat soal nasi kambing.
"Lha dia malah senyam senyum nggak jelas!" cebik Alex.
"Kayaknya keseringan dipukul sama Vivienne, jadi mlengse otaknya," sahut Edward.
"Tapi Vivienne tidak pernah memukul kepala Jammie sih, selalu bahu," ujar Mike.
"Saya baik-baik saja kok tuan-tuan. Hanya saja tadi saya teringat kelakuan nona Vivienne," cengir Jammie.
"Apa itu?"
"Bilang ngidam nasi kambing karena hamil anak saya," kekeh Jammie cuek.
Ketiga pria itu melongo.
"AAAPPAA?!"
***
Yuhuuu Up Malam Yaaaa gaaeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
nanti gen 3 ada yg ajaib bin merakyat lg gak y?