Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.
"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"
"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."
"Mari kita menikah?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
malam pertama.
Setelah acara makan-makan sederhana usai, satu per satu tamu berpamitan, kembali ke tujuan masing-masing, hingga hanya tersisa Laura dan Kody di vila yang mulai sepi.
Senja mulai merayap, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu, membuat Laura merasa sedikit lelah setelah seharian beraktivitas.
Di kamar yang terasa sunyi, Laura membersihkan riasannya dengan gerakan perlahan, lalu ingin bergegas menuju kamar mandi.
Saat hendak melangkah ke kamar mandi, Kody tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
Suara pintu yang berderit pelan membuat Laura menoleh.
Kody tampak masuk dengan membawa laptopnya, ekspresinya serius namun lelah.
Keduanya saling bertatapan. Mata Laura menangkap guratan halus di sekitar mata Kody, pertanda pria itu kurang tidur.
Keheningan sesaat menyelimuti mereka, hingga Kody membuka percakapan dengan suara berat namun lembut.
"Besok kita akan kembali ke London. Istirahatlah lebih awal agar besok kau tidak terlalu lelah," ucap Kody, lalu berjalan menuju sofa yang ada di kamar. Jemarinya lincah mengetik di atas laptop, memeriksa pekerjaannya yang seolah tak ada habisnya.
Laura masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintu dengan perlahan.
Di bawah pancuran air hangat, ia menatap tubuhnya yang polos di cermin.
Perutnya terlihat sedikit membuncit, tanda kehidupan baru yang sedang tumbuh di dalam dirinya.
Ia mengusap perutnya dengan lembut, senyum tipis menghiasi bibirnya.
Laura merasa kehamilannya tidak terlalu mengganggunya. Ia bahkan tidak mengalami mual di pagi hari seperti ibu hamil lainnya.
Hal itu membuatnya merasa lega dan bersyukur. "Terima kasih, sayang," bisiknya pada sang buah hati.
*
Setelah selesai mandi, Laura mengeringkan tubuhnya dan mengganti pakaian di kamar mandi.
Ia tahu Kody masih berada di dalam kamar, dan ia merasa sedikit canggung harus berganti pakaian di depannya, meskipun mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Namun, tetap saja ada rasa malu yang menggelitik hatinya.
Laura memilih gaun tidur tipis berbahan sutra berwarna krem yang lembut. Kain itu terasa dingin dan halus di kulitnya.
Pakaian itu sedikit terbuka di bagian dada, namun ia tetap memakainya karena ini adalah pemberian Connie.
Saat kelua dari kamar mandi, ia melihat Kody berdiri di dekat jendela, merentangkan tubuhnya seolah melepaskan penat.
Cahaya senja yang masuk dari jendela menerangi wajahnya, menonjolkan garis rahangnya yang tegas.
Keduanya kembali berpandangan, menciptakan suasana canggung namun penuh kerinduan di kamar itu. Jantung Laura berdegup lebih kencang dari biasanya.
Laura perlahan berjalan ke arah ranjang dan berbaring di bawah selimut.
Ia merasakan kelembutan kain itu membelai kulitnya. Matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang jauh.
Sedangkan Kody berjalan menuju kamar mandi, membuka kemejanya dengan gerakan cepat.
Ia ingin segera membersihkan diri dan beristirahat. Tubuhnya terasa lelah dan lengket.
*
Tak butuh waktu lama, Kody selesai mandi. Ia keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk putih yang melilit di pinggangnya, memperlihatkan otot-otot perutnya yang terbentuk sempurna.
Laura, yang saat itu sedang berbaring di ranjang, tanpa sengaja melihat tubuh Kody yang begitu menggoda sehabis mandi.
Setetes air masih terlihat menetes dari rambutnya yang basah, menambah kesan sensual pada pria itu.
Ia pun menelan ludah saat Kody dengan santai melewati ranjang menuju lemari dan mengambil pakaiannya.
Kody tampak sengaja mengganti pakaian di depan Laura yang masih berbaring di ranjang.
Ia membuka lemari, memilih kaos dan celana tidur dengan gerakan yang tenang namun memikat.
Laura dengan cepat memalingkan wajahnya saat melihat Kody membuka handuk yang melilit di pinggangnya. Jantungnya berdegup kencang, pipinya terasa panas.
"Oh, Gosh... apa dia sengaja?" batin Laura, mencoba menenangkan dirinya.
Laura membalikkan tubuhnya, membelakangi Kody. Ia mencoba mengalihkan pikirannya, namun bayangan tubuh Kody yang atletis terus menghantuinya.
Aroma sabun dan maskulinitas Kody memenuhi udara, membuat Laura semakin gugup.
Kody tersenyum tipis saat melihat tingkah Laura yang canggung dan gugup.
Ia tahu Laura berusaha menghindarinya, namun ia juga bisa merasakan ketertarikan yang tersembunyi di balik sikap malu-malu itu.
Namun, bayangan tubuh Laura yang hanya memakai gaun tidur tipis tadi membuat Kody tak bisa menahan gairahnya.
Ia tidak bisa melupakan lekuk tubuh Laura yang indah, kulitnya yang halus, dan aroma tubuhnya yang memabukkan.
Dengan langkah pelan, ia berjalan mendekati Laura di ranjang.
Ia pun ikut berbaring mendekat dengan Laura yang membelakanginya.
Dengan perlahan, tangan Kody mulai menyentuh perut Laura dari belakang. Sentuhan lembut itu terasa hangat dan menggelitik di kulit Laura.
Sontak, Laura terkejut dengan sentuhan tangan Kody di perutnya dari belakang. Ia merasakan aliran listrik menjalar ke seluruh tubuhnya.
Laura bisa merasakan napas berat Kody yang berada di belakang telinganya dan leher belakangnya.
Aroma tubuh Kody semakin kuat, membuat Laura semakin kehilangan kendali.
Tubuh Laura merinding dengan sentuhan lembut dari Kody. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Ia ingin menjauh, namun ia juga tidak bisa menolak sentuhan Kody yang begitu memabukkan.
"Kody, apa yang kau lakukan?" ucap Laura pelan, suaranya bergetar. Ia merasa tubuhnya bereaksi berbeda saat Kody menyentuhnya.
Sensasi aneh dan menyenangkan menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Kau sengaja memakai pakaian tipis ini untuk menggoda ku," bisik Kody dengan suara serak, napasnya menerpa leher Laura.
"Apa? Menggoda? Ini hanya baju tidur. Dan Connie yang memberikannya padaku tadi," ucap Laura tak terima, meskipun jantungnya berdegup kencang.
Namun, tangan Kody yang mengelus perutnya perlahan naik dan membelai salah satu bukit kembar Laura dengan lembut.
Sentuhan itu begitu lembut namun membangkitkan gairah yang terpendam dalam diri Laura.
"Hmph," ucap Laura tanpa sadar, menikmati sentuhan Kody.
Kody mulai menciumi tengkuk leher Laura dan juga menggigit pelan telinga Laura.
Sensasi geli dan nikmat bercampur menjadi satu, membuat Laura semakin kehilangan kendali.
"T-tunggu... Kau bilang kita harus istirahat lebih awal agar tidak..." Belum selesai Laura menyelesaikan ucapannya, Kody langsung melumat bibir Laura dengan lembut dan dalam.
Ciuman itu begitu bergairah hingga membuat Laura lupa akan segala rencana dan kekhawatirannya.
Laura yang awalnya menolak, akhirnya perlahan membalas ciuman Kody yang semakin bergairah.
Ia merasakan lidah Kody bermain di dalam mulutnya, menjelajahi setiap sudut dan celah.
"Ughh... Cup... Hmph... Haa... Kody... T-tunggu," ucap Laura di sela-sela ciuman, saat tangan Kody mulai meraba area sensitifnya. Sentuhan itu begitu memabukkan hingga membuat Laura merinding.
"Kau tak ingin? Ini malam pertama kita menjadi suami istri," tanya Kody, menatap Laura dengan wajah penuh gairah. Matanya yang tajam seolah menghipnotis Laura, membuatnya tak bisa menolak.
Laura menatap mata tajam Kody yang begitu memikatnya. Ia tak bisa menolak pesona pria yang sekarang sudah menjadi suaminya.
Ada kerinduan yang mendalam di matanya, kerinduan akan sentuhan dan keintiman yang sudah lama tidak ia rasakan.
"Lakukan dengan pelan," ucap Laura setengah berbisik, menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Kody.
Mendengar ucapan Laura, Kody kembali mencium bibir seksi Laura dengan lembut dan bergairah.
Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Laura, memastikan bahwa ia merasa nyaman dan bahagia.
Dengan cepat, ia membuat Laura mendesah dengan belaian yang ia lakukan di area sensitif Laura.
Sentuhan itu begitu tepat sasaran hingga membuat Laura melupakan segala kekhawatiran dan hanya fokus pada kenikmatan yang ia rasakan.
Lenguhan indah dari bibir Laura membuat Kody semakin bergairah.
Kody dengan perlahan menyatukan "Jaguar"-nya dengan milik Laura.
Ia melakukannya dengan hati-hati, memastikan bahwa Laura dan sang bayi di perut Laura merasa nyaman.
"Aaargh..." ucap Laura saat Kody mulai menggerakkan pinggangnya. Sensasi penuh dan nikmat menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Sakit?" tanya Kody khawatir.
Laura menggelengkan kepalanya, ia menutup kedua matanya, merasakan nikmat yang sudah lama ia rindukan.
Sentuhan dari Kody membuatnya melayang dan merasakan kenikmatan yang luar biasa.
Hingga beberapa lama kemudian, Kody dan Laura mencapai puncak kepuasan bersama.
Tubuh mereka bergetar hebat, dan mereka saling berpelukan erat.
Dengan napas terengah-engah, keduanya berbaring bersebelahan.
Kody menatap Laura yang ada di sampingnya, wajahnya memerah dan rambutnya berantakan. Tak lama, ia mencium kening Laura dengan lembut.
"Istirahatlah," ucap Kody lembut, membawa tubuh Laura ke dalam dekapannya.
Laura tak lama tertidur karena merasa nyaman berada dalam dekapan Kody malam itu.
Setelah itu, Kody pun menyusul tertidur karena lelah dengan acara pernikahan mereka dan malam pertama mereka menjadi suami istri yang begitu bergairah. Ia memeluk Laura erat, seolah tak ingin melepaskannya.