NovelToon NovelToon
Maverick Obsession

Maverick Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Obsesi / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Oveleaa_

Maura seorang asisten pribadi, mendapati dirinya terperangkap dalam hubungan rumit dengan atasannya, Marvel-seorang CEO muda yang ambisius dan obsesif. Ketika Marvel menunjukkan obsesi terhadap dirinya, Maura terperangkap dalam hubungan terlarang yang membuatnya dihadapkan pada dilema besar.

Masalah semakin pelik ketika Marvel, yang berencana bertunangan dengan kekasihnya, tetap enggan melepaskan Maura dari hidupnya. Di tengah tekanan ini, Maura harus berjuang mempertahankan batas antara pekerjaan dan perasaan, sekaligus meyakinkan keluarganya bahwa hubungannya dengan Marvel hanyalah sebatas atasan dan bawahan.

Namun, seberapa lama Maura mampu bertahan di tengah hasrat, penyesalan, dan rahasia yang membayangi hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oveleaa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Marvel menyatukan jemari tangannya yang dipenuhi tato, lalu meletakkan di bawah dagu dengan siku bertumpu pada lutut. Sorot matanya tidak lepas dari pintu utama apartemen Maura. Sesekali desahan kasar terdengar. Entah sudah berapa lama ia duduk di ruang tamu, menunggu wanita itu pulang.

Ponsel Maura tidak bisa dihubungi, GPS dimatikan, dan sepertinya ia belum pulang karena mobilnya tidak ada di basement tempat biasanya terparkir. Beberapa menit kemudian terdengar ponsel di atas meja berdering. Marvel segera mengangkat panggilan tersebut.

"Mobilnya ada di kantor?" Keningnya mengerut mendengar laporan dari seberang.

"Bagaimana bisa ponselnya tergeletak di jalanan?"

Ia nyaris berteriak, meraup wajahnya frustasi. Tidak habis pikir dengan kelakuan Maura yang semakin hari semakin menyusahkan. Akhir-akhir ini wanita itu gemar melawan, mengatur, bahkan berani menolaknya dengan berbagai alasan. Sekarang sudah cukup, terlalu kekanak-kanakan jika dibiarkan. Ia tidak memiliki waktu untuk mengurus hal-hal konyol semacam ini.

"Lacak semua CCTV di jalanan dan temukan dia sebelum matahari terbit!"

Tut!

Ia memutus sambungan telepon. Jari-jarinya mencengkeram ponsel tersebut seolah itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk menahan diri dari ledakan amarah yang kedua kalinya.

Dua kemungkinan yang terus bersarang di benaknya; wanita itu diculik atau sengaja melarikan diri.

Maura Adriana, entah kenapa wanita itu begitu menarik perhatiannya sejak pandangan pertama. Dia tidak begitu cantik, tidak seksi; tubuhnya sedikit berisi, pipinya chubby dan begitu cerewet; terlihat polos dan bodoh di beberapa kesempatan. Namun, Marvel sangat menyukainya, terlebih saat mulut cerewetnya berteriak di bawahnya.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu, sialan!" Ia mendesis, frustasi.

Marvel meraih jas yang tergeletak di meja, menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan perlahan. Tatapannya mengitari seluruh ruangan, mengamati kekacauan yang ia buat. Kalaupun ia menghancurkan tempat itu, tidak akan merubah apa pun karena wanita itu tetap tidak ada di sana.

Ia melangkah keluar dari apartemen setelah merapikan kemejanya yang kusut. Di saat-saat seperti ini yang ia butuhkan hanya Jessica. Kekasihnya itu pandai mengubah suasana hanya dengan percikan api menggairahkan.

***

Di tempat lain, Maura meringkuk di atas jok mobil dengan kepala berbantalkan paha ayahnya. Mereka menerima tawaran Dave untuk menumpang setelah sebelumnya berdebat cukup panjang. Pria itu berjanji tidak akan mengadu pada Marvel, dan membuktikannya.

Beberapa menit lalu Marvel menghubungi Dave, meminta untuk mencari keberadaan Maura. Ia mengiakan. Setelah berkoordinasi dengan Maura akhirnya ia menghubungi Marvel dan memberitahu keberadaan mobil Maura, juga ponsel yang sudah dibuang, dan berakhir dengan perintah pencarian yang tidak masuk akal.

Ia harus menemukan Maura sebelum matahari terbit. Dave sengaja tidak memberi tahu Maura tentang hal itu, untuk menjaga kepercayaan. Juga, untuk memperkecil risiko kalau-kalau terjadi perubahan rencana nanti.

"Mulai besok aku tidak akan kerja lagi," racau Maura.

Hadi, ayahnya, mengangguk samar seraya mengusap lembut rambut Maura dengan tatapan mengarah pada pemandangan luar. Sedangkan Dave, hanya melirik melalui spion.

"Bagaimana kalau kita pergi ke kampung, dan memulai semuanya dari awal, di sana?"

Pertanyaan itu membuat Hadi menunduk menatap putrinya yang masih memejamkan mata. Ia hanya diam saja. Tidak dipungkiri, masih ada rasa kecewa atas apa yang dilakukan putrinya.

"Dia akan dengan mudah menemukanmu," sahut Dave.

Maura tahu itu, tetapi ia pilih menulikan pendengaran. Negara ini memiliki hukum, ia bisa melaporkan bos sialannya itu ke polisi kalau diperlukan. "Aku punya cukup uang untuk membangun usaha. Ayah tidak perlu bekerja keras," ucapnya lagi.

"Dia bisa melacakmu dari kartu kredit dan ATM yang kamu pakai, kecuali kamu memiliki cash." Dave kembali menyahut.

Geram. Maura membuka matanya lebar-lebar, lalu memukul kursi Dave menggunakan tangannya sekuat tenaga. Ia hampir terjatuh jika saja tidak ada Hadi yang menahan tubuhnya.

"Bisa diam tidak! Maunya apa, sih, ikut campur terus!" teriak wanita itu, kesal.

Dave berdeham. "Aku bisa membantu kalau kamu mau." Rencana B sedang berjalan, ia harap wanita itu tidak terjebak ke perangkap lain.

"Membantu apa?" tanya Maura dengan intonasi sedikit menurun, tanpa mengurangi nada kesal di dalamnya.

"Akan kuberitahu setelah mengantar ayahmu."

Maura duduk dengan tegak, lalu melirik ayahnya sekilas. "Bicara tinggal bicara. Apa susahnya," gerutunya. Dave tidak menjawab, begitu pula dengan Maura yang enggan memperpanjang perdebatan.

Dua puluh menit berjalan di tengah keheningan hingga akhirnya mereka sampai di sebuah perkampungan yang terletak di tengah kawasan kumuh. Hadi turun terlebih dahulu dan berjalan ke rumahnya, sementara Maura tetap berada di dalam mobil.

"Cepat beri tahu!" tuntut Maura.

"Kita ke rumahku saja."

"Tidak mau!" Perasaan Maura mendadak tidak enak. Entah apa posisi Dave di perusahaan atau di hidup Marvel. Selama ini ia selalu menempel dengan Marvel. Apa pun yang berhubungan dengan pria itu patut diwaspadai.

"Kamu bisa bersembunyi di rumahku, akan aman di sana."

Itu perangkap.

Maura menggeleng kuat. "Tidak mau!"

"Kalau kamu di sini, Pak Marvel akan dengan mudah menemukanmu, dan bukan hannya dirimu yang dalam bahaya."

Suasana mendadak hening. Maura terdiam menatap gang sempit tempat ayahnya berjalan tadi. Ia sadar sedang menantang si Iblis Maverick. Enam tahun bersama pria itu, ia tahu betul bagaimana sifatnya. Sangat tenang, tetapi mematikan. Benar kata Dave, bis sialan itu pasti akan menyakiti ayahnya.

"Bagaimana?"

Maura kembali menatap Dave. "Bagaimana bisa aku percaya? Kamu anak buah Marvel!" Enam tahun berada di sekitar Dave, bukan berarti ia tahu bagaimana pria itu. Dia sangat pendiam dan tertutup.

"Terserah padamu. Kalaupun kalian terluka, itu juga bukan urusanku."

Maura mendecih. "Lagi pula, siapa yang membutuhkan belas kasihmu!"

"Aku tidak punya waktu!" Embusan napas kasar Dave menandakan ia sedang kesal. Akan tetapi, Maura masih belum mau memberi keputusan. Salah memilih, bisa menjadi sangat berisiko.

"Kamu bisa menjamin dia tidak akan menyentuh ayahku?" tanyanya, bernegosiasi.

"Tidak akan ada yang menyentuhnya selagi Pak Marvel tidak tau dia ayahmu."

Benar.

"Kalau begitu, aku aman di rumah!"

Senyum yang terukir di bibir Maura luntur ketika mendengar Dave terkekeh. Itu terdengar seperti ejekan. Ia tidak pernah melihatnya tersenyum bahkan tertawa, wajahnya selalu datar seperti dinding suram.

"Kenapa? Kamu sedang mengejekku, ya!" Maura menatapnya nyalang. "Kamu tidak tahu apa yang bisa-"

Dave mengangkat sebelah tangannya, mengintruksikan agar Maura diam karena ponselnya berdering. Pria itu menoleh, sebelah sudut bibirnya terangkat seraya menunjukkan layar ponselnya. Terdapat panggilan masuk dengan nama Pak Marvel di sana.

"Apa yang akan kamu katakan?" Maura was-was.

"Tergantung apa yang dia tanyakan."

"Awas, ya!"

Maura seketika terdiam ketika Dave menggeser tombol hijau, dan menekan ikon loudspeaker.

"CCTV halte memperlihatkan dia masuk ke mobilmu," kata suara di seberang sana.

Maura menelan ludah kasar, menatap Dave was-was, sedangkan pria itu tersenyum dengan satu alis terangkat.

"Dia ...."

1
Agnes Gulo
cerita nya sangat menarik kak, semangat utk UP 😍
Hennyy Handriani
bagus kok kk....💪💪💪
Hennyy Handriani
kapan upnya jangan lama" ya kk
IG: Oveleaa: siapp
total 1 replies
Hennyy Handriani
alurnya sangat bagus
IG: Oveleaa: terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak♥️
total 1 replies
Hennyy Handriani
Makin menarik nih
Hennyy Handriani
alurnya bagus banget💪
SweetPoison
Gimana bisa ceritanya sebagus ini, bikin aku ketagihan bacanya thor!
Dama9_
Menyentuh
Ermintrude
Buat mood pembaca semakin bagus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!