Nikah Kontrak Jadi Cinta

"Lepaskan tanganku, sandiwaranya sudah selesai kan?" kata Rachel yang langsung menarik tangannya ketika mereka tiba di depan mobil yang sudah menunggu di depan hotel.

Rachel langsung masuk begitu saja ke dalam mobil itu. Wajahnya terlihat sangat kacau, dengan ekspresi yang sulit di deskripsikan dengan kata-kata bermetafora atau berpersonifikasi.

Mungkin kalau di ibaratkan sebuah lukisan. Bisa di ibaratkan sebuah gambar abstrak dengan warna gelap dan kelabu.

Sagara tidak mau ambil pusing juga. Setelah Rachel masuk ke dalam mobil, dia juga mengikutinya.

Dan begitu mobil itu melaju meninggalkan hotel, Rachel tampak sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Jadi kamu pemilik hotel itu? mas Sagara sebenarnya orang kaya? jadi semua pengakuanmu tentang anak panti asuhan, di besarkan oleh seorang penjual tahu di pasar itu...."

"Itu semua benar! aku tidak pernah berbohong tentang hal itu. Aku memang sejak kecil tinggal di panti asuhan, ibuku meninggal ketika aku berusia lima tahun. Dan setelah aku kelas 3 SD. Aku menjadi kuli di pasar, di besarkan oleh Bibi Yatun si penjual tahu baik hati. Itu semua benar, sampai aku besar dan bisa mencari uang sambil sekolah. Lulus STM aku bekerja serabutan, semua itu benar" kata Sagara menyela ucapan Rachel.

"Lalu bagaimana bisa mas Sagara menjadi pewaris bisnis Meyer dalam sekejap?" tanya Rachel bingung.

"Dua bulan lalu, di tempat ku bekerja. Seorang pria berwajah bule datang, dia datang bersama ibu panti. Dan dia mengatakan dia adalah ayahku. Ternyata dia pengusaha terkenal itu. August Meyer. Dia bilang dia akan menikah dengan ibuku, dia akan menjemput ibuku ketika sebuah kecelakaan yang mengakibatkan dirinya lupa ingatan terjadi. Setelah dia kembali ingat semuanya dia mencari ibuku, tapi sayangnya semua sudah terlambat. Ibu sudah lama meninggal. Dia menemui ibu panti, karena para warga di tempat lama aku tinggal bilang aku di kirim ke panti setelah ibu meninggal. Ibu panti dan ayahku datang ke Korea, ayah menceritakan segalanya. Semua bukan salah ayahku, Tiga bulan yang lalu ayah memang baru ingat semuanya" kata Sagara menjelaskan dengan baik pada Rachel.

"Satu bulan yang lalu, aku kembali untuk mengatakan semua ini pada Hani. Tapi belum aku mengatakan semuanya. Hani malah mengatakan kalau dia sudah hamil anak Ravi. Dia minta hubungan kami berakhir, aku mengabulkannya. Dia bilang aku harus menjauh darinya, aku juga mengabulkannya. Dia bilang aku tidak berguna, hah..." Sagara terkekeh lirih.

Rachel memicingkan matanya. Bukan senang dia mendengar Sagara adalah orang kaya, tapi dia malah kesal.

"Bagus! sebentar lagi aku pasti akan menjadi janda" kata Rachel yang terlihat begitu kesal.

Mendengar apa yang di katakan oleh Rachel. Sagara menatapnya heran.

"Apa maksudmu mengatakan itu?" tanya Sagara.

"Apapun yang Hani minta kamu mengabulkannya bukan? dia tidak tahu kamu sudah kaya raya makanya dia memilih mas Ravi. Lalu kalau dia tahu kamu kaya raya, dia pasti akan meminta kembali lagi padamu. Lalu kamu akan mengabulkannya, dan menceraikan aku. Bagus sekali! Aku sudah seperti boneka saja untuk kalian" kata Rachel yang begitu emosi.

Rachel langsung membuang muka. Air matanya juga perlahan menetes di pipinya. Sebenarnya kenapa semua ini terjadi padanya. Dia hanya ingin mengumpulkan uang dan mentalnya untuk menjadi seorang istri. Mereka juga sedang mencicil segalanya. Apartemen, mobil, dan investasi bersama. Mereka sedang mencoba menabung bersama demi masa depan mereka.

Tapi kenapa Ravi malah tega sekali berselingkuh hingga menghamili Hani. Ketika dia sedang berjuang untuk masa depan mereka yang lebih baik.

Air mata Rachel mengalir begitu deras. Dia harus menikah, bahkan tanpa memberitahu ayah dan adiknya. Dia butuh tempat untuk pulang, tapi rumah itu sudah di kuasai oleh ibu tiri dan kakak tirinya. Dia hanya punya Sagara saat ini. Dan dia yakin sebentar lagi Hani juga akan membuat Sagara kembali padanya.

Lalu, Rachel harus bagaimana. Dia harus kemana. Rachel menangis begitu sedih. Rasanya lebih menyedihkan daripada pertama kali melihat Hani dan Ravi di atas ranjang yang sama dan berbuat hal yang tak pantas karena saat mereka melakukan itu mereka memang bukan pasangan suami istri yang sah.

Saat itu terjadi, Rachel hanya ingin marah dan marah. Tapi saat ini, hatinya terasa sangat tersayat-sayatt. Mungkin karena sekarang status Sagara adalah suaminya. Mungkin itu sebabnya. Meski pernikahan mereka hanyalah sebuah kesepakatan, tapi rasanya sangat menyakitkan saja menjadi janda padahal baru beberapa jam menikah.

Sagara yang melihat Sheila menangis dan uring-uringan seperti itu meraih sapu tangan dari saku jasnya, lalu mengulurkannya pada Rachel.

"Mungkin kamu butuh ini?" tanya Sagara dengan suara pelan.

Rachel tidak menggubris sama sekali. Rachel lebih suka menggunakan gaun indahnya untuk mengusap air matanya.

"Tidak perlu" kata Rachel yang sebenarnya membuat Sagara tercengang.

Wanita di sampingnya itu marah, tapi masih merespon. Biasanya kalau seorang wanita merajuk dan marah, menurut pengalamannya dengan Hani. Akan butuh beberapa jam untuk bisa bicara lagi dengan wanita itu.

"Kamu sangat mendalami peranmu sebagai istriku ya?" tanya Sagara yang memancing tatapan maut dari Rachel.

Sing

Kalau tatapan Rachel itu berubah menjadi sebilah pedang. Sudah terbagi dua mungkin kepala Sagara.

"Tajam sekali, aku bisa mati kalau tatapanmu itu pedang"

"Menyebalkan" keluh Rachel.

"Aku memang menyebalkan, aku tidak bisa menjadi apa yang wanita itu inginkan. Aku tidak bisa selalu membalas pesannya tepat waktu, menerima panggilan telepon darinya. Dan tidak bisa membantunya dengan cepat. Aku selalu butuh dua atau tiga bulan untuk mengabulkan semua permintaannya. Tanpa dia tahu seperti apa usaha yang aku lakukan untuk mengabulkan permintaannya itu. Tapi sekarang semua sudah berlalu Rachel. Aku tidak akan pernah kembali pada wanita itu, meski dia memintanya. Aku bukan Sagara yang akan melakukan semua yang dia inginkan, karena aku pria yang memiliki prinsip. Karena hal itu juga aku bertahan menjadikan dia satu-satunya wanita di dalam hatiku selama 10 tahun, tapi dia menghancurkannya. Aku tidak akan pernah menerima dia kembali" kata Sagara dengan sangat yakin.

Rachel melembutkan tatapannya.

"Benarkah? meskipun dia merayumu?" tanya Rachel.

"Iya, meskipun dia merayuku. Sepertinya kamu sangat nyaman menjadi istriku ya, makanya tidak mau bercerai denganku?" tangan Sagara membuat mata Rachel membelalak lebar.

"Nyaman kepalamu. Ya ampun, setidaknya nih, paling tidak berapa bulan gitu baru cerai. Ya kali, beberapa jam nikah di cerai" protes Rachel yang membuat Sagara terkekeh.

***

Bersambung...