Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Om Revan?
"Mas Erlan...!"
Alana bangun dan berjalan bertatih tatih ke arah Erlando. Tanpa memperdulikan papihnya dan adiknya. Erlando datang masih dengan selang infus ditangannya. "Mas Erlan...kamu selamat mas...aku takut kamu_." Alana memeluknya erat dengan derai air matanya.
Erlando juga balas memeluk Alana dengan satu tangannya. "Lihat sini, aku baik baik aja sayang." Dia mengecup pucuk kepala Alana lembut.
Evan dan Bastian mengulum senyum melihat wajah papih Alarich yang sudah masam. "Lihat saja, sebentar lagi si boss meledak hahaha." Ucap Bastian yang masih cekikikan.
"Kenapa sih om Bas?" Atharya yang heran melihat Bastian dan Evan yang malah cekikikan tak jelas itu.
"HMMM...!" Suara dehaman papih Al menggema di ruangan yang tak luas itu. Alana dan Erlando sontak kaget dan melepaskan pelukannya lalu menoleh ke arah papihnya. Keduanya nampak salah tingkah.
"Ma-maaf om, saya khawatir kalau Alana_"
"Kapan kamu mau melamar anak saya?"
DEG
Alana membulatkan matanya yang hampir keluar. Atharya tiba tiba tersedak. Evan dan Bastian juga tercengang. Emil yang baru datang membawa makanan pun sama syoknya. Namun dengan tenang Erlando menjawab pertanyaan papih Alarich.
Bohong kalau Alana tidak sport jantung. Dia sungguh takut jika papihnya akan menolak Erlando. Tangannya keringat dingin dan tenggorokannya seperti tercekat.
"Setelah Alana sembuh saya akan melamarnya, om. Mohon restui kami. Saya sangat mencintai Alana. Saya akan menjaganya dan melindunginya." Ucap Erlando penuh ketegasan tanpa ada rasa takut menatap orang tua Alana.
"Saya merestui kalian, segeralah menikah."
"Papih...!" Alana berhambur ke pelukan papihnya, menangis sesegukan. Hatinya bahagia Erlando melamarnya di depan orang tuanya.
"Putri kecil papih sudah dewasa. Papih sangat menyayangimu nak. Kamu harus bahagia." Tuturnya dengan air mata yang sudah menggenang.
Alana semakin mengeratkan pelukannya. "Aduh sayang papih enggak bisa nafas."
"Ih papih, lagi terharu juga sebel." Rengek Alana.
Semua yang ada di sana tertawa bahagia. Akhirnya Erlando dan Alana akan menikah. Atharya juga memberi selamat pada kakaknya dan calon kakak iparnya. Mereka masih disana sehari lagi, besok mereka semua bisa pulang.
-
-
-
Hari ini Alana dan Erlando sudah bisa pulang oleh dokter. Ray sudah menunggunya di mobil. Evan dan Bastian mengurus dulu administrasi rumah sakit, sementara Emil asistennya Erlando sedang membereskan pakaian bossnya.
"Selamat ya boss, akhirnya perjuangan anda tidak sia sia."
"Thank's ya Emil, saya sudah transfer bonus untuk mu." Celetuk Erlando sambil menunjukan bukti transferannya ke Emil.
"Alhamdulillah terima kasih banyak boss. Oh iya boss, nanti saat menikah apa bu Sonya di undang?"
"Undang saja, supaya dia tidak macam macam dengan Alana dan saya."
"Baik boss."
Selesai dari sana Erlando dan Emil ke ruangan Alana. Wanita pujaannya tengah bersiap siap, Alana terpaksa memakai kursi roda karena saat mereka jatuh di hutan ternyata kakinya terkilir.
Atharya membawakan tongkat jalan untuk kakaknya. "Sudah siap sayang? Kita pulang yah, mamih khawatir sama kamu." Ucap papih Al sambil mendorong kursi roda.
"Maafin Alana yah pih. Gara gara Alana hilang jadi bikin repot semuanya. Mamih pasti nangis." Lirih Alana.
"Sambil di makan yah sayang." Erlando membelikan dulu kue dan cemilan ringan untuk Alana. "Iya mas makasih yah."
Mereka berjalan sambil mengobrol melewati lorong rumah sakit. Alana ikut bersama mobil keluarganya. Erlando tetap bersama Emil menyusul dari belakang.
Ketika di mobil Atharya menceritakan kalau dia sudah memberi Jessica pelajaran. "Jangan macam macam deh, Thar. Biarin dia di hukum sama pak Joyo." Keluh Alana.
Papih Al setuju lebih baik untuk hukuman Jessica biar para petinggi rumah sakit yang bertindak. "Satu macam doank kok kak. Tenang aja aman." Celetuk Atharya sambil memijit lengan kakaknya.
-
-
-
Mobil mereka telah sampai di kediaman Dewantara. Setelah menempuh perjalanan panjang. Selama di mobil Alana tidur nyenyak di pelukan papihnya. Lalu Erlando ijin pamit pulang karena dia juga butuh istirahat kepalanya masih sedikit pusing.
"Sini pih, biar Athar aja yang gendong kakak."
Atharya membawa Alana yang masih tertidur, semua orang sudah menunggu dirumah. Mamih Aleesya langsung menghampiri Alana yang di gendong. "Sayang bangun."
"Biarin aja dulu mih, Alana tadi habis minum obat dia harus banyak istirahat." Ucap papih Al yang membuka kamar bawah. Dan Athar membaringkan kakaknya dikasur. Zena dan Athala baru keluar kamar setelah menidurkan anaknya, Ellea.
Evan dan Bastian juga pamit pulang dari sana. Ray menceritakan kejadian yang terjadi pada mamih Aleesya. "Astaga anakku! Sayang, mamih enggak ijinin lagi kamu pergi jauh." Mamih Aleesya memeluk anaknya yang masih terbaring.
Athala duduk dipinggir kasur Alana dan mengecup kening adik kembarnya itu "Jangan hilang lagi, kamu buat kakak khawatir tahu."
Zena mengucap syukur akhirnya adik iparnya sudah berada dirumah dalam keadaan selamat. Alana melenguh membuka matanya perlahan. Dan melihat mamihnya yang menangis. Tangan Alana menarik mamihnya ke dekapannya. Athala juga ikut memeluknya.
"Alana baik baik aja mih, jangan nangis lagi. Kakak juga. Cengeng banget sih kak pakai nangis segala kayak Ellea aja." Alana malah cekikikan menggoda kakaknya.
Anna yang baru pulang dari kampus langsung menghampiri kakak keduanya itu setelah tahu Alana sudah pulang. "Kakak akhirnya pulang, udah deh kak jangan gathering lagi. Lebih baik kita liburan aja, iya kan pih?" Anna menoleh ke papihnya.
"Iya sayang nanti kita liburan saat kamu libur."
-
-
-
Jessica mendapat teguran dari pak Jaka, ia di skors seminggu ke depan. Seminggu setelah kejadian di tempat gathering, Jessica kini bekerja kembali. Dia datang ke ruangan Alana.
"Mau apalagi, Jess? Belum puas kamu membuat aku celaka?" Bentak Alana pada Jessica.
"Aku memang belum puas, sampai kamu dan keluarga kamu hancur seperti orang tuaku! Kalian semua harus merasakan apa yang ibu ku rasakan! Ini semua gara gara ibumu! Semua bukan salah kakekku, dia hanya korban. Dia hanya di bayar untuk menuruti kemauan om Revan, om kamu! Kalian memang orang kaya yang tidak punya hati." Jessica sudah tak tahan lagi ia meluapkan amarahnya pada Alana.
BRAK
Wanita itu keluar dari sana sambil membanting pintu ruang kerja Alana sekencang mungkin. Alana mengernyitkan dahinya ia bingung dengan perkataan Jessica barusan. "Apa maksudnya Jessica? Ada hubungan apa dengan mamih?" Gumamnya.
Pikiran Alana buyar dia terpaksa bilang pada Maya asistennya untuk mengganti dirinya dengan dokter kandungan yang lain. Alana tergesa gesa pulang ke rumahnya. Dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Yah bu Alana...hmm aku coba hubungi dokter Deril deh." Ucap Maya yang langsung menelepon dokter tampan rupawan itu.
-
-
-
BRAK
Mamih dan papihnya menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Alana yang datang. "Kenapa sayang?"
"Mih, jawab Alana. Siapa kakeknya Jessica? Kenapa Jessica bilang, kalau kakeknya di suruh om Revan untuk menuruti kemauannya? Siapa om Revan mih? Jawab Alana mih jangan diam aja."
DEG