NovelToon NovelToon
Gara-Gara COD Cek Dulu

Gara-Gara COD Cek Dulu

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:916
Nilai: 5
Nama Author: Basarili Kadin

Berawal dari pembelian paket COD cek dulu, Imel seorang guru honorer bertemu dengan kurir yang bernama Alva.
Setiap kali pesan, kurir yang mengantar paketnya selalu Alva bukan yang lain, hari demi hari berlalu Imel selalu kebingungan dalam mengambil langkah ditambah tetangga mulai berisik di telinga Imel karena seringnya pesan paket dan sang kurir yang selalu disuruh masuk dulu ke kosan karena permintaan Imel. Namun, tetangga menyangka lain.

Lalu bagaimana perjalanan kisah Imel dan Alva?
Berlanjut sampai dekat dan menikah atau hanya sebatas pelanggan dan pengantar?

Hi hi, ikuti aja kisahnya biar ga penasaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Basarili Kadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Apa?

Kali ini suasana di kantor sangat ramai, meja guru terisi semua. Kami berdiskusi dan sepakat untuk membuat acara perpisahan dengan Pak Ardi serta memberikannya kado.

Ada yang usul kadonya masing-masing ada juga yang usul harus iuran. Aku orang pertama yang berseru dan setuju kalau untuk kadonya lebih baik iuran saja, uangnya dikumpul di satu orang lalu dibelikan barang.

"Selamat pagi!" ucap Pak Ardi memberi salam dari balik pintu.

Kita para guru yang awalnya berdiskusi langsung berubah posisi menghadap ke arah pak Ardi seakan tidak terjadi apa-apa.

"Selamat pagi, Pak." Kami semua serempak membalas sapaannya.

"Pagi, Bu Mel!" Sapanya padaku secara pribadi.

"He he iya, Pak." Balasku tersenyum.

"Rame juga ya hari ini, biasanya suka ada yang kosong," kata Pak Ardi menatap ke semua guru.

"Lagi gak sibuk aja kita, Pak," timpal Pak Eko.

Total guru di sini semuanya ada 23 termasuk TU dan operator, tetapi yang PNS kadang tidak hadir setiap hari meski diharuskan, karena mereka mungkin punya kesibukan, jadi aku pun tidak terlalu mengenal semuanya, aku hanya kenal sama Bu Arini dan Bu Rema, mungkin tambahannya Pak Ardi. Itu saja yang aku kenal, meskipun ada yang bertemu setiap hari tetapi jika tidak ditanya aku merasa tidak mengenalnya.

"Oh begitu, ya sudah." Pak Ardi menimpali sembari duduk.

"BTW selamat ya, Pak atas kelulusan tes nya," ucap Bu Arini.

"Iya, Makasih. Bu."

"Selamat sukses Pak Ardi," ucap kami serempak.

Pak Ardi tersenyum penuh haru, aku melihat matanya berbinar meskipun bibirnya menyabit indah, beuh senyuman Pak Ardi itu manis banget, tapi aku tidak suka.

"Terima kasih semuanya, tapi jangan gini juga dong. Biasa aja kan hal seperti ini, berasa mau ditinggalin aja," kata Pak Ardi mengusap sebelah mata dengan lengannya.

"Kan Pak Ardi yang bakalan pindah tugas," kata Pak Rido.

"Iya, tapi saya berharap bisa gabung di sini lagi nanti."

"Gapapa, Pak. Pokoknya sukses selalu aja buat bapak." Refleks aku berbicara dengan bangga, senang, dan bahagia. Tapi aku menyesal sampai menutup bibirku dengan sebelah tangan. Soalnya, aku kan sedang mode cuek, dingin, bodo amatan, apalagi sama Pak Ardi.

"Makasih, Bu. Sukses juga buat ibu."

"Eh he he." Aku tersenyum kikuk, semua orang melihat ke arahku.

Lah kenapa? Memangnya aku salah? Mungkin tidak, melainkan aku tidak seperti biasanya yang selalu pendiam padahal aslinya barbar.

Antara senang tetapi juga pasti akan ada yang namanya kesepian atau merasa kehilangan, karena setiap pagi Pak Ardi selalu menyambutku di depan pintu, meskipun risih tapi dia selalu excited banget ketika aku datang.

Namun, aku juga senang karena hari-hariku tidak akan terganggu lagi. Ya, mungkin nanti akan ada sesuatu yang berbeda, entah siapa juga yang akan membawaku bicara selain Pak Ardi.

"Oh ya, nanti pas istirahat saya ingin bicara sama ibu," ucap Pak Ardi ke arahku.

"Saya?" kataku menyimpan telunjuk di dadaku.

"Iya, ibu."

Nah, sudah mulai kembali beraksi lagi, nih. Apa mungkin akan membahas lamaran juga sama seperti Alva kemarin, tetapi aku berharap tidak seperti itu. Karena aku juga bingung harus bagaimana atau entah harus dijalani saja, nanti juga bakalan tahu endingnya bagaimana.

"Oh, gitu ya. Baiklah." Aku mengangguk.

Terima saja ajakannya meski nanti akan bicara berdua, entah di kantor, di kantin, atau bahkan di perpustakaan, banyaklah tempat pelarian untuk mengobrol berdua tanpa didengar orang lain.

"Permisi!" Gian kembali datang ke kantor lagi.

"Iya, ada apa?" tanya Pak Ardi kepadanya.

"Saya mau ketemu sama Bu Imel."

"Oh ya sudah, silakan Bu ditemui dulu," ucap Pak Ardi.

Aku mengangguk dan menghampirinya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Teh ...." Dia tidak menyelesaikan perkataannya.

Aku membawanya menjauh dari kantor dan mengajaknya berbicara.

"Ada apa Gian?" tanyaku lagi.

"Nanti teteh pulangnya gak diantar aku, gapapa ya?"

"Ya ampun Gian, kirain ada apa. Teteh pikir ada hal serius."

"Maaf, sebenarnya aku cuma mau ngasih tahu untuk hati-hati aja."

"Maksudnya?"

"Ya, hati-hati dengan pilihan teteh sendiri. Jangan mudah ambil keputusan."

"Memangnya kenapa dan ada apa?" tanyaku penasaran.

"Aku masuk kelas dulu." Gian melangkah untuk pergi, tetapi aku mencekal tangannya.

"Gian!"

"Aku cuma bisa ngasih tahu itu aja, Teh. Selebihnya itu urusan teteh." Gian pergi begitu saja ke kelasnya.

***

Panas begitu terik, langit begitu biru, aku pulang berjalan kaki sambil membawa minuman segar karena merasa kepanasan dan juga kehausan.

"Kalau jalan kaki ya jalan kaki aja, kalau haus ya minum sambil duduk, bukan jalan." Suara itu membuat langkah kakiku terhenti, aku menolehnya ke samping.

"Eh A Alva tumben," ucapku tersenyum sampai mataku menyipit.

Jujur saja, ya malu lah. Dari tadi ternyata ada yang mantau, terus tingkahku seperti anak kecil.

"Kenapa minum-minum sambil jalan?" tanya A Alva mematikan motornya agar tidak berisik.

"Ya karena hauslah, A," jawabku merengek.

"Kan bisa sambil duduk di warungnya."

"Ya gak mau, pengen cepet langsung sampai kosan terus tidur."

"Gitu, Gian nya mana? Katanya suka pulang bareng dia."

"Gian masih di kelas, ada mata pelajaran tambahan, ga tau deh. Intinya aku pengen pulang," jawabku mengerutkan dahi diikuti bibir bawah yang di kedepankan.

"Ckkk, ya sudah. Buruan naik, malu dilihatin orang. Masa guru kayak anak kecil, sudah mah mungil Neng teh."

"Ya biarin atuh ah, kenapa Aa yang repot."

"Sudah ih cepetan naik, minumnya di motor aja."

Aku diam dulu seperti orang berpikir, jual mahal dulu gak sih? Jangan asal ikut aja, pokoknya aku ingin dipaksa.

"Ayo cepetan, katanya pengen cepet sampai kosan, tapi malah kebanyakan mikir."

"Gak mau!"

"Cepetan, Neng. Panas ini!"

"Gak mau ah, pengen jalan kaki. Aa kalau mau duluan, duluan aja," kataku mengangkat kedua alisku.

"Gak engak, ya sudah kalau mau jalan, Aa ikuti dari samping sampai ke kosan."

"Ih, gak mau. Kagok entar di jalan, kalau keserepet motor lain gimana?"

"Ya sudah makanya cepetan naik!"

"Gak mau!" Tolakku lagi.

Tiba-tiba Alva turun dari motornya dan menghadapku.

"Mau dipangku Nona?" tanyanya sambil mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Gak mau," jawabku pelan sambil menatap matanya, jujur saja seperti mau dihipnotis aja kalau sudah begini.

"Ya sudah, mau naik sekarang atau mau dipangku?"

"Naik sekarang aja deh, he he," kataku masih dalam posisi yang sama.

"Ya sudah!"

Alva kembali menaiki motornya kemudian dia mengode dengan kepalanya menyuruhku naik.

Aku mengangguk dan naiklah di belakangnya.

"Sudah naiknya?"

"Sudah."

Aku pun pulang dibonceng Alva, selama perjalanan kita berdua saling diam, padahal jaraknya juga dekat. Sepuluh menit juga sampai, tetapi Alva seakan membawaku dengan sangat lambat dan tanpa ada pembicaraan, sampai akhirnya ....

"Neng?"

"Iya."

"A Alva serius pengen secepatnya lamar Neng, kalau bisa minggu-minggu ini, gak mau nunggu lama."

"Emhh he he, anu ... itu ... jangan terburu-buru, nanti kecewa," kataku gugup berharap Alva tidak membahasnya lagi.

"Tidak akan, tapi jika A Alva yang lambat lamar, Neng. Justru Aa yang kecewa."

"Kenapa?"

"Ada sesuatu hal."

"Hal Apa?"

"Rahasia, nanti juga tahu sendiri."

1
Bonsai Boy
Jangan menunda-nunda lagi, ayo update next chapter sebelum aku mati penasaran! 😭
Hiro Takachiho
Gak sabar nih baca kelanjutannya, jangan lama-lama ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!