NovelToon NovelToon
Kehidupan Di Dunia Iblis

Kehidupan Di Dunia Iblis

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Balas Dendam / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Wanita
Popularitas:388
Nilai: 5
Nama Author: Ijal Fadlillah

1. Terjebak dalam Siklus Kematian & Kebangkitan – Tokoh utama, Ning Xuan, berulang kali mati secara tragis dimangsa makhluk gaib (berwujud beruang iblis), lalu selalu kembali ke titik awal. Ini menghadirkan rasa putus asa, tanpa jalan keluar.

2. Horor Psikologis & Eksistensial – Rasa sakit saat dimakan hidup-hidup, ketidakmampuan kabur dari tempat yang sama, dan kesadaran bahwa ia mungkin terjebak dalam “neraka tanpa akhir” menimbulkan teror batin yang mendalam.

3. Fantasi Gelap (Dark Fantasy) – Kehadiran makhluk supranatural (beruang iblis yang bisa berbicara, sinar matahari yang tidak normal, bulan hitam) menjadikan cerita tidak sekadar horor biasa, tapi bercampur dengan dunia fantasi mistis.

4. Keterasingan & Keputusasaan – Hilangnya manusia lain, suasana sunyi di kediaman, dan hanya ada sang tokoh melawan makhluk gaib, mempertegas tema kesendirian melawan kengerian tak terjelaskan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ijal Fadlillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Cara Kedua Menyempurnakan Jimat

Swoosh!

Ning Xuan menarik pedangnya kembali.

Tubuh raksasa beruang hitam itu terhempas ke tanah dengan dentuman berat.

Swoosh!

Ia kembali menusukkan pedang ke tubuh beruang itu.

Swoosh! Swoosh! Swoosh! Swoosh! Swoosh!

Tanpa ekspresi, Ning Xuan terus menusuk berulang kali, seakan melakukan “serangan penutup”. Baru setelah tubuh beruang itu benar-benar hancur berantakan, penuh luka menganga hingga tak lagi berbentuk, ia berhenti dan menyarungkan pedangnya.

Dalam hati, ia teringat pada perkataan Guru Zhang.

Meskipun Zhang hanyalah orang dunia persilatan biasa, kata-katanya ada benarnya.

Dalam kondisi seimbang, juruslah yang menentukan segalanya.

Jika jurus “Feiyan Beng Yue” (Elang Terbang Menghancurkan Gunung) dimainkan dengan halus melalui pedang, daya rusaknya jauh lebih dahsyat dibanding jurus kasar “Xiong Pi Beng Yue” (Beruang Gunung Penghancur Bukit).

Ning Xuan kembali melirik tubuh beruang hitam itu. Selain bulunya, tubuh tersebut jelas tak menyembunyikan sesuatu. Ia tidak membuang waktu lagi, melainkan menatap ke arah mulut gua di kejauhan.

Di depan gua itu, sekumpulan beruang iblis masih berdiri terpaku, ketakutan.

Tiba-tiba, terdengar suara raungan keras. Beruang-beruang itu tampak berteriak sesuatu, namun Ning Xuan tak mengerti bahasa mereka.

Ia menyipitkan mata, memperhatikan. Saat melihat banyak beruang kecil berlarian panik masuk lebih dalam ke gua, tubuhnya segera merunduk, menyeret pedang besar, lalu berlari kencang menembus hutan liar.

BOOM! BOOM! BOOM!

Langkahnya cepat, hentakannya berat.

Namun, ia sengaja menghindari pepohonan dan bebatuan, agar para beruang tidak menyadari bahwa ia mampu menguasai jurus “Xiong Pi Beng Yue”.

Sebuah jurus hanya berarti seni membunuh jika disembunyikan.

Tadi, saat menghadapi beruang penghancur gunung, andai lawan tahu ia bisa menggunakan jurus itu dengan pedang, hasil pertarungan pasti berbeda. Mungkin ia tetap bisa menang, tapi tidak mungkin menebas musuh hanya dalam satu gebrakan.

Sekarang, meski ia tidak memperlihatkan jurus itu, aura menakutkan setelah menewaskan pemimpin mereka sudah cukup membuat sisa beruang gentar. Sebagian yang tadi masih berdiri di luar langsung menjerit ketakutan, lalu berlarian masuk ke gua.

Ning Xuan langsung memahami situasi.

Di dalam gua itu pasti ada pemimpin lain.

Kalau tidak, para beruang itu seharusnya lari keluar, bukannya masuk ke dalam. Fakta bahwa mereka memilih berlindung di dalam hanya berarti satu hal masih ada “tulang punggung” yang mereka andalkan.

Hanya dengan gertakan kecil, ia sudah mendapatkan informasi penting.

Ning Xuan berhenti berlari, mengatur napas untuk menghemat tenaga. Ia memutar leher, merasakan kondisi tubuhnya.

Hampir sempurna, tanpa luka berarti.

Ia menyapu pandangan ke sekitar, lalu merenggangkan jari-jarinya sebentar sebelum menggenggam kembali gagang pedang besar itu. Satu langkah… dua langkah… perlahan ia mendekati mulut gua.

Setiap kali ia melangkah lebih dekat, para beruang yang berani bertahan di depan gua terpaksa mundur selangkah.

Ia maju lagi. Mereka mundur lagi.

Hingga akhirnya, ketika sudah tidak ada ruang untuk mundur, para beruang itu berdesakan ketakutan, seolah yang datang bukanlah seorang manusia, melainkan pasukan besar atau monster menakutkan.

Saat jaraknya tinggal belasan meter dari gua, Ning Xuan tiba-tiba berhenti. Ia mengangkat suara, berteriak lantang.

“HAAAHH!!”

Raungan itu membuat beruang-beruang yang menumpuk di depan gua ketakutan. Mereka melolong panik, lalu kabur masuk ke dalam.

Ning Xuan tidak buru-buru masuk. Ia meraih sebatang pohon di depan gua, mengguncangnya, lalu dengan tenaga penuh mencabutnya dari tanah.

Dengan mudah, batang pohon itu dipatahkan menjadi beberapa bagian. Lalu, dari pinggangnya, ia mengeluarkan fire striker kecil.

Beberapa hari terakhir, ia sering berburu di hutan. Ketika lapar, ia terkadang membakar ikan untuk dimakan. Walau tubuhnya sanggup mencerna makanan mentah, daging matang tetap lebih enak. Karena itulah, fire striker selalu ia bawa.

Pikirannya sederhana: Bakar pohon, biarkan asap memaksa beruang keluar dari gua.

Namun kenyataannya tak semudah itu.

Ia mencoba menyalakan, tapi api kecilnya padam beberapa kali. Potongan pohon yang masih segar jelas tidak mudah terbakar.

Saat itulah, telinganya menangkap suara samar dari dalam gua. Suara yang semakin dekat, semakin cepat.

Begitu ia fokus, tiba-tiba sebuah bayangan merah raksasa melesat keluar!

Ning Xuan segera menjatuhkan fire striker dari tangannya, menggenggam pedang dengan kedua tangan. Dengan langkah gesit “Yan Hui Bu” (Langkah Putaran Walet), ia berputar seperti spiral, ke belakang sekaligus maju, meningkatkan kecepatannya.

Lalu, dengan tubuh yang lentur, ia mengayunkan pedang dari bawah ke atas, mengeluarkan jurus “Qiao Yan Hui Xiang” (Walet Kembali Berputar dengan Anggun) yang terselubung “Feiyan Beng Yue”.

Cahaya dingin, tajam, menusuk dari pedangnya.

Dan pada saat yang sama, sosok raksasa yang berlari keluar dari gua terlihat jelas.

Matanya menyipit.

Itu tetap seekor beruang penghancur gunung. Tubuhnya besar, hanya sedikit lebih kecil dari yang sebelumnya. Tapi ada yang berbeda, seluruh tubuhnya diselimuti jubah merah darah dari sutra brokat!

Begitu cepat!

Meski Ning Xuan merasa aneh melihat beruang mengenakan jubah, pikirannya sempat melayang pada cerita “seekor beruang mencuri jubah kasim”. Namun tangannya tidak ragu sedikit pun.

Pedangnya menusuk lurus ke arah beruang berjubah merah itu.

Namun

Wooooshhh!

Begitu pedang menyentuh jubah, tenaga Ning Xuan seakan lenyap tanpa jejak, seolah masuk ke laut dalam.

BOOM!!

Tubuhnya terpental dua kali di udara, lalu mendarat dengan pedang terangkat, siap bertahan.

Beruang berjubah merah itu pun terdorong mundur beberapa langkah. Cakarnya menghantam bongkahan batu besar di tanah, menghentikan tubuhnya.

Craaaakkk!!

Batu itu langsung hancur berkeping-keping karena sisa tekanannya.

Ning Xuan menyipitkan mata, menatap tajam setiap gerakan kecil dari beruang berjubah merah itu.

Aslinya, ia hanyalah seorang pemuda bangsawan manja yang gemar berpesta pora. Tapi neraka bernama mimpi buruk berulang, ditambah pengalaman sebelum ia menyeberang ke dunia ini, telah memahat sisi lain dalam dirinya.

Sebuah sisi dingin. Sisi yang hanya ada untuk membunuh.

Ia tidak menyukai sisi itu. Tapi, ia tidak punya pilihan.

Kini, ia tidak memikirkan dari mana jubah merah itu berasal, atau mengapa ia memiliki efek pertahanan sekuat itu.

Yang dipikirkannya hanyalah “Kenapa serangan barusan gagal?”

Hanya dalam sekejap, ia sudah menyadari jawabannya.

Serangannya tadi tidak sepenuhnya gagal. Tenaganya diserap, lalu disebarkan rata ke seluruh jubah. Kekuatan yang seharusnya terfokus pada satu titik tajam malah menyebar ke permukaan lebar.

Itulah sebabnya serangannya kehilangan daya rusak.  

Tatapan Ning Xuan perlahan kembali terangkat, menancap tepat pada tenggorokan Beruang Iblis berjubah merah darah itu.

Makhluk itu pun merasakan sorotan matanya.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar.

Ning Xuan tidak bicara.

Beruang iblis itu juga tidak bicara.

Siapa yang masih sempat berbincang saat bertaruh nyawa dalam pertarungan hidup-mati?

Beruang iblis berjubah merah tiba-tiba menyeringai bengis. Kedua cakarnya melayang liar, jubah merah darah itu diputar membentuk dua perisai besar laksana lautan darah. Dengan teriakan liar, ia menjelma menjadi angin puyuh merah dan menerjang ke arah Ning Xuan. Dalam sekejap, jarak mereka hanya tersisa tujuh langkah.

Ning Xuan segera menginjakkan kakinya dengan jurus “Yan Hui Bu” (Langkah Burung Walet yang Berputar Balik), lalu secepat kilat menghunus pedangnya.

Seorang manusia dan seekor iblis bertemu dalam benturan mematikan.

Dalam sekejap, pedang berkilat bagai naga perak yang melesat keluar lautan, sedangkan jubah merah iblis itu bergejolak laksana samudra darah yang bergelora. Saat pedang hendak menembus, gelombang ganas justru turun dari atas, menekan dengan amarah tiada tara.

Dalam pertukaran jurus itu, bayangan pedang dan kain berkelebat, bunyi benturan memekakkan telinga, dan tiap benturan menghasilkan hempasan angin ganas yang membuat udara bergetar.

Meski gerakan Ning Xuan jauh lebih unggul, jubah merah itu menutupi sebagian besar tubuh beruang, membuat ruang serangan Ning Xuan menjadi sempit. Setiap tebasannya yang mengenai jubah akan langsung diserap, kekuatannya tersebar rata tanpa mampu melukai.

Yang lebih mengherankan, jubah itu seolah bukan dari bahan biasa. Seberapa pun Ning Xuan menebas, menusuk, atau menghantam, tetap tidak meninggalkan kerusakan sedikit pun.

Bugh!

Benturan keras kembali terdengar. Manusia dan iblis terpental, saling menjauh.

Ning Xuan menatap beruang iblis itu, lalu perlahan mengangkat pedangnya dan membentuk gerakan awal dari jurus “Yan Hui San Dao” (Tiga Tebasan Burung Walet yang Berputar Balik).

Sebuah ide melintas dalam hatinya.

Ia hendak mencobanya.

Jika kali ini masih gagal, maka ia akan memilih mundur lebih dulu.

Suasana hening sejenak.

Tatapan dingin beruang iblis itu sulit ditebak, namun tiba-tiba ia kembali meledak dengan kecepatan luar biasa, menerkam Ning Xuan.

Ning Xuan melayang lincah seperti burung walet, pedangnya lebih cepat dari tubuhnya, menebas dengan jurus “Burung Walet Mengejar Angin”.

Beruang iblis segera mengibaskan jubahnya untuk menangkis.

Namun Ning Xuan tidak berhenti. Tubuhnya maju semakin dekat, genggaman pedangnya berubah dari satu tangan menjadi dua tangan. Jurus ringan “Burung Walet Mengejar Angin” langsung tersambung dengan jurus berat “Burung Walet Menembus Gelombang”.

Swushh!

Whuaa! Whuaa!

Jubah merah itu sempat tertekan ke dalam, namun lagi-lagi berhasil menyebar rata kekuatan tebasan Ning Xuan.

Melihat itu, Ning Xuan segera mengubah arah serangan. Tebasan yang semula menghantam lurus, kini berputar, berusaha meluncur sepanjang permukaan jubah yang licin untuk langsung mengiris leher beruang.

Tetapi beruang iblis bereaksi cepat. Lengan hitam legamnya berputar, sikutnya menghantam keras ke arah pedang Ning Xuan, dengan kekuatan penuh, berusaha menghancurkan senjata lawannya.

Krak!

Pedang itu patah!

Namun anehnya, kekuatan beruang itu justru meleset.

Ia memang berhasil mematahkan pedang, tetapi bukan karena tekanannya.

Ning Xuan sendirilah yang mematahkan pedangnya dengan sengaja!

Momentum itu membuat tubuh beruang sedikit condong ke bawah.

Dengan secepat kilat, Ning Xuan melangkah maju, menggenggam bagian pedang yang patah, lalu mengayunkannya dengan jurus “Burung Walet Meruntuhkan Gunung”, langsung menebas tenggorokan beruang dari bawah ke atas!

Seakan ada takdir yang mempertemukan, tubuh beruang sedang turun, sedangkan pedang patah Ning Xuan sedang naik.

Mata beruang itu terbelalak. Meski refleksnya cepat, kali ini ia tidak punya kesempatan melakukan apa pun.

Swushh!

Pedang patah itu mengiris lehernya, hampir memutus setengah bagian.

Ning Xuan segera menepuk kepala beruang, melompati tubuhnya, lalu memutar pedang di tangan dan menariknya dengan keras dari belakang.

Bugh!

Kepala raksasa beruang itu terlepas, jatuh berdebum ke tanah.

Menggelinding di antara debu dan darah.

Ning Xuan tak membuang waktu. Ia segera menyapu pandang ke sekitar, memastikan kondisi aman, lalu cepat membungkuk untuk meraih jubah merah darah itu.

Namun, tepat saat ia hendak mengambilnya, udara di sekelilingnya yang semula hening tiba-tiba bergetar.

Whoooshhh!!

Suara angin mendesis keras, seperti datang dari jarak sangat dekat.

Udara seakan mendidih. Suara itu meluncur dari arah belakangnya.

Ning Xuan refleks menegang. Tak sempat menghindar, ia menjejakkan kaki kuat-kuat, lalu bukannya mundur, ia justru maju menubruk ke arah datangnya suara.

Sayang, serangan itu begitu mendadak. Dorongan Ning Xuan belum keluar dengan penuh tenaga.

Bugh!

Rasa perih panas membakar menjalar di punggung dan pinggangnya.

Dari benturan itu, wujud penyerang akhirnya terlihat seekor kera putih aneh. Seluruh tubuhnya diselimuti bulu putih sepanjang tiga inci. Tatapan matanya memancarkan aura ganjil, jahat, dan penuh nafsu keji. Di tangannya tergenggam sebuah tongkat logam panjang.

Blarrghh!

Kera itu memuntahkan darah segar. Tubuhnya jelas tak sekuat beruang tadi. Meskipun Ning Xuan belum sempat mengerahkan penuh jurus “Beruang Meruntuhkan Gunung”, tetap saja benturan itu membuat si kera menderita luka serius.

Namun, bukannya panik, kera putih itu justru menatap tajam pada Ning Xuan. Lalu, tanpa diduga, ia perlahan mundur.

Ning Xuan segera memanfaatkan kesempatan. Ia meraih jubah merah darah, lalu cepat-cepat mengenakannya.

Namun begitu jubah itu terpasang, tubuhnya justru diselimuti kabut tipis beraroma seperti asap dupa.

Dan dalam sekejap, jubah itu menghilang!

Ning Xuan tertegun.

Tatapan kera putih langsung berbinar, lalu ia mengeluarkan tawa keji, “Kukira kau juga iblis yang sedang rebutan harta! Tak kusangka, bahkan hal ini pun tidak kau ketahui. Rupanya kau hanyalah manusia pribumi di tempat ini. Hahaha! Kalau begitu… sampai jumpa!!”

Begitu kata-kata itu selesai, tubuhnya bergetar di udara lalu lenyap tanpa jejak.

Ning Xuan melangkah dua tapak ke depan, menatap noda darah putih yang tersisa di tanah.

Tiba-tiba, pandangannya digelapkan oleh barisan huruf yang muncul di hadapannya:

【Kera Bayangan Iblis】

【Afiliasi: Klan Kera, Golongan Spesies Bayangan Iblis (Fisiologi): 3.5】

【Kitab Suratan Iblis: Barang siapa menyadari kedatangan iblis, ikutilah darahnya, saksikan akar kehidupannya, lalu paksa lakukan Ritual Penyulingan. Jika gagal mati dan lenyap. Jika berhasil jadikan milikmu.】

【Apakah ingin menyuling?】

Ning Xuan tanpa ragu menjawab dalam hati: “Tidak.”

1
Leonard
Gak sabar lanjutin.
Oralie
Seru!
iza
Ceritanya bikin keterusan, semangat terus author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!