Agen Rahasia Jadi Putri Teraniaya

"Siapa kamu ngaku-ngaku calon istri Axton. Asal kamu tahu, aku adalah tunangannya yang sah."

"Iya kah? Benar begitu Oppa?"

"Tentu saja tidak, siapa yang mau dengan kamu perempuan murahan."

Aksi pertengkaran di dalam supermarket mengundang keributan dan mengganggu pengunjung lainnya. Sehingga mereka bertiga langsung diusir oleh petugas keamanan Supermarket.

"Astaga, aku pemilik perusahaan diusir dari Supermarket karena dua perempuan." Gumam Axton menyingkir sedikit menjauh. Dia ingin tahu sehebat apa gadis remaja yang nampaknya tidak mudah untuk dikalahkan ini. Jika Alexa berhasil menyingkirkan Glory, maka keputusan tepat menjadikannya seorang istri.

"Jadi siapa mbak ondel-ondel ini? Kenapa memeluk calon suamiku?"

"Heh, kenalkan aku Glory Anastasia tunangan Axton." Ucapnya percaya diri.

"Hahaha... Tunangan dari Hongkong, pede sekali Anda Mbuuakkk." Ucap Alexa.

"Jika memang benar, aku jadi ingin tertawa. Selera Oppa Axton mirip ondel-ondel. Baju kurang bahan, perut buncit malas olah raga ya mba." Ejek Alexa.

"Perutku buncit karena aku hamil."

"Waduh, satu lagi makhluk gila yang suka pamer hasil zina. Hamil di luar nikah kok bangga. Situ waras." Ucap Alexa.

"AKU HAMIL ANAK AXTON."

Byuurrr...

Segelas jus jeruk dingin milik anak kecil lewat diambil Alexa lalu disiramkan pada wajah Glory.

"Mama... Jusku..." Tangis anak kecil itu pecah, membuat ibunya marah.

"Oppa, berikan uang untuk beli 10 gelas jus yang baru. Aku masih harus memberi pelajaran pada mulut sampah wanita ini." Teriak Alexa pada Axton yang berdiri di samping mobilnya terparkir.

"Kamu tahu, meskipun aku tidak bertanya pada Oppa Axton. Tapi aku tahu siapa yang benar dan yang sedang merekayasa cerita."

Karena jiwa Alana sang agen langsung bekerja. Apalagi dia tahu dari data profil di kantornya dulu jika Axton adalah pengusaha jujur yang tidak pernah dekat dengan para wanita. Jadi menghamili seorang perempuan jelas itu tidak mungkin jika bukan karena jebakan.

"Kamu salah orang jika ingin menghasutku dengan info busukmu itu."

"Jalang sepertimu jangan bermimpi terlalu tinggi untuk menikah dengan pria baik-baik seperti Oppa Axton. Sekarang pergi dari hadapanku, dan jangan muncul kembali jika tidak ingin nasibmu seperti..."

Prang...

Brekkk...

Alexa melempar gelas jus ke tanah lalu menginjaknya hingga gepeng.

Dengan nafas tersenggal dan aura dendam yang kuat, Glory pergi.

"Oppa... Sudah malam, sebaiknya kita langsung ke rumah. Bikin kuenya kapan-kapan saja. Karena besok aku harus pergi ke sekolah."

Axton menurut, dan mereka langsung menuju kediaman mama Yasmin Syakira. Tidak lama kemudian, mobil yang dikendarai Axton tiba di halaman rumah yang begitu hijau. Beda dengan rumah Papanya yang gersang.

Dari dalam rumah keluar wanita paruh baya yang masih memiliki gurat kecantikan yang jelas. Begitu lembut dan penyayang, itu yang ditangkap Alexa dari sorot matanya.

"Kenapa baru tiba malam begini, apa Axton lupa menjemputmu sayang?" Tanya Mama Yasmin yang langsung tertarik melihat sosok wanita yang dikenalkan sebagai calon istri putranya.

"Oh tidak tante, kami sudah berangkat sejak tadi. Tapi ada sedikit kendala di jalanan." Jawab Alexa sopan sambil mencium tangan.

"Glory berbuat ulah lagi Ma, kenapa dulu Mama menuruti keinginan gila Papa yang ingin menjodohkanku?"

"Jadi benar dia tunangan Oppa?"

"Oppa? Kamu panggil Axton Oppa?" Tanya Mama Yasmin menipiskan bibirnya.

"Iya, kenapa tante? Habisnya dia pilih-pilih, aku panggil Om marah, aku panggil abang protes, aku panggil kakak gak suka. Jadi aku panggil Oppa saja. Meskipun wajahnya bule." Ucap Alexa.

"Ada-ada saja kamu ini. Ayo masuk, Mama sudah siapkan makan malam untuk kalian, meskipun sudah lewat dari jam makan."

"Iya, tidak masalah. Aku tidak takut gendut kok tante. Dan maaf jika merepotkan, harusnya tante tidak perlu memasak untuk kami."

"Memangnya kamu tidak suka makanan rumahan?" Tanya Mama Yasmin sedikit salah paham dengan kalimat Alexa.

"Bukan seperti itu, tadinya aku yang ingin masak tante. Aku ingin buat kue bareng tante."

"Tapi insiden itu membuatku tidak mood lagi berbelanja bahan kue." Ucap Alexa sedikit memberi alasan.

"Ya sudah, kapan-kapan saja kamu datang lagi ke sini."

Mereka bertiga langsung menuju meja makan. Menyantap hidangan makan malam yang meski sudah dingin tetap terasa lezat. Kesan hangat dirasakan oleh Alexa atau pun Alana.

Kedua jiwa yang tertukar ini, sama-sama hidup dalam kesepian. Jika Alana jelas karena yatim piatu, tapi Alexa punya keluarga tapi seperti hidup sebatang kara.

Air mata menetes perlahan di pipi Alexa, bukan maunya menangis. Mungkin pemilik tubuh yang melakukannya.

"Kenapa menangis sayang?" Tanya Mama Yasmin merasakan aura kesedihan mendalam.

"Hanya merasa terharu, sudah lama aku tidak merasakan kehangatan seorang ibu. Apa boleh aku anggap tante seperti ibuku sendiri?" Tanya Alexa sambil menatap penuh harap.

"Tentu, bukankah kamu calon istri putraku. Itu artinya kamu putriku."

"Ah... Itu, sepertinya hanya omongan biasa tante. Oppa tidak serius, dia hanya ingin ganti rugi."

"Ganti rugi apa Axton, kok Mama tidak tahu soal ini."

"Ganti rugi karena aku telah menabrak mobil mewahnya tante. Jadi aku dijadikan barang pembayarannya. Benarkan Oppa? Lagi pula melamar tanpa bunga tanpa cincin seperti main-main saja. Iya kan tante?"

"Benar, jangan mau kalau kamu dilamar dengan cara tidak niat."

"Kita perempuan mahal, harus didapatkan dengan mahal juga. Tante mendukungmu."

"Loh mama kok bilang begitu? Alexa kita juga sudah membahas ini lho tadi, maaf karena kemarin aku spontan saat melamarmu. Jadi tidak ada persiapan sama sekali. Tapi tunggu, aku akan datang secara resmi bersama Mama untuk melamarmu di depan Papamu."

"Apa hanya berdua? Sejak tadi aku tidak melihat Om di sini? Apa dia sedang keluar?" Tanya Alexa penasaran dengan keluarga Axton yang tidak lengkap. Rumah yang terlihat sepi tanpa penghuni.

"Sama seperti kedua orang tuamu, Papa dan Mamaku juga sedang dalam proses perceraian. Mungkin besok semua sudah beres kok Ma."

"Syukurlah kalau begitu, Mama sudah tidak sabar membuat Papamu menjadi gembel. Apa seluruh aset dan kartu kredit sudah kamu bekukan? Mama tidak ingin gundik itu menikmati harta milik Mama, Axton."

"Tenang Ma, semua sudah dalam proses penyitaan oleh pihak legal. Pengacara kita yang mengurus semua. Kita tinggal menerima beres saja."

"Maaf menyela, apa Om selingkuh?" Tanya Alexa tidak enak hati.

"Benar, dan selingkuhannya adalah wanita hina yang tadi berseteru denganmu. Bayi yang dikandungnya adalah benih Papaku, tapi mereka ingin menjebakku dalam sebuah ikatan pernikahan. Bukankah itu gila." Ucap Axton menggebu.

"Kenapa kisahnya seperti kisahku dan Papa. Tapi Mamaku yang berselingkuh."

"Benarkah itu sayang? Kamu yang sabar ya, semoga setelah ini hanya kebahagiaan yang menyertai perjalanan hidup kita." Ucap Mama Yasmin.

Acara perkenalan dan makan malam pun usai, karena sudah larut malam jadi Alexa pamit pulang.

"Tante, aku pamit pulang dulu. Terima kasih makan malamnya lezat. Kapan-kapan kita bikin kue."

"Axton, antar Alexa selamat sampai rumah. Dia masih remaja, kamu jangan berbuat macam-macam sebelum pernikahan kalian telah resmi dilaksanakan."

"Iya, Ma kalau begitu aku antar Alexa dulu. Mama kunci pintu, jangan biarkan siapa pun masuk rumah sekalipun itu Papa."

"Hmm... Mama mengerti, sekarang pergilah ini sudah sangat larut malam."

Dalam perjalanan, tidak ada kalimat romantis atau gombalan. Hanya hening di dalam mobil, Alexa sibuk mengatur detak jantungnya. Sedangkan Axton bingung mau berbicara tentang apa. Sekaku itu memang seorang Axton.

"Apa yang membuat Oppa menyukaiku, padahal kita saja baru bertemu belum ada seminggu. Bukankah terlalu cepat jika dikatakan jatuh cinta."

"Kamu benar, aku jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat gadis remaja tersenyum hangat karena telah menabrak mobilku. Lucu memang, bertahun-tahun aku dikelilingi wanita cantik. Tapi justru cintaku berlabuh pada gadis remaja yang masih sekolah. Perbedaan usia kita mungkin 10 tahun, tapi bersamamu aku merasa kita seumuran karena kedewasaanmu."

"Apa ini sebuah pujian untukku? Tapi jujur aku belum sepenuhnya percaya. Jadi kita jalani saja dulu seperti ini, jangan dulu melamarku sebelum kita benar-benar yakin dengan pilihan kita sendiri. Aku tidak ingin ada penyesalan Oppa, karena kita berdua sama-sama baru mengenal kata cinta."

Brak

Dor

"Siapa mereka Oppa?"