Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab15
Cuaca mulai mendung dan mulai berangin kencang di pagi hari, sepertinya akan turun hujan. Iriana dengan tumbennya bangun pagi, mungkin otak, pikirannya mulai memerintahkan untuk bangun. Seperti obrolan nya bersama Rai kemarin yang ingin pergi ke kebun. Tapi jika cuaca nya seperti ini apakah bisa pergi. Ia masih berdiri di depan jendela nya dengan hanya mengenakan daster bertali satu, hujan mulai turun dengan lebat tapi anginnya mengarah ke kanan membuat air memercik ke arah jendela tetangga.
"Kenapa pintu jendelanya masih tertutup? Apa dia masih tidur!?" Gumamnya dengan sedikit mengernyit melihat ke arah depan tetangga. Ia pun kembali merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya. Ia berpikir untuk kembali tidur lagi, hujan lebat di luar membuat nya jadi ingin bergelung lagi di dalam selimut.
"Hujan-hujan gini paling enak tidur" Seraya menguap dan kembali menarik selimut sebatas leher. Perlahan mata nya mulai mengantuk, tapi dering ponsel di nakas nya membuat ia tidak jadi tidur. Meski sedikit malas ia tetap mengambil ponselnya. Ternyata yang menelepon Rai. Mengerutkan kening seraya mengangkat nya.
"Halo!" Apa kah suara di ponsel bisa kedengaran saat di luar turun hujan lebat? Jelas tidak. Akhir nya muncul notifikasi di layar ponsel Iriana.
Mas Rai:
Jangan tidur lagi Ana. Mas suka lihat kamu berdiri di depan jendela.
Pesan ini membuat Iriana terkejut dengan cepat ia menatap pintu jendela nya yang masih terbuka.
"Ih padahal tadi pintu jendela nya tertutup kenapa...?" Ucapannya ter jeda seraya bergidik ngeri.
Pesan susulan muncul lagi.
Mas Rai:
Jangan berpikir macam-macam, mas jelas dibalik jendela. Mas tinggal singkap kan gorden, bukan?
Dan sial nya Iriana terlalu berpikir macam-macam. Membuat ia jadi tertawa canggung dengan tingkah nya sendiri. Dengan cepat menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya jelas ia malu. Ia seperti lupa pintu jendela mereka berdua berbeda. Punya Rai jelas menggunakan kaca yang bisa melihat nya tanpa membuka pintu. Sedangkan punya hanya menggunakan full kayu.
Ketukan di pintu kamarnya menyadarkan ia dari rasa malunya. Dengan cepat ia membuka pintu kamar, ternyata Nenek lestari memanggil nya untuk sarapan.
"Nanti Nek! Ana mandi dulu." Gegas nya balik lagi untuk mengambil handuk.
"Nek tadi mau ke kebun?" Menunjuk barang bawaan nenek, setelah ia selesai bersih-bersih. Ia sekarang sedang duduk untuk sarapan pagi.
Lestari mengangguk seraya mengambil ikan di atas piring.
"Iya mau nya gitu Neng. Tapi ujan nya gak berenti-berenti ini."
Seraya mengangguk-anggukan, Iriana melihat keluar arah dapur.
"Kalo sore Nek!?"
"Lihat nanti saja Neng. Ini seperti nya awet tuh"
Ternyata hujan nya benar-benar awet sampai siang. Sekarang ia sedang berkutat di depan laptop nya.
"Iriana! Itu Mas Rai cariin kamu." Menunjuk arah depan.
"Ngapain Nek?" ujar nya bingung.
"Gak tau lah Neng! Datangi sana kalo gak bawai ke dalam ruang tv nih." Ujar Nenek seraya berjalan ke arah kamarnya.
"Nenek mau istirahat dulu di kamar." lanjutnya.
Menghembuskan nafas dengan cepat. Ia pun berjalan ke depan.
"Mas!" Panggil nya ia masih melihat di luar masih hujan meski tidak terlalu lebat.
"Masuk saja Mas! Dingin di luar."
*****
Rai setelah mengusir Reyhan yang tidak ingin pindah meski hari sudah pagi. Apa lagi Rey merasa suasana sangat mendukung untuk tidur kembali, hujan di pagi hari malah menambah kesan tidur nyenyak.
Rai membuka gorden jendela, ia melihat wanitanya sedang berdiri seraya melihat ke arahnya. "Sial baju apa yang dia gunakan itu!" Gumamnya di sela derasnya hujan turun. Ia masih betah menatap nya, sesekali tersenyum miring. Apa yang ia pikirkan?
Melihat wanita nya mulai kembali masuk kedalam. Sepertinya wanita itu ingin melanjutkan tidurnya, dengan cepat Rai menyambar ponselnya di nakas. Ia pun menghubungi wanita itu. Di angkat tapi tidak kedengeran, membuat Rai dengan cepat mengetik kan pesan.
Di dapur Rai melihat Bibi Ayu dan adik nya Risa sedang memasak.
"Mas! Gak jadi ke kebun kan?" Risa menegur Mas nya yang ingin kebelakang.
"Iya jalan nya becek juga. Mungkin lain kali,,, mana paman Bi?" Seraya melirik Bibi Ayu yang sedang menanak nasi.
"Kata nya tadi mau baikin motor di garasi situ Rai."
Mengangguk "Saya kesana dulu Bi!" Ia pun berjalan ke arah garasi. Yang ternyata di sana bukan hanya ada Paman nya tapi juga ada Reyhan adiknya.
"Ngapain Rey!?" Melihat adiknya sedang berkutat dengan ban motor Paman Budi.
"Ini Mas lepasin ban luar. Mau gantiin ban dalam kata paman bocor." Rai pun mengangguk-angguk.
"Kenapa Rai?"
Berjalan pelan kearah kursi dekat Reyhan.
"Malam ini siapa yang muatan buah kelapa sawit Paman!?"
"Pak Tarjo sama Mang Edi katanya. kenapa?"
"Emangnya Mas gak ikut!?" Ujar Rey menyela pembicaraan.
"Nanti Paman yang ikut Rey!"
"Desa sebelah kan paman? Mas gak ikut,, ada kerjaan dari kota numpuk Rey." Membuat Reyhan meringis ia tahu Mas Rai nya ini meski kerja di sini. Pekerjaan di kota juga masih membutuhkan nya, pekerjaan hasil kerja Rai sendiri,, sama seperti yang ada di Kabupaten.
Dan juga pekerjaan dari Papa mereka, meski ia bisa meng handle nya tapi sebagian masih hak Mas Rai.
"Kamu saja temanin Paman! Ada janda muda nya." Menaikan kedua alis nya menggoda adiknya. Membuat Paman tertawan mendengarnya.
"Ya kan Paman?" lanjut nya.
Memutar kedua bola nya, Reyhan tahu ia emang suka wanita yang lebih dewasa bukan janda muda.
Setelah obrolan mereka di garasi dan hujan hanya tinggal sisa titisan nya. Ia punya rencana ingin mendatangi wanita nya. Mengambil payung perlahan berjalan ke pelataran rumah tetangga. Ia sedang merindu.
Mengetuk pintu rumah Nenek lestari. Yang yang ternyata di buka kan lestari.
"Eh, Mas Rai. Masuk dingin di luar,,, mau cari Neng Ana yah." Senyum lestari melihat Rai.
"Iya Nek! Ada?" Ia masih menunggu di teras.
"Masuk saja! Nenek panggilkan dulu."
Dan terdengar suara Nenek memanggil cucu nya yang ternyata ada di ruangan tv.
Suara kaki terdengar jelas. Sosok yang Rai rindukan sudah ada di depannya. Membuat Rai tidak bisa menahan senyumnya. Ia pun masuk kedalam mengikuti wanitanya yang hari ini mengenakan atasan rajut kebesaran di tubuh mungilnya. Tapi itu menambah kesan lucu nya kelihatan.
Berdehem menyadarkan pikirannya, yang mulai berkelana.
"Ngerjain apa?" Melihat laptop di meja kecil.
"Kerjaan apa saja Mas." Seraya mematikan laptopnya setelah menyimpan kan filenya.
"Mas!"
"Ana!" Ucapan yang bersamaan, membuat mereka berdua saling melihat dan tersenyum geli sampai akhirnya terkekeh.
"Kamu saja duluan! Mas dengarkan." Seraya menyelipkan rambut Iriana ke telinganya.
"Mas! Jadi ke kebun nya di tunda dulu yah?" Memutar arah duduk nya menjadi saling berhadapan. Sejak kapan duduk mereka berdua jadi semakin rapat, sampai-sampai hembusan nafas mereka saling menerpa wajah. Membuat Iriana salah fokus, ia melihat jakun itu naik turun cepat. Naik ke atas tatapan nya menjadi melihat manik gelap Rai.
Jangan tanya Rai. Ia sudah berusaha menahan nya, apa lagi dengan jarak sedekat ini bibir ranum kemerahan itu yang terbuka sedikit seakan ingin mengundangnya.
"Masss."
Dan suara lirih itu semakin membuat Rai tidak bisa menahannya.
Cup...