Luna Delfina berprofesi sebagai seorang penulis di hidupnya, ia memiliki cukup banyak pengikut setia yang selalu mendukung setiap karyanya.
Suatu hari muncul satu komentar misterius di karya tulisannya yang pada akhirnya membawa dirinya ke dalam Dunia Karya Ciptaannya tersebut.
Segala cara telah ia lakukan agar dapat terlepas dari ikatan dunia ini, namun tak ada satupun cara yang berhasil. Satu-satunya jalan terakhir baginya adalah dengan menjodohkan kedua Pemeran Utama sesegera mungkin agar ia dapat segera terlepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang Pemeran yang tidak diketahui Perannya disini.
Apakah ia dapat berhasil menjodohkan mereka di tengah badai-badai konflik yang ditulis olehnya sendiri? Ataukah semua tindakannya ini malah membuatnya terjerumus lebih dalam? Dan.. Siapakah orang misterius itu?
Ayo baca drama seorang Penulis kecil ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MllyyyStar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Sihir Pemanggilan
Marcos, pria itu melepaskan tawanya yang menyengat, suaranya menggelegar di tengah keheningan Pertempuran, tawa itu penuh dengan ironi.
“Ada apa dengannya?” Gumam Edwin bingung, padahal saat ini pria itu sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkannya sendiri, namun mengapa pria itu malah terlihat seperti sebaliknya?
Marcos menaikkan kerah pakaiannya, di pergelangan tangannya tampak semacam gambar yang tidak cukup jelas terlihat dari kejauhan. Namun sebelum ia berhasil melakukan semacam Ritual Pemanggilan, dalam sekejap ia terjatuh.
“Sierra?”
Sierra muncul tepat di belakangnya, dengan sebuah Belati kecil di tangannya yang masih penuh dengan noda darah segar milik pria itu, ia membunuhnya.
Sebelum ia Menusuk pria itu dengan Belati miliknya, Sierra sudah terlebih dahulu menyelesaikan Pertarungan akhir bersama dengan Leontius dan Alsean dalam Melawan Makhluk Magis Alphanic itu, tentunya saat pandangan Marcos sedang dialihkan ke hal yang baru. Tidak terlalu sulit bagi mereka bertiga untuk dapat Mengalahkan seekor Alphanic jika Makhluk itu bergerak tanpa kesadaran diri dan Arahan dari Pemerintahnya.
“Dia hampir saja akan melakukan Ritual Pemanggilan Iblis kemari.” Kata Sierra, Menyeka darah yang masih menetes pada ujung Bilah Pisau kecil miliknya.
“Ritual Pemanggilan Iblis?” Semuanya terkejut.
“Aku tidak mengingat Bagian ini ada pada Cerita.” Luna mengamati dalam diamnya, sembari membantu Josie yang mengalami Cedera kecil untuk berdiri.
“Jika baru saja ia berhasil melakukannya, Keselamatan kita semua yang ada disini akan segera Terancam, Kemampuan kita semua tidak akan cukup untuk dapat Melawan sampai ke Tingkatan Iblis.” Sambung Alsean.
“Separah itukah?”
“Pada Novel Berjudul Whispers of the Enchanted Realm memang aku ada tambahkan beberapa selipan Kisah para Iblis yang dahulu kala pernah muncul, namun tidak kusangka dimasa kini masih ada Ritual Pemanggilan Iblis yang bahkan dapat dilakukan oleh seseorang yang bukan Keturunan seorang Penyihir sekalipun.” Batin Luna, ia tidak tahu bahwa akan ada beberapa perubahan pada detail kecil yang ia tulis di Cerita, semuanya mungkin akan menjadi semakin berbahaya kedepannya tanpa sesuai dengan isi Cerita yang ia tulis.
“Semua telah berakhir sekarang. Bawa yang cedera ke tempat yang aman untuk diobati.” Ujar Leontius.
“Lalu, bagaimana dengan sisa Makhluk Magis mereka?” Tanya Chelsea, Elena turut menoleh sembari menunggu Perintah selanjutnya.
“Kau bisa membebaskan mereka?” Tanya Leontius.
Elena mengangguk. “Akan kucoba.”
Sementara yang lain segera meninggalkan Lokasi untuk menuju ke tempat yang lebih baik. Kondisi Lokasi Pusat Desa kini tampak kacau, Pilar Batu yang telah dibangun selama puluhan tahun dan menjadi Simbol Utama pada Desa itu bahkan telah hancur oleh para kumpulan Pengecoh itu dalam sekejap.
Dan tidak sedikit pula tempat tinggal para Penduduk sekitar pun menjadi rusak, dari yang ringan sampai yang benar-benar parah. Pusat Desa yang seharusnya menjadi tempat dimana penuh dengan Kesibukan Utama para Penduduk, namun kini malah sebaliknya, tampak sangat sepi tanpa seorangpun Penduduk yang tersisa kecuali mereka yang Bertarung langsung di Lokasi.
Alsean menghampiri Luna. “Kau tidak terluka kan?” Tanyanya khawatir.
“Kurasa yang terluka disini adalah kau, Tuan Sean.” Ujar Luna, tersenyum mengejek.
“Bahkan di situasi seperti ini kau masih bisa bercanda.” Alsean menggeleng tidak percaya.
Luna memandang Alsean sejenak. “Tenang saja. Aku bisa menjaga diriku sendiri.” Katanya, tersenyum kepadanya. Kemudian setelahnya ia pergi untuk kembali membantu Josie yang masih berada disana.
Luna menekukkan satu lututnya di depan Josie yang sedang duduk. Ia memeriksa pergelangan tangan gadis itu yang berbekas Memar. “Apakah sakit?” Tanyanya, sedikit menekan bagian itu.
Josie sedikit meringis kesakitan, ia mengangguk.
“Sepertinya ada pembuluh darah yang pecah akibat benturan di Pertarungan sebelumnya, sehingga Menyebabkan darah merembes di bawah kulit. Jangan khawatir, hanya perlu dikompres sejenak dan Memar ini akan segera menghilang. Atau.. Untuk Pemulihan lebih Pesat, kau bisa meminta Elena untuk mengobatimu dengan Sihir Pemulihannya.” Jelas Luna.
Ia berdiri, memandang ke arah Elena yang masih tampak sibuk dari kejauhan. “Sepertinya lebih baik mengantarmu ke Pusat Layanan Kesehatan Desa ini, mereka pasti akan tahu bagaimana langkah untuk Penanganan mu nanti.”
“Luna, apa kau Bergabung di Kelas Sanitas Sihir?” Josie memandang ke arahnya, merasa penasaran.
“Tidak, kenapa?”
“Oh, kupikir kau Bergabung di Kelas itu. Karena melihatmu yang sepertinya paham dengan Metode Perawatan Cedera.” Ungkapnya, mengangguk meski masih sedikit penasaran tentang asal Pengetahuan gadis itu.
“Ada satu cerita lucu tentang itu. Aku pernah tidak sengaja salah mengambil buku Pinjaman dari Perpustakaan, dan mau tidak mau aku membacanya habis karena merasa bosan di satu Kelas yang kupilih waktu itu, sehingga setidaknya sekarang aku memiliki beberapa Pengetahuan Kesehatan Umum seperti sekarang.” Celetuk Luna, tanpa sadar ia bercerita panjang dengan suasana hati yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Josie tertawa tidak menyangka. “Serius seperti itu?”
“Yaah, sulit dipercaya kan?” Kata Luna sembari menggaruk pipinya, bahkan ia sendiri masih bingung mengapa ia bisa sampai salah mengambil buku, namun yang lebih anehnya lagi buku itu tetap ia baca sampai selesai.
Mereka berbincang sejenak, tak berapa lama yang lain menghampiri. Semuanya telah selesai, mereka bergegas untuk kembali ke Balai Desa, memeriksa keadaan Tuan Vinn dan para Penduduk yang lain.
Hanzel, yang sebelumnya menjadi salah satu sandera mereka, untungnya cedera yang ia alami tidak terlalu parah, ia hanya perlu melewati beberapa Pengobatan Tradisional Desa mereka sebelum akhirnya dapat pulih kembali, namun tentunya Pengobatan itu memiliki Proses yang cukup panjang.
Dan melihat parahnya Kondisi Desa itu, dari Gerbang Utama yang sudah hancur sampai di Pusat Desa yang berantakan, butuh waktu yang lebih untuk dapat memulihkan keadaan Desa itu seperti semula, termasuk Psikologis Penduduk yang pastinya ketakutan akan hal ini terjadi lagi kedepannya, sulit bagi mereka untuk dapat kembali beraktivitas normal diantara Kekacauan yang baru saja terjadi.
...~...