Pemuda Terhebat

   Melihat Adrian pergi, Zaky menghela nafasnya dengan lega. Sebenarnya dia melakukan semua itu hanya semata-mata untuk bertahan hidup, agar di masa mendatang dapat membalaskan semua penghinaan yang dia terima. 

  Tidak mungkin seorang tuan muda manja dan sombong seperti Zaky itu dapat mengakui kekalahan dengan mudah.

   Tiba-tiba pandangan Zaky tertuju pada pipa baja yang tergeletak di samping. Dia menatap pipa baja itu, lalu menatap ke arah Adrian yang sedang berjalan yang membelakanginya. Dia merasa ini adalah kesempatan menyerang Adrian secara diam-diam.

   Melihat itu adalah kesempatan yang langka, Zaky langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk membalaskan dendamnya. Kali ini dia benar-benar melupakan rasa takut yang membuatnya gemetar tadi. Dia meraih pipa baja yang tergeletak di tanah dan langsung melayangkannya ke arah punggung Adrian dengan keras.

   “Mati kau…!!”

   Zaky meraung ganas. Namun, sebelum pipa baja itu menyentuh punggung Adrian, tubuh adrian berbalik dalam sekejap dan berubah menjadi bayangan hitam. Tiba-tiba Zaky merasakan sakit di pergelangan tangannya, pipa baja yang awalnya berada di tangannya, saat ini pipa baja itu telah berpindah tangan ke tangan Adrian tanpa dia sadari. Dalam sekejap rasa dingin pun langsung terasa di bagian bahu kanannya. 

   Zaky menemukan lengan dan pergelangan tangannya yang telah patah, hingga berbentuk menyerupai huruf S.

   “Argh,,!!”, teriakan kesakitan Zaky langsung terdengar memekakkan telinga. Rasa sakit yang hebat pada tangannya, membuat dia ingin pingsan. Akan tetapi setelah melihat keganasan Adrian, dia langsung mundur beberapa langkah ke belakang, dengan ketakutan mendalam, yang terlihat jelas dari pupil matanya.

   Zaky merasakan kemampuannya untuk bergerak, berteriak bahkan berpikir pun, seolah-olah telah menghilang  dengan sendirinya. Dia pun hanya dapat tertunduk lesu.

   Melihat Zaky yang malang itu, membuat Adrian mendengus dingin. “tadi kalau tidak salah, kamu akan mematahkan tangan dan kaki saya kan?”, ucapnya dengan tenang. Akan tetapi, dibalik nada suara yang tenang itu terpancar niat membunuh yang mengerikan. 

Bum……

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Adrian, membuat Zaky diam seribu bahasa. Seolah-olah dia mendengar suara dentuman meriam yang keras dan menggelegar di telinganya. Pada saat itu, dia benar-benar lupa akan rasa sakit di lengannya yang patah.

“Saya…Saya…”

Zaky bicara dengan terbata-bata, hendak mengatakan sesuatu, “Sing,,!!”. Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, sebuah bayangan putih melesat cepat ke tangan Zaky yang satunya lagi dengan suara yang mendesing. Detik berikutnya, dia merasakan sakit yang tajam dan luar biasa di tangan kirinya.

Adrian menghantamkan pipa baja ke arah bahu kiri Zaky dengan keras, yang langsung membuat tangan kiri Zaky juga langsung terkulai dengan lemah. Dia pun berguling di tanah mengekspresikan rasa sakit yang luar biasa itu. Ingin rasanya dia berteriak, akan tetapi suara teriakan itu tiba-tiba tidak dapat keluar dari mulutnya.

   Setelah beberapa saat, barulah suaranya muncul kembali. Akan tetapi bukan teriakan lagi yang keluar dari mulutnya, melainkan permohonan.

“Ti Ti Tidak, tolong jangan lakukan!”

Zaky berusaha berjuang mati-matian, mengucapkan kata-kata tersebut, dengan mencoba mengayunkan kedua tangan yang terkulai itu kedepan, yang membuat gerakan permohonan. Dia tidak berani melakukan gerakan yang tidak perlu, karena gerakan sekecil apapun dapat membuatnya merasakan sakit yang luar biasa.

   Adrian tidak menghiraukan kata-kata Zaky. Dia tidak dapat lagi percaya dan melepaskan Zaky untuk yang kedua kalinya. Cukup sekali dia tertipu, untuk yang kedua kalinya, jangan harap.

   Sebuah pipa baja yang dingin tiba-tiba mendarat di salah satu kaki Zaky. “Jadi selanjutnya, kaki sebelah mana yang harus saya patahkan?”, ucap Adrian sambil tersenyum dengan ganas.

   Zaky menatap Adrian dengan tatapan memohon, “tolong, tolong, lepaskan saya. Argh…!!”.

Di tengah teriakan Zaky yang sudah seperti lolongan babi yang disembelih itu, sebatang pipa baja menusuk tepat ke lutut kanannya. 

   Sedangkan dengan para gangster yang masih tersisa di sana, mereka semua langsung ketakutan menyaksikan kekejaman Adrian. Para gangster itu terkencing di celana, saking ketakutannya. Bahkan ada yang pingsan kembali menyaksikan semua itu. Tanpa pikir panjang mereka semua langsung berlari tertatih-tatih dengan menyeret kaki mereka yang pincang, dan ada juga yang berlari menggunakan kedua tangannya, karena kedua kaki mereka sudah tidak dapat digerakkan, sudah seperti hantu ngesot saja. 

Pemandangan berdarah itu sungguh membuka mata mereka, ditambah lagi jeritan suara Zaky yang melolong buana itu membuat bulu kuduk mereka berdiri.

“Lari…! Lari…! Lari…!”

   Tanpa memperdulikan luka-luka mereka, mereka semua berlari keluar dari gang sempit dengan tergesa-gesa, dan tidak lagi memiliki keberanian untuk tinggal di sana. Adrian, pemuda biasa yang berada di depannya itu sudah seperti malaikat pencabut nyawa bagi orang-orang itu.

…

  Zaky saat ini benar-benar telah putus asa. Dia tidak dapat lagi mengendalikan dirinya. Air kencing yang yang berbau amis itu pun membasahi celananya lagi. Tanpa dia sadari, air kencing itu keluar dibarengi air kejantanannya, akibat menahan rasa sakit yang luar bisa.

 Pada saat ini, Adrian menunjuk kaki Zaky yang masih utuh menggunakan pipa baja, sambil tersenyum tipis. “Sekarang hanya kaki itu yang masih tersisa!,”.

“Tolong Tolong lepaskan saya!”, Zaky memohon lagi agar Adrian tidak menghancurkan kaki satu-satunya yang tersisa dan masih utuh itu. Jika kaki itu dihancurkan juga oleh Adrian, maka selamanya dia akan berada di atas tempat tidur

   “Melepaskan kamu!, sahut Adrian dengan dingin.

   “Jika seandainya saya tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk membela diri, apakah kamu akan melepaskan saya dan tidak akan mematahkan setiap anggota tubuh saya, seperti yang kamu katakan tadi?,” bentak Adrian dengan sorot mata yang tajam.

Mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Adrian,membuat Zaky hanya dapat terdiam dan tertunduk lesu, menerima nasib dosa-dosa yang pernah dia lakukan sebelumnya.

Ternyata memang benar kata pepatah. Sebuah kejahatan yang pernah kita lakukan, akan berbalik kepada kita suatu saat nanti.

   Pernah suatu saat Zaky melakukan penyiksaan terhadap seorang gadis remaja 17 tahun, sama persis seperti apa yang diterimanya saat ini, hanya gara-gara gadis itu yang menolak pernyataan cinta Zaky. Bahkan apa yang dilakukan Zaky saat itu lebih kejam dari apa yang yang dilakukan Adrian saat ini. Kedua mata gadis remaja 17 tahun itu juga di congkel hidup-hidup oleh Zaky, dan hingga pada akhirnya gadis itu mati di tangan Zaky oleh penyiksaan yang dilakukannya.

   Jadi apa yang dilakukan Adrian terhadap Zaky saat ini, bisa disebut sebagai balasan atas apa yang pernah dilakukan Zaky dahulu terhadap gadis remaja 17 tahun itu.