NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:914
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 : After Party

Liliana berpisah sementara dengan Lucien lantaran pria itu sibuk harus kesana kemari sebagai networking. Liliana memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak, ia duduk disalah satu meja bundar yang berada diujung jauh dari pusat keramaian.

Tidak lama Dewi datang menghampirinya, penampilan glamour yang sama tidak pernah lepas dari ingatan Liliana saat pertama kali bertemu. Gadis itu tersenyum singkat, yang dibalas senyum oleh Dewi.

"Saya belum pernah melihat anak muda seumuran kamu, yang jauh dengan Lucien. Sudha terlihat terbiasa dengan lingkungan seperti ini—"

"Saya tahu kamu berasal dari keluarga yang cukup terpandang saat itu dan mungkin saat ini. Hanya saja kamu begitu konsisten dalam bertindak, tidak semua anak seusiamu akan melakukan hal yang sama."

Liliana tersenyum, "Saya hanya melakukan tindakan yang sudah seharusnya, Tante."

"Panggil aku Eyang, apakah aku terdengar muda sehingga memanggil eyang," ucapnya diselingi dengan tawa ringan.

Liliana yang sebelumnya merasa tegang perlahan ia santai dan ikut tertawa ringan.

"Mengapa kamu memilih Lucien?" tanya Eyang secara tiba-tiba.

Liliana cukup kaget, tapi ia masih tetap netral. Tatapannya tertuju pada Lucien, yang berdiri tidak jauh dari mereka tengah berbincang dengan beberapa rekan. Begitupun dengan Dewi, seolah melihat orang yang sama dengan sudut pandang yang berbeda.

"Saya hanya merasa—" Liliana menjeda kalimatnya, ia tersenyum.

"Bahwa kewibawaan dan kecerdasannya berjalan secara beriringan, ketika semua orang akan menyingkirkan dan tidak perduli siapa yang mereka singkirkan, Lucien memilih untuk perduli."

Dewi masih memperhatikan punggung Lucien yang perlahan ditelan oleh banyaknya kerumunan. Ia beralih menatap Liliana dengan tersenyum tipis.

"Sepertinya kita memiliki sudut pandang yang sama mengenai cucuku, dia ambisius tapi juga perduli," sambung Dewi kemudian mengangkat gelas wine untuk bersulang dengan Liliana.

Sementara gadis itupun mengambil salah satu lalu menempelkan gelasnya dengan milik Dewi hingga menimbulkan dentingan halus dari penyatuan tersebut.

Liliana hanya bergerak seolah meminum, Dewi menyadari gadis itu tidak benar-benar meminum wine.

Dewi memperhatikan cara meminum Liliana ynag sebenarnya ia tidak meminumnya, "Kenapa?"

Gadis itu meletakkan gelas dengan lembut, matanya menoleh ke arah Dewi kemudian berucap, "Saya tidak bisa minum."

Dewi mengangguk, "Baiklah aku mengerti, mengingatkanku pada putra keduaku, Thomas. Dia juga sangat tidak bisa minum."

Liliana menatap Dewi sambil mengangguk kecil, ia tahu siapa Thomas. Thomas Dravenhart, adik kandung dari Anderson. Beliau sudah meninggal dari beberapa tahun yang lalu, Liliana mengetahui kabar tersebut tidak lain dari berita.

"Dilain waktu mungkin kita bisa bertemu diluar atau disini, membicarakan beberapa hal yang seharusnya diketahui oleh bagian keluarga baru Dravenhart," ucap Dewi yang mengajak Liliana hanya untuk meminum secangkir kopi bersamanya dihalaman istilahnya.

"Baiklah, dengan senang hati saya akan mengunjungi anda. Terimakasih atas undangannya," ucap Liliana sedikit menunduk dan tersenyum lembut.

Tidak lama seorang pria datang ke meja mereka berdua perawakannya tinggi dan sedikit berisi. Ia menundukkan tubuh tanda hormat untuk Dewi Rahma.

"Selamat malam, nyonya Dravenhart dan istri Lucien, saya Hendry Christ," ujar pria itu

Dewi menunjuk pada kursi disampingnya menggunakan telapak tangan, "Silahkan duduk tuan Hendry."

Wanita dengan sanggul dibelakang kepala itu, menatap Liliana, ia berucap, "Beliau kakak kandung dari William Christ, Lili. Paman Lucien."

Liliana saling bertatapan dengan Hendry, ia tersenyum dan sedikit menunduk padanya. Meniti setiap inci dari wajahnya, lalu alisnya sedikit terangkat. Ia merasa tidak asing dengan rupa pria dihadapannya saat ini.

"Dan Hendry, perkenalkan dia Liliana Dravenhart, istri cucu saya."

"Senang bertemu dengan anda nona Lili, anda tampak begitu menawan dengan gaun merah—" pujinya sambil tersenyum hangat, atau hanya terlihat hangat.

Liliana tersenyum, "Terimakasih atas pujiannya, Tuan Christ."

Gadis itu sebelumnya benar-benar tidak tahu mengenai paman Lucien, sejauh ia menjelajahi dunia maya hanya untuk informasi penting mengenai keluarga terpandang ini, Liliana belum menemukan paman Lucien.

"Lucien sangat pintar memilih calonnya—" Pria dengan kumis tebal itu berucap dengan berbisik.

"Tidak seperti Seraphina, dia model papan atas, tetapi mannernya masih belum matang," sambung Hendry dengan santainya.

Liliana tidak menampilkan ekspresi apapun, hanya datar. Kalimat tersebut sedikit kurang pantas jika dilontarkan dihadapan orang lain, apalagi itu neneknya. Dari sikapnya itu, Liliana sudah dapat menebak bagaimana pribadinya.

"Sudahlah, Tuan Chirst. Seraphina juga masih muda, ia masih dalam tahap belajar adaptasi dengan sistem lingkungan yang seperti ini," bantah Dewi dengan nada suara lembut dan pelan tapi terkesan menyudutkan.

Sedangkan gadis itu sejujurnya ingin ikut menyudutkan Hendry, tetapi mengingat dirinya masih harus tampil sopan. Liliana memilih untuk diam tanpa ekspresi, seraya menunggu seseorang yang perlahan berjalan menuju dirinya. Lucien. Pria itu mengulurkan tangannya yang diterima anggun oleh Liliana.

"Permisi, tuan dan nyonya. Nona Lili harus berdansa dengan suaminya," ucap Lucien sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi.

Liliana yang mendapati senyuman itu, tanpa sadar ia ikut tersenyum tipis.

Dengan perlahan melangkah dan saling bertatap, keduanya mulai bergerak secara beriringan.

"Anda sangat cantik, Nona," puji Seraphina ketika ia juga tengah berdansa dengan Emric.

Gerakan dua pasangan tersebut seirama sesuai dengan ketukan dan nada, seolah sedang bersaing. Mereka berdua berdansa bersama ditengah-tengah lantai dansa.

"Terimakasih, Nona Seraphina. Anda juga sangat menawan," puji balik Liliana disaat waktu kedua nya berada diposisi berdekatan.

Dua pasangan itu menjadi yang paling menonjol, dengan aura masing-masing yang beradu diudara.

Begitu usai, kedua pasangan saling menghadap satu sama lain.

Emric menarik sudut bibirnya, dengan senyum merekah ia berkata, "Belum aku sampaikan, selamat atas pernikahanmu, Lux. Kamu sangat beruntung mendapatkan nona Liliana diwaktu yang tepat."

Lucien membalas senyuman Emric, senyuman yang bukan bermakna ketulusan, "Terimakasih Emric, dan iya—aku beruntung menemui Liliana jauh sebelum hari ini."

"Begitukah?" Emric bertanya dengan seolah Lucien mengatakan kebohongan, "Bentar lagi pernikahan kita juga akan digelar, aku harap untuk kamu mempersiapkan diri, menghadiri pernikahan kami."

"Dengan sepenuh hati kami akan menghadiri pernikahan kalian, acara yang paling ditunggu-tunggu bukan?" balas Lucien dengan diselingi kekehan kecil.

Liliana menatap raut Emric, terlihat datar. Namun sorot matanya sangat menjelaskan sesuatu seperti ketidaksukaan. Ia merasakan udara terasa lebih menegangkan saat kedua orang tersebut bertatap muka.

Gadis itu menyentuh lengan Lucien, "Baiklah tuan Emric dan nona Seraphina, semoga diberkati dan dilancarkan atas pernikahan kalian mendatang."

"Kami pamit undur diri, saya perlu waktu dengan suami saya. Terimakasih," sambungnya dengan lembut dan tersenyum, tampak manis saat dilihat dari sisi samping oleh sudut pandang Lucien.

"Baik nona terimakasih kembali, silahkan," balas Emric seraya menunduk begitupun dengan istrinya, Seraphina.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!