Aku seorang gelandangan dan sebatang kara, yang hidupnya terlunta-lunta di jalanan, setelah ibuku meninggal, hidup yang penuh dengan kehinaan ini aku nikmati setiap hari, terkadang aku mengkhayalkan diriku yang tiba-tiba menjadi orang kaya, namun kenyataan selalu menyadarkanku, bahwa memang aku hanya bisa bermimpi untuk hidup yang layak.
Namun di suatu siang bolong, saat aku hendak menata bantal kusam ku, untuk bermimpi indah tiba-tiba, ada segerombolan pria berpakaian rapi, mereka menyeretku paksa, tentu saja hal seperti ini sudah biasa, aku kira aku kena razia lagi.
Dan ternyata aku salah, aku dibawa ke rumah yang megah dan di dudukan di sofa mewah berlapis emas, karena terlalu fokus pada kemewahan rumah itu.
Tiba-tiba saja aku adalah anaknya, dan besok aku harus menikah dengan duda beranak satu yang tak bisa bicara, untuk menggantikan kakakku yang kabur.
Ayo baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie Alfredo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Identitas misterius
Setelah selesai senam, Vania membagikan minuman pada para pekerja.
Awalnya para pekerja juga kurang suka dengan Vania, karena Vania dekat dengan Lenard.
Namun setelah beberapa waktu, Vania suka membagikan makanan, pakaian dan apa yang dia punya, beberapa pekerja di sana sudah mulai luluh, tapi tidak semuanya.
Bahkan ada yang menolak pemberian Vania dengan kasar, tapi hal seperti itu sudah Hal biasa jadi Vania tidak ambil hati.
"Nyonya, bagaimana anda tahu gerakan senam?, apa anda juga hobby senam?" ujar salah satu pekerja.
"Bukan, ibuku yang mengajariku, jadi aku sangat hafal karena ibuku sangat menjaga bentuk tubuhnya." ujar Vania.
" Nyonya kalau begitu setiap satu Minggu sekali ayo olahraga." ajak pekerja.
"Tenang - tenang, aman bisa di atur, sekarang kita makan bersama ya." ujar Vania membagikan salad buah yang dia beli di toko tadi.
Mereka makan di taman dan bercerita dengan sangat senang gembira.
"Vania ..." terdengar suara ibu mertua memanggil namanya, yang baru pulang dari belanja.
"Iya Ibu ." jawab Vania segera menghampiri mertuanya.
"Ibu belikan Vania bubur ayam, ini langganan Ibu enak tahu." ujar Mutia.
"Ah, iya Bu ..." ujar Vania bingung karena dia juga belum selesai makan salad buahnya.
"Ehm, apa itu?, kau makan salad buah bersama para pekerja?" ujar Mutia melirik yang ada di belakang Vania.
"Iya Bu, kita baru senam bersama biar sehat bugar." ujar Vania bersemangat.
Apa?, keturunan Horem kenapa mau membaur dengan kalangan bawah, apa tidak salah?
Dalam hati Mutia.
"Ehm kalau begitu lanjutkan, Ibu mau masuk dulu ya." ujar Mutia segera masuk ke dalam.
Vania pun kembali ke para pekerja yang tampak kelihatan tegang.
"Nyonya apa di marahi nyonya besar?" tanya salah seorang pekerja.
"Tidak, ibu membelikan aku bubur ayam." menunjukkan oleh-oleh dari ibu mertuanya.
"Syukurlah kalau tidak dimarahin Nyonya." mereka pun merasa lega dengan itu.
Sore hari.
Di ruang baca Divon.
"Tuan ini hasilnya." ujar Hamis memberikan hasil dari tes DNA dari Vania dan juga Kris Horem.
Betapa terkejutnya Divon rupanya, Vania tidak ada hubungan darah dengan keluarga Horem.
"Kok bisa?" Ujar Divon heran.
Rasanya tidak masuk akal sama sekali.
"Coba kau cari tahu lebih lanjut tentang ibu Vania, aku yakin semua tidak sesederhana itu" ujar Divon.
Hamis pun segera pergi, sebenarnya Divon tidak mempermasalahkan Vania itu siapa, namun anak yang tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga Sandreas dan juga Horem itu harus terbawa arus deras yang tidak bertepi.
Dua bulan kemudian.
Hamis dan juga Charles ada di ruangan Divon.
"Hem, setelah aku bertanya dengan beberapa sahabat Kris Horem, mereka bilang jika dulu Kris memiliki designer kusus untuk keluarganya, namun entah kenapa malah justru gosip mengatakan mereka selingkuh sampai tak berdaya." Ujar Charles.
"Ini setelah saya cari tahu tentang ibu nyonya, jadi ibu nyonya memiliki kekasih namun rupanya mereka tidak di restui, dan mereka memilih cara untuk memiliki anak agar direstui, namun justru ancaman pembunuhan lah yang di dapat oleh ibu Nyonya, makanya ibu nyonya sangat takut, dan saat itu istri Kris Horem ketahuan selingkuh dengan ajudannya, Ini hanya dugaan saja, karena hubungan ibu nyonya dan Kris Horem itu sangat baik, mungkin itu adalah settingan mereka, yang satu ingin balas dendam, dan yang satu agar keamanannya terjaga." ujar Hamis melaporkan.
"Itu garis yang tepat Hamis, tebakanmu selalu akurat." sahut Charles.
"Lalu siapa Ayah, dari Vania?" tanya Divon.
"Saya belum menemukan petunjuk." ujar Hamis.
"Yang jelas kita tidak bisa mencari tahu dengan jelas, karena ibu Vania saja memilih hidup dalam ketidak berdayaan, dari pada layak namun nyawa putrinya terancam." ujar Charles.
"Tuan Charles benar, nyawa Nyonya akan berbahaya jika identitasnya ketahuan, yang jelas mungkin dia anak dari orang berpengaruh juga." Ujar Hamis.
"Kalau begitu pasti yang tahu jawabnya hanya Kris Horem di sini." sahut Divon.
"Ha, itu baru benar!" tegas Charles.
"Kalau begitu sudah cukup, kita hanya perlu tahu sampai sini, jangan sampai anak itu terluka." Divon tampak berpikir dengan keras.
"Ya dia sudah menjadi istrimu, kenapa tidak kau perlakukan dengan sebagaimana mestinya saja." ujar Charles.
" Bicara apa kau ini!" tegas Divon.
"Ya sudah nanti kalau kamu tidak mau buat aku saja, siapa tahu dia ini anak dari pemilik pabrik gudang garam jaya." Charles menggoda Divon.
"Suka sekali kau menggoda istri orang!" Divon sekarang tampak kesal.
"Haduh, Coba aku akan cari dulu di mana nyonya Divon, sejak menikah sampai sekarang aku belum bertemu." Charles segera keluar dari ruangan Divon.
Dia sangat senang membuat Divon tampak gelisah karena seseorang, sudah lama Divon tidak terlihat seperti manusia pada umumnya.
Saat berjalan mengelilingi kediaman, Charles mendengar suara dangdut, rupanya ada yang sedang senam di halaman belakang.
"Ah, sejak kapan kediaman ini jadi tempat senam?, hahahah." Charles sungguh tak menyangka, biasanya kediaman ini sangat sepi seperti kuburan, tapi ini sangat meriah kayak cfd.
"Siapa instrukturnya." Charles sangat penasaran, karena dari belakang body nya sangat bagus, siapa tahu bisa kenalan.
Namun saat akan mendekati, tiba-tiba jalan Charles dihalangi oleh Lenard.
"Uncle, jangan ganggu mamaku!" tegas Lenard merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi.
"Aih, itu ibumu rupanya?" Charles langsung tertawa mengetahui jawabannya.
"Iya, Uncle cuma lihat saja kok, Uncle mau menyapa ibumu." ujar Charles.
"No!, You bastard!!" teriak Lenard.
"Eh, kau bicara apa?, kau sama posesifnya dengan papamu itu, kenapa hal buruk dari papah mu yang kau turuni!" Charles menepuk jidatnya.
"Lenard, ... " panggil Vania menghampiri putranya.
"Eh, maaf anda siapa?" tanya Vania.
"Hallo nyonya , saya adalah sepupu Divon, salam kenal." Charles mengulurkan tangan, namun, Lenard langsung menapis tangan Charles.
"Jangan menyentuh mamaku!" tegas Lenard.
"Oh, maaf tuan anak saya memang agak keras, sebenarnya dia anak yang patuh, salam kenal juga." ujar Vania membungkuk.
Hahahaha, apa anak yang baik, bajingan kecil ini?, baik?
Dalam hati Charles.
"Tentu saja, dia keponakan saya, baru kali ini seperti ini." Ujar Charles.
" Mama, ayo kita ke kamar, mama harus cepat ganti pakaian ya, nanti sakit karena berkeringat." Lenard menarik Vania masuk ke dalam dengan paksa.
" Maaf ya tuan saya permisi." ujar Vania sopan.
Woh, gila Divon istrinya masih sangat muda segar, ehem dari postur tubuhnya saja masih original, masak yang kayak gini dia nolak, wah kalau dia tolak biar aku yang kejar.
Dalam hati Charles.
"Sungguh keindahan yang di sia-siakan!" Gumam Charles.
Charles pun segera pulang, besok dia akan lebih sering datang ke rumah Divon, untuk menggoda bapak dan anak gila itu.