NovelToon NovelToon
Wanita Idaman Ketua Mafia

Wanita Idaman Ketua Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: MJ.Rrn

Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ada hubungan apa antara Elang dan Vanya?

“Sejak kapan kamu kerja di rumah sakit Ray?” Tanya Elang di dalam perjalanan.

“Sudah dua tahun kak.” Jawab Raysa menoleh kepadanya, Raysa menurunkan pandangannya ke arah dada dan bahu Elang yang baru saja di obati.

Raysa menggelengkan kepalanya, padahal Elang terluka cukup parah tapi pria itu malah terlihat santai mengemudikan mobil.

“Ada apa?” Tanya Elang heran juga menoleh ke arah Raysa.

“Kakak tidak merasakan sakit?” Tanya Raysa, Elang tersenyum menggelengkan kepala.

“Aku sudah biasa.” Jawab Elang santai.

“Tapi luka kakak parah, seharusnya kakak itu di rawat.” 

“Aku baik-baik saja, kamu tenanglah.” Balas Elang kembali memperlihatkan senyuman terbaiknya, Raysa hanya bisa menghela nafas mendengarnya.

Raysa dan Elang kembali sama-sama diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi tiba-tiba saja Raysa teringat kepada Vanya.

“Kak.” Panggil Raysa kembali menoleh kepada Elang.

“Hmmm.” 

“Kakak kenal sama Dokter Vanya?” Tanya Raysa, Elang menganggukkan kepala.

“Kenal, kenapa?” 

“Pasti lebih dari saja, kakak terlihat sangat dekat.” 

“Bisa dibilang begitu, kami dulu SMA di tempat yang sama. Bedanya Bastian dan Vanya melanjutkan pendidikan ke Universitas kedokteran, sedangkan kakak memilih jurusan Ilmu bisnis.” Jawab Elang menjelaskan, Raysa menganggukkan kepala paham.

“Jadi kalian bertiga bersahabat?” Tanya Raysa lagi, Elang menggelengkan kepala.

“Vanya sahabat Bastian dan Bastian sepupu kakak.” 

“Tapi kenapa sikap dokter Vanya berbeda, seakan kakak punya hubungan khusus dengannya dan aku dengar dokter Vanya juga di Swiss selama ini.” Ucap Raysa penasaran.

“Swiss? Kamu tahu dari mana kalau kakak selama ini di Swiss?” Tanya Elang membalikkan pertanyaan.

“Dari sahabat kakak, sewaktu mereka mengantarkan mobil aku kesekolah.” Jawab Raysa, Elang kembali tersenyum tipis.

“Jadi benarkan kalau kakak sama dokter Vanya di Swiss, jangan-jangan kakak berbohong, padahal sebenarnya?” Ucap Raysa menggantung pertanyaannya, Elang menoleh cepat dan seketika menginjak rem sehingga membuat Raysa terkejut.

“Sebenarnya apa?” Tanya Elang memiringkan tubuh dan menatap dengan jelas wajah Raysa.

“Kenapa kakak berhenti?” Raysa mengabaikan pertanyaan Elang.

“Jawab dulu Ray? Sebenarnya apa?” Tanya Elang yang juga mengabaikan pertanyaan wanita di hadapannya, Raysa menghela nafas menatap kedua mata Elang.

“Kalian punya hubungan khusus kan? Buktinya tadi dokter Vanya tidak mau aku mengobati kakak, dia bahkan berkata aku tidak akan paham. Berarti dari sana sudah bisa di simpulkan kalau kalian memang dekat.” Jawab Raysa mengutrakan isi hatinya, Elang tersenyum sumbing mengelakkan pandangan sejenak dan setelah itu kembali membalas tatapan Raysa.

“Kenapa kamu begitu penasaran? Kamu cemburu?” Tanya Elang, Raysa terkejut mendegarnya dan menggelengkan kepala membantah.

“Cemburu? Tidak, aku tidak ada alasan untuk cemburu. Cuma, aku penasaran saja, kenapa dokter Vanya terlihat sangat marah ketika kakak menolak. Berarti memang ada sesuatu kan? Aku tidak masalah kak, lagian kalau benar, aku bisa menjaga perasaan dokter Vanya setelah ini.” 

Elang menatap heran kepada Raysa, perkataan wanita itu sedikit ambigu baginya.

“Menjaga perasaan Vanya, jadi apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Elang semakin mendekatkan tubuhnya dan menyudutkan Raysa, sehingga membuat Raysa menjadi tidak nyaman.

“Menjaga jarak dengan kakak, hanya itu yang bisa aku lakukan.” Jawa Raysa pelan dan tegang.

Elang tertawa lepas kembali menarik tubuhnya dan menjauh dari Raysa, dia duduk seperti semula.

“Kamu tidak perlu melakukan apa-apa sebelum aku yang memintanya.” Ucap Elang melajukan kembali mobil.

“Maksud kakak apa?” Tanya Raysa heran.

“Kalau aku mau menjaga jarak dengan kamu, maka aku sendiri yang akan melakukannya. Sedangkan kamu tetap berada di posisimu, aku yang akan memutuskan. Begitu juga dengan Vanya, kalau aku mau maka dia akan bersamaku. Tapi kalau aku tidak mau, maka dia tidak akan pernah mengganggu kita.” Jawab Elang, Raysa terdiam mendengarnya. 

Perkataan Elang cukup aneh baginya, seakan hidupnya tergantung akan keputusan Elang. Tapi Raysa tidak lanjut bertanya dan memilih untuk diam.

Raysa menatap heran jalanan yang mereka lewati, jalanan ini bukan kearah rumahnya.

“Kita mau kemana kak?” Tanya Raysa, Elang tertawa ketika Raysa akhirnya menyadari juga.

“Ke bengkel Gavin, kakak ada janji sama mereka.” Jawab Elang.

“Tapi kenapa ajak aku segala, kakak bisa mengantarkan aku pulang dulu.” 

“Kakak maunya mengajak kamu, memangnya kenapa? Ada yang marah? Atau ada yang menunggu kamu di rumah? Siapa? Suami kamu?” Jawab Elang memojokkan Raysa.

“Kak, kakak kenapa sih? Seharusnya kakak bertanya dulu sama aku.” Balas Raysa marah.

“Kalau kakak tidak butuh bagaimana?” Ucap Elang kembali tertawa, Raysa menghela nafas mendengarnya dan dengan wajah kesal memilih untuk melihat kedepan mengabaikan tatapan Elang.

30 menit kemudian akhirnya mereka sampai juga di bengkel Gavin dan Elang membelokkan mobilnya masuk kedalam.

Gavin dan Nando tersenyum melihat mobil Elang, mereka sudah lama menunggu kedatangan Elang.

“Elang.” Teriak Gavin berlari kearah mobil dan segera membuka pintu.

“Hai kalian, sehat?” Balas Elang segera memeluk Gavin, Gavin menganggukkan kepalanya, begitu juga dengan Nando yang berdiri di sebelah Gavin.

“Lu ini, baru saja sampai sudah buat masalah lagi.” Ucap Nando yang sudah mendengar informasi tentang Elang.

“Mereka menantang gue, masa gue cuma diam.” Jawab Elang tertawa, Gavin dan Nando juga tertawa.

Elang melepaskan pelukan Gavin dan menurunkan wajahnya melihat kedalam mobil.

“Ayo turun.” Ajak Elang, Raysa menggelengkan kepala menolak.

“Aku mau pulang.” 

“Iya pasti, tapi nanti…turun dulu.” Balas Elang, Gavin dan Nando yang penasaran juga melihat kedalam mobil dan tersenyum tipis karena ternyata ada Raysa.

“Turun dulu Ray.” Ucap Gavin, Raysa mendengus kesal dan dengan perasaan kesal akhirnya turun juga.

Elang mengajak Raysa masuk kedalam gedung yang berada di bengkel itu dan memilih lantai dua sebagai tempat untuk mereka duduk bersantai malam ini. Dari lantai itu terlihat jelas suasana keseluruhan bengkel dan juga jalanan didepannya.

“Minum apa Ray?” Tanya Gavin, Raysa menggelengkan kepala dengan wajah yang masih cemberut.

“Minuman dingin saja, jangan suguhi yang aneh-aneh.” Elang yang menjawab, dia masih tersenyum melihat wajah Raysa yang menggemaskan baginya.

Gavin menganggukkan kepala dan segera mengambil 4 botol minuman dingin dari dalam lemari pendingin.

“Raysa sudah menjadi dokter dia sekarang, hebat ya dia.” Puji Elang, Raysa menoleh kepadanya dengan wajah merona merah.

“Beneran Ray, kerja di rumah sakit mana?” Tanya Gavin menanggapi perkataan Elang.

“Di rumah sakit yang sama dengan Bastian dan Vanya.” Elang kembali menjawabnya, padahal tadi Raysa yang ingin menjawab tapi malah keduluan oleh Elang.

“Waduh….jadi kamu bakal berurusan dengan Vanya berarti ya Ray, hati-hati saja.” Sela Nando, Elang dan Gavin langsung tertawa mendengarnya, sedangkan Raysa menatap heran ke arah Nando.

“Kenapa aku harus hati-hati kak? Memangnya ada apa dengan dokter Vanya?” Tanya Raysa yang kembali penasaran dan yakin pasti berhubungan dengan Elang.

“Mood itu anak tidak menentu, istilah anak-anak sekarang  Mood Swing. Tidak ada yang betah bekerja dengannya.” Jawab Nando, Raysa terdiam mendengar penjelasan dari Nando.

“Lu jangan menakuti Raysa ndo.” Sela Elang memperingati.

“Tapi kalau sudah berhubungan dengan Elang, pasti posisi Raysa aman. Mana berani Vanya melawan Elang, rugi dia.” Sambung Gavin, Raysa semakin penasaran setelah mendengar perkataan Gavin.

Entah kenapa perasaan Raysa merasa tidak nyaman, dia yakin pasti hubungan Elang dan Vanya lebih dari teman.

…..

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Raysa mulai terlihat gelisah. Sedangkan Elang terlihat masih asyik mengobrol bersama dengan kedua sahabatnya.

Ting..sebuah notifikasi pesan yang masuk ke dalam ponsel Raysa menarik perhatian Elang, apalagi ketika sebuah senyuman muncul dari sudut bibir Raysa ketika membuka pesan itu dan membacanya.

“Vin, ndo gue antar Raysa pulang dulu ya.” Ucap Elang segera berdiri, sedangkan Raysa masih asyik dengan ponselnya dan tidak menyadari kalau Elang sudah berdiri di depannya.

“Ayo pulang.” Ajak Elang ketus, Raysa terkejut dan segera menyimpan ponselnya ke dalam tas.

Elang membalikkan badan dan segera turun ke bawah, wajah pria itu terlihat kesal dan marah.

“Kak Gavin, kak Nando, aku Pulang ya.” Ucap Raysa pamit, Gavin dan Nando menganggukkan kepala kuatir. Mereka menyadari perubahan wajah Elang ketika melihat Raysa asyik dengan ponselnya.

“Elang bisa cemburu juga.” Ucap Nando melihat ke arah bawah.

“Dan ini untuk pertama kalinya.” Sambung Gavin juga melihat kearah Elang yang masuk kedalam mobil.

Bersambung..

1
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Syafrika
bagus....
Reni Anjarwani
doubel up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!