Novel ini berkisah tentang seorang pemimpin pemerintah bereinkarnasi ke dunia fantasi, namun keadaan di kehidupan barunya yang penuh diskriminasi memaksanya untuk membangun peradaban dan aturan baru...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iimnn saharuddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4.6
Malam perlahan turun menyelimuti Nusantara yang baru saja dilahirkan dengan langit bertabur bintang. Angin malam berhembus lembut, membawa aroma tanah, rempah, dan bara hangat dari panggangan daging secara terbuka dan semua mulai terlihat menyiapkan pesta.
Ratusan obor menyala di sepanjang jalan utama dan alun-alun memantulkan cahaya ke wajah-wajah yang tersenyum yang penuh harapan. Di tengah kota, sebuah panggung kecil dari kayu dibangun, di sanalah tadi Raka dan yang lainnya berbicara. Sekarang, tempat itu berubah menjadi pusat pertunjukan tarian acak.
Anak-anak mulai berlari mengelilingi obor, tertawa riang. Para warga dari berbagai ras seperti manusia, beastman, goblin dan orc berdiri berdampingan, wajah mereka berseri yang membuatku merasa kalau mereka sebenarnya bukan monster seperti rumor yang beredar. Kini mereka bersama-sama menyaksikan mimpi yang mulai menjadi kenyataan.
Satu per satu mulai menari di tengah alun-alun.
Gerakan mereka tidak sempurna, tak ada latihan, tak ada aturan. Tapi justru di situlah keindahannya.
Mereka menari bukan untuk pertunjukan. Mereka menari karena mereka hidup.
Untuk pertama kalinya... Yaitu kebebasan.
Di sudut-sudut pasar malam yang didirikan dadakan, meja-meja panjang dipenuhi makanan dari berbagai daerah mereka berasal: ada roti panggang dari tepung liar, sup akar hutan, daging panggang yang diolah dengan resep para pendatang, dan minuman dari sari-sari buat yang telah diperas.
Raka duduk bersila di antara mereka, tak di atas takhta, tak di atas panggung. Ia bersama mereka. Ia mengangkat gelasnya.
“Untuk Nusantara!”
Satu suara menjadi puluhan, lalu ratusan.
“Untuk Nusantara!” Teriaknya bersamaan.
Malam itu, tak ada perbedaan. Tak ada ras, asal-usul, atau gelar.
Hanya tawa, teriakan, dan rasa syukur.
Di bawah cahaya obor dan bintang, lahirlah bukan hanya sebuah kota... tetapi sebuah harapan baru untuk dunia yang sangat kubenci ini.
•••
Semua tengah menikmati pertunjukan pesta sementara aku sekarang hanya bisa memandangi mereka dari sudut acara.
Zephyr duduk bersama dengan Alya menikmati hidangan daging panggang yang menumpuk diatas meja.
"Makanlah yang banyak, hari ini aku mendapatkan banyak sekali hasil buruan ditempat ini" ucap Alya sambil memandangi Zephyr makan dengan lahap.
"Terima kasih, tapi bolehkan aku bertanya, bagaimana bisa Adikku memanggilmu ibu?"
"Hehehe... Tentang itu ceritanya panjang. Tapi, sebenarnya aku juga tidak tau hahahaha" Jawab Alya sedikit malu.
"Anak yang sudah ku besarkan dan dia kemudian memanggil orang yang baru ditemui sebagai ibu, aku sedikit iri padamu"
"Jangan begitu, bagaimana jika aku memanggilmu nak juga, bukankah itu ide bagus"
Zephyr kemudian tersedak makanan "Tidak tidak tidak, aku tidak semuda yang kamu lihat... Tolong jangan"
Keduanya pun tertawa terbahak-bahak.
"Ngomong-ngomong, sekarang usiamu sudah berapa" Tanya Zephyr.
Alya yang mendengar pertanyaan itu perlahan berhenti tertawa dan langsung terdiam. Zephyr kebingungan dan langsung menyadari kesalahannya.
"Maafkan aku" ucap Zephyr.
"Tidak masalah, sepertinya kita memiliki masalah yang sama dengan pertanyaan itu" balas Alya.
Zephyr mencoba mengalihkan suasana dengan menanyakan sesuatu. "Aku penasaran apakah Raka punya resep makanan baru kali ini, selama aku bersamanya dia selalu mengagetkan ku dengan bermacam-macam masakan. Dengan usia semuda itu dia bahkan mengalahkanku dalam hal memasak"
"Benarkah itu, sepertinya dia bukan anak biasa. Aku penasaran bagaimana dia mendapatkan ide-idenya itu bahkan pupuk yang sudah dia ciptakan tidak ada orang yang berhasil kepikiran untuk membuatnya selama ribuan tahun. Apa kamu tau darimana dia berasal"
"Aku juga tidak tau, kami bertemu saat masih menjadi budak dan saat itu dia masih berumur lima tahun. Setiap kali aku mencoba menanyakan siapa dari mana dia, dia hanya menjawab kalau dia hanyalah anak dari seorang pedagang biasa" Zephyr kemudian melanjutkan makan.
"Lima tahun, bagaimana bisa seorang anak lima tahun bisa mengingat dengan jelas tentang keluarga nya." wajah Alya menjadi serius.
"Mungkin seperti itulah yang dinamakan anak jenius, lagipula Tuan Marsel bilang kalau dia adalah seorang penyihir".
" Yah kamu benar"
•••
Raka:
"Haccuhhh, aku rasa seseorang sedang menggosipku"
Aku mendengar dari Alya kalau selama ini sebagian uang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang di desa adalah uang tabungan Marsel. Itu tandanya kita tidak bisa sepenuhnya bergantung dari hasil jerih payahnya itu, aku bertanya sekaya apa dia sehingga mampu mencukupi kebutuhan banyak orang selama 50 tahun.
Hasil panen dari perkebunan singkong juga sangat banyak dan melebihi persediaan desa. Dengan itu kita bisa mengurangi biasa stok pembelian makanan. Aku mengingat apa yang dikatakan marsel padaku waktu itu : "Membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mencapai pusat perdagangan sehingga sebagian hasil panen rusak sebelum sampai kepusat perdagangan untuk dijual"
Memang sewajarnya sih karena masalah jarak dan waktu, tapi itu juga sama halnya mebuang-buang hasil panen dan bahan makanan.
Raka Mengambil kertas kosong dan alat tulis didalam tas kemudian mulai menggambar sesuatu.
Daripada membuang-buang hasil panen tersebut bukankah lebih baik mengolahnya menjadi sebuah bahan yang lebih awet dan serbaguna seperti tepung singkong, dikehidupan sebelumnya biasa dipanggil sebagai tepung tapioka.
Dengan itu bisa meningkatkan kualitas bahan dan juga nilai jualnya. Aku sudah berada didunia ini selama bertahun-tahun dan ternyata tidak ada seorangpun yang kutemui menjual bahan ini.
Distrik ditepi sungai sudah selesai dibangun dan kini tinggal menyiapkan alat pengolahannya. Dengan memanfaatkan tenaga dari Kincir air pada bendungan juga cukup menguntungkan untuk mengoperasikan kerja alat ini.
Alat ini memiliki beberapa tahan pengolahan.
Pertama adalah pembersihan dan pengupasan, sebenarnya ini bisa dilakukan secara manual namun dilihat dari jumlah tenaga kerja yang kurang aku harus membuatnya dengan alat ini.
Kedua pencucian dan penggilingan, setelah mencucinya alat ini akan menggiling singkong menjadi bubur.
Ketiga yaitu memisahkan ampas dengan air patinya, air pati akan diekstrak sehingga kita bisa menghasilkan sebuah pati basah.
Dan tahap terakhir adalah pati ini dikeringkan dan dihaluskan sehingga bisa mendapatkan bahan pokok makanan yang awet dan serbaguna.
Ini sedikit membuatku merasa bangga, pada awalnya bahan makanan yang disajikan hanya untuk orang-orang rakyat bawah dan budak bisa dibuat dalam bentuk bahan makanan yang berkualitas.
Apakah produk ini bisa bersaing dengan tepung yang sudah ada, seperti tepung beras dan gandum yang sudah beredar luas. Walaupun bisa, tetap saja akan banyak kontroversial mengenai bahannya.
Sebenarnya aku tidak perlu memikirkan hal sejauh itu sebelum mencoba. Lagipula didunia ini, hal baru adalah sesuatu yang istimewa.
Mampir juga novel ku masih pemula ni
Masih pemula dalaam buat novel😁
Meninggalkan Jejak 👣